Chapter 24 (part 1)

1K 142 29
                                    

Note: Terlalu panjang jika hanya dijadikan satu bab saja.

Authors' POV

"Sure, ayo kita menikah secepatnya." Krist menggerakan jemari tangan kirinya di depan wajah Singto sembari tersenyum sangat manis.

"Semudah itu? Tidak dipikirkan terlebih dahulu?" tanya Singto sedikit cemas, "aku bisa menunggumu lagi, jika kau ingin mencerna dulu lamaranku." Singto segera berdiri dan berhadapan dengan Krist sembari menggenggam kedua tangan kekasihnya itu.

Krist menghempaskan genggaman Singto. "Sebenarnya kau serius atau tidak, sih?"

"Sangat serius."

"Lantas kenapa aku harus berpikir ulang jika kau seserius itu? Kaupikir aku akan menerima begitu saja lamaran seseorang jika aku tak yakin bahwa orang itu sangat bersungguh-sunguh?" Krist sungguh kesal, harusnya ini menjadi momen romantis, 'kan?

"Bukan begitu, Sayang, aku hanya..."

"Sudahlah." Krist pergi begitu saja meninggalkan Singto. Namun, baru beberapa langkah, gerakannya terhenti karena seseorang melingkarkan kedua tangannya di pinggang rampingnya.

"Maafkan aku, Sayang. Sungguh aku tak bermaksud ragu atas jawabanmu, aku hanya terkejut karena kau menerima lamaranku secepat itu," jelas Singto dan masih bertahan memeluk Krist dari belakang.

Krist hanya diam, hatinya sempat berbunga-bunga saat Singto berlutut dan melamarnya tetapi saat tahu reaksi Singto, hatinya meredup seketika, dan sekarang semua ungkapan hati pria yang sedang memeluknya ini menaikan lagi mood-nya yang sempat anjlok. Dirinya sudah terlanjur cinta, 'kan? Sifat ajaib apapun yang keluar dari diri Singto secara otomatis akan dimaklumi begitu saja oleh hatinya.

Krist memutar tubuhnya menghadap Singto. Ia memandang wajah kekasihnya yang masih sedikit pucat, usaha pria itu memang patut diberi apresiasi terbaik.

"Pasangkan!" titah Krist dengan tegas agar Singto paham dan tak lagi membuat ulah.

Dengan gerakan lembut, Singto memasukan sebuah cincin yang sengaja ia pesan secara khusus hanya untuk melamar Krist dengan debaran jantung yang tak biasa. Dalam hidupnya menjadi stalker dari seorang Krist Perawat saja rasanya sudah cukup tetapi ternyata semesta begitu baik sampai ia diberi takdir cinta seindah ini.

"Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu." Singto mengecup lembut jemari Krist yang kini sudah tersemat cincin pemberiannya. Mereka harus secepatnya menikah, akan ia beri semua bentuk bahagia yang pernah direnggut paksa dari hidupnya, menjadikan Krist satu-satunya yang bertakhta dan inilah sumpahnya pada Sang Maha.

*********

Asnee sangat yakin ia sering melihat jari-jemari Krist, tetapi kali ini ada hal yang berbeda dari jemari Krist saat ini. Bukan karena bentuk jari-jari Krist yang seperti jahe tapi ada satu benda berkilau yang tersemat di jari manis sahabatnya itu.












Cincin.












Asnee langsung menarik tangan Krist dan melihat cincin itu dari jarak dekat, ia bahkan sampai memutar-mutar cincin yang ada di jari manis Krist dengan tatapan takjub. "Jadi, apa makna dari cincin yang tersemat di jari manismu ini, hah?"

"Apalagi memangnya kalau bukan dia melamarku?" Krist menarik tangannya dari Asnee dan menggerakan jari-jarinya tepat di depan wajah Asnee. Rasanya ingin Asnee potong jari Krist karena tingkahnya yang terlalu sombong.

M E R C U S U A R [END]Where stories live. Discover now