1. Tetangga Baru

4.9K 476 15
                                    

Tok tok

"Iya!" Laki-laki muda menyahut, berjalan menuju pintu depan.

Pintu depan terbuka, menampilkan sosok lelaki tinggi--tampan--berbalut kaus putih dan celana basket. Kepala lelaki itu tertunduk, fokus kepada ponselnya.

"Gue dari tadi chat tapi kok lo nggak baca sih, Jen?" kata si lelaki di luar.

Yang membukakan pintu terdiam, dahinya terlipat dengan alis berkerut. "Siapa?" ucapnya.

Laki-laki berkaus kemudian mendongak, melihat lawan bicaranya--sang pemilik rumah. "Lah, Seungmin?"

Mereka terdiam beberapa detik, saling kebingungan.

"Hyunjin? Lo ngapain?" Seungmin, si pemilik rumah bertanya.

Laki-laki berkaus memandang Seungmin sejenak. Wajah bingungnya kemudian mengangguk. "Lo sendiri ngapain di rumah Jeno?"

"Rumah Jeno? Jeno-nya udah pindah. Dia nggak ngasih tau?" tanya Seungmin.

Laki-laki di luar menggeleng. Akan tetapi, sedetik kemudian ia mengangguk. "Iya! Iya! Dia udah ngasih tau, kok. Gue yang lupa, hehe." Si kaus putih meringis.

Seungmin memutar matanya kesal. "Ya udah, berarti nggak ada urusan, kan?"

Si kaus putih terhentak. "Jutek amat, udah lama nggak ketemu kan bisa ditawarin ngeteh atau apa dulu gitu. Gue udah disini juga."

"Gue cuma nanya kali." Seungmin membela dirinya. "Masuk dulu deh, kebetulan mama abis buat cookie banyak buat dibagiin ke tetangga baru."

Seungmin mundur selangkah, mempersilakan teman-nya untuk masuk ke dalam kediaman barunya.

"Maa! Ada Hyunjin!" Seungmin berteriak setelah menutup pintu depan. Ia mengajak Hyunjin untuk pergi ke ruang tamu dan menyuruhnya duduk di sofa.

Mama Seungmin dari bergegas menuju ke ruang tamu dari arah dapur untuk menyambut Hyunjin. Hyunjin mencium tangan Mama Seungmin untuk menunjukkan rasa hormat. Tak lupa, ia juga memasang senyum terbaiknya.

"Hyunjin!! Apa kabar kamu?! Ya ampun, udah gede!" Mama Seungmin, secara tidak mengejutkan, menyambut Hyunjin lebih antusias dari anaknya sendiri. Mama Seungmin dan Mama Hyunjin memang berteman baik, dan beliau mengharapkan anak-anaknya juga bisa akrab.

Seungmin berjalan ke dapur meninggalkan Mama yang sibuk mewawancarai Hyunjin. Laki-laki itu mengambil beberapa keping cookie yang masih hangat dan menuangkan susu ke dua gelas. Setelah menata semuanya di atas nampan, Seungmin kembali menghampiri Hyunjin dan Mama di ruang tamu.

"Waduh, Min, nggak usah repot-repot," kata Hyunjin basa basi begitu melihat Seungmin meletakkan jajanan di meja.

"Ha ha ha." Seungmin tertawa hambar. "Jangan sok manis di depan Mama," bisiknya kepada Hyunjin. Hyunjin yang ditatap tajam hanya tersenyum jahil.

Untungnya sesaat kemudian, Mama kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaan membuat kuenya.

"Jadi tadi lo cari Jeno kesini? Padahal tau dia udah pindah?" Seungmin membuka pembicaraan. Ia menjatuhkan badannya di sofa ruang tamu yang sesungguhnya kelewat empuk.

Hyunjin mengambil sepotong cookie. Ia menanggapi pertanyaan Seungmin dengan anggukan. "Kan lupa! Soalnya biasanya kalo hari Jum'at gini kita main basket, terus movie marathon," katanya.

