Chapter 04 : Feeling & Kiss

59.2K 3.9K 330
                                    

S I N F U L
--The Beginning--

=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*
F O U R : FEELING & KISS
=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*

[An-Hee's POV]

Badan ku terasa begitu pegal ketika aku bangun pagi ini. Meskipun aku sudah tidur lebih awal supaya mengurangi pegal, tapi begitu bangun masih saja terasa. Aku menata bantal dan selimut ku sebelum berjalan keluar kamar untuk mandi. Begitu melangkah keluar, aroma ikan sarden yang diasapi tercium begitu lezat. Aku berjalan masuk ke dapur sebelum menuju kamar mandi.

"Selamat pagi, bu" sapa ku pada Ibu asuh ku yang menata piring di meja makan tua. "Selamat pagi, putra ku" balas ibu dan membelai kepala ku. Ia memberikan senyuman hangat penuh kasih sayang miliknya pada ku. Mungkin eksistensi ibulah yang hingga kini senantisa menjadi kekuatan untuk ku.

"Baunya harum sekali, bukankah begitu?" tanya ku sambil mencium bau sedap yang menyelimuti ruangan. "Hahaha. Aku tahu kau akan bilang begitu. Pujian yang ku tunggu-tunggu dari mu" jawab Ibu. "Aku selalu memuji masakan ibu. Masakan ibu begitu lezat, bhkan terlezat di dunia" balas ku. Ibu tertawa dan menepuk punggung ku ringan. "Ayo cepat mandi dan bersiap-siap. Hari ini ibu sudah menyiapkan sarapan special untuk mu. Setelah kemarin kau begitu pucat dan lemas, hari ini kau harus makan yang banyak. Kau mengerti?" tanya ibu. Nadanya menjadi cemas dan serius. "Aku mengerti. Aku akan makan banyak hari ini" ujar ku menimpali dan berjalan menuju ke kamar mandi.

Selesai berbenah diri dan membereskan isi tas sekolah ku, aku bergegas keluar dari kamar dan berjalan masuk ke dapur. Makanan sudah siap diatas meja, benar saja! Ibu memberika porsi mangkuk besar untuk ku. Nasi hangat yang begitu lezat dengan ikan sarden membuat perut ku berbunyi, dengan senang hati menyatap sarapan ku pagi itu.

            Seusai sarapan aku berlari sepanjang trotoar untuk mengejar bis ke sekolah. Tapi malangnya bis yang harus ku tumpangi itu malah lebih dulu berangkat beberapa detik sebelum aku sempat melompat naik. Aku berlari dan mencoba untuk memanggil supir bis supaya dia menghentikan bisnya barang semenit saja untuk ku.

"Hei! Pak! Tolong hentikan bisnya!"

Mungkin karena teriakan ku tidak terdengar cukup jelas, bis masih saja melaju dan menghilang pada belokan pertama setelah lampu lalu lintas yang menyala hijau. Malang benar nasib ku pagi ini!

Aku menghela napas dan menyeka keringat yang mengucur dari pori-pori ku. "Kalau begini bagaimana aku bisa gemuk. Baru saja makan sarapan yang lezat, belum sempat menjadi lemak harus dibakar menjadi energi" gumam ku dan mulai melangkahkan kaki.

Semoga hari ini bukanlah hari yang sepenuhnya sial untuk ku

Matahari pagi itu bersinar terik, membuat perjalan ke sekolah terasa berat. Tapi kalau harus berhenti dan menunggu bis berikutnya, aku bisa terlambat. Disaat seperti ini mempunyai sepeda atau scooter lebih praktis, pikir ku.

Dinn! Diin!

Suara klakson mobil dari belakang terdengar jelas. Mendengar klakson yang tiba-tiba berbunyi dari belakang membuat ku tersentak kaget, aku terdiam sambil mencengkram tas ku erat-erat.

"Ku mohon jangan biarkan mobil di belakang itu mobil Gil..." ujar ku dalam hati, mengulang-ulang permohonan ku. Kini suara orang membuka pintu terdengar, bersamaan dengan langkah kaki yang memijak di trotoar, lalu berjalan menghampiri ku.

"Hei" panggilnya seraya menepuk pundak ku, membuat ku terpaksa membalikkan badan ku.

"Hei" sapanya lagi. Aku tertegun dan menatap Presiden sekolahan yang menyapa ku.

SINFUL [ 1 ] Where stories live. Discover now