Chapter 22

1.6K 153 52
                                    

Authors' POV

Note: Semua kalimat bercetak tebal diucapkan tokoh di dalam hati.

Krist tengah sibuk memilih barang yang harus ia bawa ke acara jalan-jalannya dengan Singto. Camping di alam terbuka? Hell yeah ... Ia benar-benar buta dan bingung. Ia bahkan selalu menghindari acara semacam itu sejak zaman sekolah. Jangankan berkemah, kegiatan latihan kepanduan saja ia malas mengikutinya. Berkemah itu kegiatan menyebalkan, merepotkan, dan melelahkan. Untuk apa susah-susah menginap di alam jika bisa tidur dengan nyaman dengan kasur di rumah. Jangan lupakan makhluk-makhluk liarnya. Urgh. Mimpi buruk. Big NO. Itulah kira-kira yang ada di dalam pikiran Krist pada masa itu. Maka dari itu, dengan berbekal pengetahuan seadanya yang ia dapatkan lewat google tentu saja, sekarang ia sedang berhadapan dengan berbagai perlengkapan camping yang ia beli di toko khusus dekat rumahnya.

"Aku pusing melihatmu sejak tadi memasukan kemudian mengeluarkan barang lagi. Kau sudah melakukannya selama hampir tiga puluh menit, tahu! Ya Tuhan, Krist, mau sampai kapan kau mengulanginya?"

Asnee yang sepulang kerja tadi ditarik paksa oleh Krist untuk menemaninya membeli keperluan camping merasa kesal karena sahabatnya yang bodoh itu terlalu gengsi untuk bertanya pada kekasihnya barang apa saja yang seharusnya mereka siapkan di acara kencan akhir pekan nanti.

"Butuh senter tidak?"

"Mana kutahu!"

"Cih, dasar tidak berguna."

"Heh, Khun Perawat, asal kautahu saja, kalau kau menanyakan wangi parfum terbaik apa yang cocok untukmu, maka dengan senang hati dan juga suara lantang akan aku merekomendasikan wangi vanilla padamu."

"Sialan!" Krist melempar bantal sofa ke muka Asnee, "Aku bukan wanita, kenapa harus aroma vanilla yang cocok untukku?"

Asnee terkekeh geli melihat reaksi Krist, "Tentu saja karena kau pria manis yang menggemaskan, wangi tobbaco, cendana atau mint lebih cocok untuk Khun Singto Manly Prachaya," jawab Asnee sambil menyunggingkan senyum miring dan satu alis dinaikturunkan.

"Mulutmu semakin sialan, Khun Asnee," Krist mengepalkan tangannya dan memberi peringatan pada sahabatnya.

"Terima kasih kembali, Khun Perawat. Aku masih heran, memangnya kau sebelumnya tidak pernah pergi camping, Krist?"

"Aku takut serangga, di alam terbuka pasti banyak binatang mengerikan itu," balas Krist malas.

"Kenapa kau tidak jujur saja pada Khun Singto kalau kau tidak pernah dan tidak suka camping?"

"Aku tidak enak, As. Ini kencan pertamaku dan Singto setelah hubungan kami sempat memburuk tetapi..." mata Krist menerawang jauh, "jika membayangkan tubuhku dihinggapi serangga rasanya seperti ... Hiii...." Krist bergidik ngeri.

"See ... Bagaimana kau bisa cocok dengan aroma pria dewasa jika sifatmu saja seperti anak perempuan?"

Krist bangkit dari duduknya dan menyerang sahabatnya. Dimasukkannya kepala Asnee ke dalam kantung yang ia pegang, setelah itu berjalan menuju dapur dengan senyum penuh kemenangan melihat sahabat tersayangnya mengamuk seperti Hulk.

"Akan kulaporkan kau ke polisi dengan kasus tindakan penganiayaan dan pembunuhan berencana!" teriak Asnee.

Krist berbalik dan bertolak pinggang dengan angkuh, "Silakan saja, laporkan sana! Tapi jangan lupakan jika kekasihku adalah penguasa negeri ini, dia tak mungkin membiarkan siapapun menyentuhku walau seujung kuku."

M E R C U S U A R [END]Where stories live. Discover now