Seungmin menatap Hyunjin. Hanya menatap. Memerhatikan Hyunjin memakan cookies dan sesekali menyesap susu. Memerhatikan kaus putih Hyunjin yang rasanya kedodoran. Memerhatikan rambut Hyunjin yang jatuh bebas. Memerhatikan Hyunjin yang tidak memerhatikan Seungmin. Tujuan awal untuk membuka pembicaraan buyar sudah.

"Awas naksir," ucap Hyunjin cuek. Hal itu cukup untuk membuat Seungmin kembali ke dunia nyata.

Seungmin menggelengkan kepalanya. Ia tersenyum kecil. "Gue kaget lo masih inget gue," katanya.

Hyunjin tersentak, seketika mendongak menatap Seungmin. "Lo pikir gue sepikun apa? Lo kan ke LA cuma setahun, kenapa harus lupa."

"Ya kan siapa tau." Seungmin cemberut menghadapi reaksi Hyunjin.

Hyunjin tertawa renyah. "Inget lah! Tapi nggak nyangka juga kalau pindah ke tempat Jeno gini. Gue pikir lo bakal balik ke rumah yang di gunung itu," canda Hyunjin.

Dulu, Seungmin satu SMP dengan Hyunjin, tetapi rumahnya sangat jauh dari perkotaan. Setelah lulus, Seungmin bersekolah di LA selama 1 tahun. Sekarang setelah kembali, ia meninggali rumah sepupunya, Jeno, yang bergantian sekolah ke luar negeri.

"Kan Jeno sekeluarga pindah ke Singapore, ini rumah nggak ada yang nempatin. Daripada gue naik turun gunung kayak waktu SMP kemarin, mending tinggal di sini yang lebih deket sama sekolah gue nanti," terang Seungmin.

Bibir Hyunjin membulat. "Oooo," responnya.

"Berarti, nggak jadi main basket dan movie marathon?" tanya Seungmin.

"Jadi," jawab Hyunjin.

"Sendirian?" tanya Seungmin lagi.

"Sama lo, lah," kata Hyunjin. "Yuk," ajaknya kemudian.

Seungmin memasang muka masam. "Kata siapa gue mau?" ucapnya.

"Emang ada alasan buat nolak?" tanya Hyunjin.

"Ada lah! Gue mager, terus masih kudu bantuin mama—"

Belum selesai Seungmin bicara, Hyunjin sudah berdiri dan berlari ke dapur menghampiri Mama Seungmin.

"Tante, Seungmin boleh saya ajak main, nggak?" tanya Hyunjin (sok) manis.

Mama Seungmin berhenti sejenak dari kegiatannya, kemudian menoleh ke arah Hyunjin. "Boleh banget! Ajak aja tuh dia dari kemarin belum keluar rumah. Nanti bilangin Seungmin sekalian mampir ke supermarket juga ya beli minyak goreng sama es krim yang biasanya."

Hyunjin bersikap hormat layaknya upacara. "Siap, Komandan!" candanya.

Ia kembali ke tempat Seungmin yang sudah terlihat sangat bete. "Disuruh mampir ke supermarket," kata Hyunjin.

Seungmin mendecak, kemudian berdiri dengan gontai. "Ya, tunggu bentar gue ganti baju dulu." Dia memang memakai celana pendek dan kaus tidur.

Beberapa menit kemudian, Seungmin sudah siap di hadapan Hyunjin dengan kaus yang berbeda dan celana training panjang. Ia keluar dengan Hyunjin kemudian.

"Lo ikut main, kan?" tanya Hyunjin.

Seungmin menggeleng. "Ya enggak lah. Nih, lo liat gue pake sendal jepit," kata Seungmin sambil menunjuk kakinya. "Gue liat aja," lanjutnya.

"Di sekolah, gue kapten tim basket junior loh, Min," kata Hyunjin bangga.

"Ya terus?" tanya Seungmin cuek.

"Pamer doang." Hyunjin cekikikan.

***

Friends // Seungjin [✔]Where stories live. Discover now