Chapter 34

580 82 16
                                    

5 menit sebelum terdengar bunyi tembakan digedung tua dimana Daniel dan Jihoon berada.

Tuan Park yang kini berada di mobil, tampak sangat jelas terduduk gelisah, dengan jarinya dan juga lirikan manik nya yang selalu menatap handphone yang sedari tadi ia pegang.

Sejujurnya Tuan Park tak merasa aman dengan Daniel yang berani masuk sendirian tanpa persiapan apapun.

Ia tahu Daniel kalut, untuk itu ia pun tak hisa menyalahkan Daniel 100% atas sikap nya yang terlalu ceroboh fikirnya.

Tuan Park mencoba menghirup nafas nya dalam dalam seakan akan hal tersebut dapat membantu menenangkan dirinya sendiri.

'Aish ... kau dimana,' benak Tuan Park dalam benak.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan di jendela mobilnya terdengar sangat jelas di telinga Tuan Park.

Sedikit kelegaan yang dapat dirasakan oleh Tuan Park saat mendapati seseorang yang telah ia tunggu sejak Daniel melangkahkan kaki nya masuk ke gedung tersebut.

Tuan Park yang terlalu bersemangat, bahkan langsung membuka pintunya, tidak membukakan jendelanya lebih dulu.

"Astaga kau ! hampir saja kau mendorongku dengan pintu ini," keluh pria yang kini berada di hadapan Tuan Park.

"Habis kau lama sekali Jiho-ya ... kau tahu ... sedari tadi perasaanku tidak tenang saat anakmu masuk kedalam sana, terlebih aku tidak ia perbolehkan ikut dengannya," ucap Tuan Park memberitahukan keadaan yang sedang terjadi.

Tuan Kang hanya dapat mendesah pelan, ia tahu terkadang anak nya terbilang nekat tanpa fikir panjang, jika menyangkut pujaan hatinya.

"Maaf, tadi aku harus memanggilnya dahulu," ucap Tuan Kang sambil melirik seorang yang memakai setelan hitam, dengan sebuah tompi anti peluru yang melekat pada tubuhnya.

Setelah nya Tuan Park pun langsung mengajak yang lainnya untuk masuk kedalam ruangan tersebut.

Langkah ketiganya tampak pelan, bahkan mereka sangat berhati hati sampai langkh kaki mereka bisa terbilang tak terdengar.

Krieet ....

Dugh

Manik ketiganya tampak membola.

Bunyi pukulan keras yang justru ketinganya perdengarkan untuk pertama kalinya saat masuk keruangan tersebut.

Ketiganya tak menyangka bahwa kejadian didalam tersebut sangat mencekam, bahkan mereka dapat menyaksikan betul bagaimana keadaan Daniel yang terikat di kursi dengan darah yang terus mengalir, sedangkan Jihoon yang tampak tergeletak lemah dengan atasan baju Jihoon yang sudah sobek memperlihatkan tubuh atas nya yang mulus.

"Ji .. Jiho -ya...," panggil Tuan Park pada Tuan Kang setengah berbisik, dengan manik nya yang kini mulai mengeluarkan cairan bening saat mendapati putranya, maupun kekasih putranya yang kini sudah dalam keadaan kacau.

Ia tak tahu bahwa dalam beberapa menit saja, semua keadaan disana menjadi sangat serius.

"Ughh ... anak yang manis,"

Pemuda itu semakin mencondongkan tubuhnya kearah tubuh Jihoon.

"LOVE !!"

Teriak Daniel disela sela tenaganya yang habis terkuras berusaha bertahan sadar demi kekasihnya.

DOOOOR !!

Sebuah bunyi letusan tembakan kini terdengar keras menggelegar di ruangan tersebut.

Bruk

Darah mengalir lumayan deras pada tubuh pemuda yang tiba tiba ambruk di samping Jihoon.

Jihoon yang kaget tentu saja langsung pingsan mendengar suara tersebut, sebab ia merasa bahwa dirinyalah yang tertembak.

Pemuda yang awalnya hendak memukul Daniel, langsung segera berlari saat menyadari bahwa adanya orang yang datang selain Donghan, Jihoon, dan Daniel.

"YAK !!! jangan kabur, Jiho-ya kau jaga pelaku itu, aku akan mengurusnya sebentar," ucap sang polisi sambil sebentar menengok kearah Tuan Kang memberikan instruksi.

"Niel," ucap Tuan Park mendekati Daniel yang dapat di bilang mengenaskan.

Darah hampir memenuhi wajah Daniel, bahkan tangannya yang terikat kuat di bangku, tampak jelas menimbulkan luka lebar pada lengannya yang berusaha melepaskan tangannya dari tali yang mengikatnya.

"Appa tak usah mengurus ... -ku ... appa cek Jihoon appa ... Jihoon dalam bahaya disana," ucap Daniel sambil terbata bata dengan manik nya yang semakin lama terlihat meredup.

Tuan Park menatap Daniel sejenak, yang kemudian menganggukan kepalanya, menuju tempat Jihoon yang tergeletak di ranjang.

Tubuh Jihoon sangat lah lemah, dengan penuh kehati - hatian Tuan Park membuka satu persatu tali yang di ikatkan pada sisi siai ranjang.

"Oh sayang," ucap Tuan Park merengkuh tubuh Jihoon yang masih belom sadarkan diri.

Tak lama sang polisi yang sempat mengejar salah satu tangan kanan Donghan berhasil ia bekukan dengan tangannya yang kini sudah terborgol.

"Kau sudah berhasil ?" tanya Tuan Kang pada teman polisinya itu, dengan tangannya yang sibul mengikat donghan yang masih belom sadarkan diri.

Baru saja sang polisi hendak menganggukan kepalanya, manik nya mendapati Daniel yang lama kelamaan memejamkan maniknya.

"Hei perhatikan dia ! jangan sampai ia tak sadar, ia mengeluarkan banyak darah !" bentak polisi itu.

Sontak Tuan Park langsung meninggalkan putranya sejenak, dan menuju tempat Daniel.

"Hei ... nak, kau harus bangun, jangan tinggalkan Jihoon," ucap Tuan Park sambil menepuk pipi Daniel agar tetap terjaga.

Daniel sadar bahwa ia harus tetap terjaga, namun tetap saja, berhubung darah nya terus menerus berkurang karena terus becucuran, maka semakin lama oksigen ke dalam otak semakin sedikit.

"Panggilkan ambulan !! putra - putraku," lirih Tuan Park yang menjadi kalut.

"A..-appa ... jaga Jihoon untukku," ucap Daniel terbata bata dengan tangannya yang berusaha menggenggam Tuan Park.

Mendengar hal tersebut, tentu saja membuat Tuan Park menatap lekat manik Daniel, dan terus menggelengkan kepalanya seolah menolak perkataan yang Daniel utarakan.

Sungguh ia tak suka mendengarkan calon suami putranya yang seakan ingin pergi jauh, dan menitipkan padanya.

Brugh !

"Kang Daniel !!"

.........

TBC

See you next chapter

Leave Comment and Vote

.
.

Seya

MY TREASURE [NIELWINK][END]Where stories live. Discover now