Chapter 36

544 67 25
                                    

Gimana nih kalian udah siap belum baca lanjutannya ??

Selamat membaca ^^
_____________________________

One month later

Berita siang itu mengagetkan semua pihak, baik dari pihak keluarga Jihoon, keluarga Daniel, pihak kepolisian ataupun kerabat yang lainnya.

Hal yang tidak diinginkan diluar dugaan ataupun yang mereka harapkan terjadi begitu saja.

Pakaian hitam kini mendominasi ruangan pada hari itu.

Isak tangis pihak keluarga dan kerabat sangat jelas terdengar jelas di seluruh ruangan yang kini menjadi tempat berkumpulnya seluruh sanak keluarga dan teman.

Manik yang sendu, dengan kilasan kilasan ingatan akan perkataan yang sebelumnya pernah dikatakan pada Jihoon kini bagaikan kaset rekaman yang diputar kembali di dalam otak nya.

Jihoon yang sebelumnya memiliki trauma yang cukup parah, kini mulai berusaha mengikis satu persatu akan ingatan buruk yang pernah menimpa dirinya dulu.

Cukup sulit memang, namun mau bagaimana lagi Jihoon harus berjalan ke depan bukan?

Ia sadar dirinya harus bangkit melawan rasa takut itu, toh jika seperti itu maka selama nya dirinya tak akan dapat berdiri di kakinya sendiri untuk melawan traumanya itu.

"A..-appa mengapa menjadi seperti ini ? Mengapa orang yang tidak bersalah harus bertanggung jawab ?" tanya Jihoon yang kini dirangkul oleh Tuan Park menemani Jihoon mengikuti proses pemakaman pada hari itu.

Tuan Park menghela nafasnya pelan.

Jujur ia tak tahu harus berkata apa dengan putranya, toh ia sendiri juga membenarkan perkataan Jihoon, namun takdir mengenai kehidupan tak mungkin kita yang dapat mengaturnya bukan ?

Walaupun kita dapat membuat perencanaan sesuai kemauan kita, namun secara realisasi maka bukanlah sepenuhnya menjadi tugas kita.

Untuk kesekian kalinya Jihoon kembali berhambur di pelukan sang ayah sambil menangis tersedu sedu.

"A..-appa ... apakah ini salahku ?" tanya Jihoon getir di dalam pelukan sang ayah.

Dengan cepat Tuan Park menggelengkan kepalanya cepat.

Tentu saja bukan salah putranya, bagaimana bisa kematian seseorang menjadi tanggung jawab putranya, yang dalam kenyataannya sudah jelas Jihoon tak ada sangkut pautnya sama sekali.

Ditengah kesedihan akan tangisan nya, Tuan Park hanya dapat tersenyum getir, sambil menyapa satu persatu rekan yang Tuan Park kenal disana.

Awalnya tentu saja Tuan Park tak mengizinkan Jihoon berada disana, hanya saja Jihoon yang tanpa sengaja mendengar kabar itu spontan segera memaksa sang ayah untuk menemani nya kesana.

Bukan karena Tuan Park tak memiliki toleransi, atau apapun itu, namun ia tahu secara psikis Jihoon masih belum terlalu stabil semenjak kejadian yang menimpa dirinya.

Setelah melakukan beberapa terapi saja, Jihoon masih seringkali berteriak jika menurutnya orang tersebut bukan lah orang yang membuat nya aman atau orang yang dulunya memang Jihoon kenal.

"Kau datang ?!" ucap Tuan Park sambil merangkul salah satu teman baiknya.

Pria paruh baya itu menganggukan kepalanya pelan, dan mengatakan hal yang tak dapat ia percaya, terlebih kematian ini sepertu layaknya permainan yang memang sudah di pertimbangkan sebelumnya.

"Aku tak menyangka hidupnya akan seperti ini," lirih pria yang berada di samping Tuan Park.

Tuan Park ikut menganggukan kepalanya membenarkan perkataan temannya itu.

MY TREASURE [NIELWINK][END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant