Chapter 19 : Soccer

46.9K 3K 558
                                    


S I N F U L
--The Beginning--

=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*
N I N E T E E N : SOCCER
=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*

[GILBERT]

Aku duduk bersandar ke punggung kursi ruang tunggu di klinik Johnson. Adelle menyandarkan kepalanya di bahu ku dan membelai lengan ku untuk membuat ku tenang. Ian duduk di lantai menjaga Neo yang tidur di pangkuannya sambil memeluk kepala pemuda aneh yang ia penggal beberapa saat lalu.

Johnson sudah berada lebih dari 3 jam di dalam ruang operasi. 3 jam adalah waktu yang cukup lama untuk ku saat ini. Aku ingin sekali pergi dan menghabisi Alessio, tapi tubuh ku tidak mau bergerak dari kursi ruang tunggu ini. Rasanya begitu berat untuk meninggalkan An-Hee seorang diri.

Satu jam berlalu lagi, Johnson masih juga belum selesai dengan pekerjaannya. Adelle perlahan jatuh terlelap, begitu juga dengan Ian. Meskipun mereka bisa bosan hingga tertidur, aku sama sekali tidak bisa istirahat.

Hari mulai senja dan matahari perlahan tenggelam. Aku menatap arloji ku dan melihat jarum pendeknya menunjuk pada angka 5.

"Boss!" seru Riley memanggil ku.

Aku menoleh kearah Riley, yang tidak sengaja membangunkan Ian dan Adelle, kecuali Neo. Dia masih tidur di pangkuan Ian.

"Riley? Ada apa?" tanya Adelle. Riley menghampiri ku dan menatap ku. "Boss, Adelle, Ian, kita dapat surat undangan" ujar Riley seraya mengeluarkan sepucuk surat dari tasnya.

"surat undangan?" Adelle mendongak menatap Riley sebelum mengambil surat tantangan itu dari tangan Riley.

"Boss" panggil Adelle seraya menyerahkan surat itu pada ku. Aku merobek amplopnya dan mengeluarkan secarik kertas

"Platinum Aqua—

You've been invited to join with us tonight in glamorous way. 10pm—til end.

Please bring this invitation letter when you're attending tonight."

Aku menyerahkan surat itu kembali ke Adelle dan membiarkan mereka bergantian membaa surat itu.

"Ini pasti pria brengsek itu" ujar Adelle seraya menahan emosinya. Ian menatap ku, "Bagaimana, boss?" tanya Ian. "Kita bunuh mereka semua" ujar ku pasti. Beberapa menit kemudian Johnson keluar dari ruang operasinya dan menghampiri ku.

"Bagaimana?" tanya ku bangkit dari kursi klinik saat Johnson berjalan menghampiri ku.

"Jangan khawatir, mereka berdua selamat dan baik-baik saja. Kau boleh masuk dan menemuinya" ujar Johnson lalu menepuk bahu ku. Aku memeluknya dan mengucapkan terimakasih lalu bergegas masuk ke dalam.

Di dalam An-Hee dan Xing sedang terlelap.

Aku menghampiri An-Hee dan melihat seluruh tubuhnya diperban. Kedua tangannyapun juga diperban dengan rapi. Sebuah selang kecil tersambung di hidungnya dan sebuah selang ukuran sedang di mulutnya.

Aku membelai kepalanya dan mengecup keningnya. "Aku mencintai mu, bocah jalang ku" bisik ku pelan di telinganya. Untuk saat ini An-Hee dan Xing perlu banyak istirahat, mungkin mereka tidak akan sadarkan diri untuk beberapa hari karena pengaruh obat, bukan berarti nyawa mereka dalam bahaya.

"Aku akan pergi dan menghabisi bajingan itu" bisik ku lagi. "Saat aku selesai menghabisi mereka, aku akan kembali untuk mu. Kau harus membuka mata mu, bocah. Kau mendengar ku bukan?"

SINFUL [ 1 ] Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora