Chapter 15

1.2K 164 56
                                    

Authors' POV



Krist mengobrak-abrik isi tasnya mencari kunci mobil miliknya. Pagi ini Asnee memberi kabar tak bisa menjemput dirinya. Alhasil ia harus berusaha menuju kantornya dengan mengendarai mobilnya sendiri . Terbiasa dengan posisi setir kiri selama beberapa tahun belakangan ini membuat Krist masih harus terus beradaptasi, apalagi mengingat rute yang hendak ditempuhnya merupakan jalanan tersibuk di Bangkok. Krist harus benar-benar fokus menyetir agar dirinya bisa tiba di tempat tujuan dengan utuh.



Hhhh... Andai Dean masih.... Oh tidak-tidak, ia tak akan pernah lagi menjadikan kepergian Dean sebagai sebuah titik kelemahan. Dalam hidup segala macam hal mungkin saja terjadi entah baik atau buruk. Mimpinya semalam sesungguhnya sedikit menyadarkan Krist untuk ikhlas melepas Dean. Saat melihat Dean tersenyum, Krist sedikit paham jika pria itu pasti bahagia di alam keabadiannya.



"Selamat pagi."



"Ya selamat pagi... Heeehhh sedang apa kau di sini?"



Betapa terkejutnya Krist saat mengangkat wajahnya dan mendapati sesosok makhluk menyebalkan sedang berdiri sembari menyandarkan tubuh tegap berbalut setelan kerja mahalnya di mobil miliknya sepagi ini. Ya Tuhan.... Belum cukupkah kerumitannya beberapa hari ini? Apa ia tak memiliki sedikit saja kesempatan untuk mengistirahatkan otaknya barang sejenak?



"Kau ingin ke kantor?"



"Tidak.... Aku ingin berselancar di pantai."



"Memang kaulibur?"



Krist melirik Singto malas kemudian berpikir sejenak tentang seberapa banyak dosa yang akan ia tanggung jika mendorong seseorang hingga jatuh secara sengaja.



"Krist..."



Jentikan jari dari Singto menyadarkan Krist dari rencananya untuk melakukan sebuah kejahatan pada pria itu. Jika dilihat dengan saksama Singto Prachaya begitu rupawan. Ditunjang dengan penampilan serba mewah dan otak yang brilian harusnya pria itu mampu menjerat siapa pun, tetapi jika mengingat apa yang diceritakan Ivanna dan Khun Bonnes rasa-rasanya sulit sekali mempercayai jika Singto rela menghabiskan waktu empat tahun miliknya untuk mengikutinya demi menjaga apa yang tidak seharusnya ia jaga.



"Apa kau sudah mulai mengagumiku?"



"Hah...?!"



"Jangan memandangku seperti itu. Jika hatiku semakin luluh kau sendiri yang akan kerepotan."



"Idiot...."



Krist tak mempedulikan Singto dan lebih memilih beranjak menghampiri mobilnya. Ia sudah cukup terlambat dan Asnee pasti akan menjungkir balikkan tubuhnya jika keterlambatannya dikarenakan sesuatu yang tak penting.



Saat Krist membuka pintu mobil sebuah tangan mencegahnya. Krist tak ingin berbalik karena jika ia melakukan itu matanya pasti akan bertabrakan dengan mata Singto.



"Aku sudah terlambat."



"Sebentar saja Krist."



"Tidak bisa."



"Kumohon.... Beri aku waktu untuk membela diriku. Kau boleh menanyakan apa pun dan aku akan menjawab semuanya tanpa ada kebohongan lagi."



"Aku tidak butuh, pengkhianat tak bisa termaafkan."



Singto memutar tubuh Krist dengan sedikit keras. Ia ingin Krist melihat sendiri ada ketulusan dari sorot matanya.



M E R C U S U A R [END]Where stories live. Discover now