Part 24

70.5K 6.9K 798
                                    

SUDAH terhitung satu minggu Taeyong tidak memberi kabar apapun pada Jaehyun, bahkan ia terkesan menjauhi lelaki tampan itu. Taeyong memfokuskan diri pada mata kuliah, setiap hari ia menghabiskan waktu di perpustakaan, dan di setiap detik, Taeyong selalu memikirkan pengkhianatan yang ia berikan pada Ten.

Ini sungguh tidak mudah, Taeyong berusaha berbicara pada Ten agar hubungan mereka bisa kembali seperti semula. Tapi lelaki berdarah Thailand itu sama sekali tidak mau mendengarkan Taeyong, Ten juga masih membutuhkan diri untuk menata ulang pikiran.

Taeyong mencoba menemui Ten setiap istirahat, tapi ia tidak berhasil mengatakan apapun karena Ten selalu menghabiskan waktu bersama Johnny, sementara Taeyong hanya memperhatikan dari jarak jauh. Ada rasa lega saat melihat Ten tertawa bersama Johnny, setidaknya, Ten masih bisa tersenyum dan tertawa meskipun bukan bersamanya. Jujur, Taeyong merindukan sahabatnya itu melebihi apapun.

Sejak awal, mencintai Jaehyun memang memiliki konsekuensi yang cukup berat dan Taeyong harus menerima itu. Rasa egois serta obsesi membuatnya buta, Taeyong terlalu serakah, ia memang berhasil merebut Jaehyun dari Ten, tapi ternyata pada akhirnya; Taeyong tidak bisa menerima hal tersebut. Melihat Ten tersakiti dan menangis di hadapannya membuat Taeyong jauh lebih menderita.

"Apa yang sedang kau lakukan? Melamun?"

Taeyong menoleh, menatap Doyoung yang berdiri di sampingnya. Doyoung adalah lelaki yang beberapa kali meminjam buku catatan Taeyong, meskipun keduanya tidak begitu dekat, tapi Taeyong selalu berada di kelas yang sama dengan Doyoung.

"A-aku tidak.." gumam Taeyong pelan, ia menunduk dan mengalihkan pandangan ke arah lain, "aku duluan.."

Tapi belum sempat Taeyong melangkah, lengannya sudah di tahan terlebih dahulu oleh Doyoung. Taeyong menoleh, menatap Doyoung tepat di wajah dengan raut bingung. Tidak biasanya Doyoung memperlakukannya seperti ini.

Mata Doyoung menyipit, memperhatikan Taeyong. "Kita berada di kelas yang sama empat hari terakhir ini dan kau terus menerus melamun tanpa mencatat apapun di kelas. Awalnya aku ingin meminjam buku catatanmu tapi aku mengurungkan niat tersebut, biasanya kau selalu mencatat hal penting ketika dosen menerangkan. Terjadi sesuatu?"

Itu adalah kalimat terpanjang yang Taeyong dengar dari Doyoung. Taeyong adalah lelaki yang tidak terlalu bisa bergaul dengan sekitar, ia selalu menutup diri dan bersikap malu-malu, oleh karena itu hanya Ten yang berhasil menjadi sahabatnya sejauh ini.

Taeyong menggeleng pelan. "Tidak terjadi apapun.."

"Kau memperhatikan Ten belakangan ini, aku tahu kalian berteman cukup dekat." gumam Doyoung pelan, ia menarik tangan Taeyong dan membawa si lelaki bermarga Lee menjauh dari kantin, "pasti ada sesuatu yang terjadi. Aku bisa membawamu ke tempat yang mungkin membuatmu jauh lebih tenang."

Sebenarnya Taeyong ingin memberontak, ia lebih baik menghabiskan waktu di perpustakaan untuk membaca atau melamun. Tapi Doyoung terus memaksa, menarik tangan Taeyong tanpa henti. Mau tak mau Taeyong akhirnya mengikuti langkah kaki Doyoung; menaiki anak tangga menuju lantai atas.

"M-mau kemana?"

"Ikut saja." ujar Doyoung tanpa menoleh, ia berjalan di depan Taeyong dan mengenggam pergelangan tangan si lelaki bermarga Lee dengan erat.

Keduanya terus berjalan menaiki anak tangga hingga Doyoung membuka pintu yang terbuat dari besi. Taeyong bisa merasakan angin kencang berhembus; menerbangkan helaian rambut hitamnya, ia menatap ke sekeliling dan menyadari bahwa Doyoung membawanya ke rooftop.

Doyoung melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Taeyong dan berjalan lurus ke depan. "Aku selalu berada disini jika sedang banyak pikiran, kuharap ini membantumu."

HornYong《Jaeyong》✔Where stories live. Discover now