21. Morning Sport

1.2K 174 38
                                    

Seungmin was always a morning person. Biasanya, Seungmin bangun subuh-subuh, mandi, kemudian nangkring di depan TV untuk menonton acara-acara receh atau berita yang menarik minatnya. Pukul 6 nanti, dia bangunin Hyunjin via telepon, kemudian makan sarapan bersama papa, mama, dan Kak Wonpil. Jam 7 kurang, antara Hyunjin yang jemput dia atau dia yang jemput Hyunjin, kesepakatan bersama.

Itu kalau lagi sekolah.

Kalau lagi liburan begini, Seungmin saja yang bangun pagi. Hyunjin biasanya baru menampakkan tanda-tanda kehidupan dengan nge-chat atau main ke rumah yang lebih muda mulai pukul sepuluh siang.

Tapi,

Tapi hari ini berbeda. Seungmin sudah membukakan pintu pukul enam pagi untuk melihat Hyunjin yang nyengir disana. Sudah lengkap dari kepala sampai kaki. Hoodie, kaus, celana training, sepatu lari, serta botol minum. Oiya. Ditambah dengan bau sabun yang masih menguar dari kulitnya.

"Mau apa?" sambut Seungmin.

"Mau jogging. Ayo jogging."

Seungmin menurunkan bahunya, menghela napas.

Ngide banget, heran.

"Terinspirasi dari mana?" tanya Seungmin. Nggak mungkin si Hyunjin yang biasa ngebo ini tiba-tiba, pada suatu Kamis yang indah, bangun subuh-subuh, mandi, serta lari ke tempat Seungmin buat ngajak yang satunya lari ke taman.

"Siapa, Min?" Belum sempat Hyunjin menjawab, mama Seungmin sudah melongokkan kepala karena si anak bungsu yang tadinya sedang sarapan, belum kunjung kembali sejak membukakan pintu.

Mata mama Seungmin bertemu dengan wajah Hyunjin yang berseri-seri.

"Hyunjin, Ma!" Hyunjin melambaikan tangannya riang. "Mau ngajak Seungmin jogging."

Iya, Seungmin dan Hyunjin sudah diberi ijin langsung oleh orang tua masing-masing memanggil dengan sebutan yang sama. Orang tua Seungmin dipanggilnya Mama dan Papa, terus orang tua Hyunjin dipanggilnya Ayah dan Bunda.

Biar kerasa hubungan mertua-menantunya kalau kata mama Seungmin.

Pede banget bakal nikah, tapi yaudahlah.

"Oh, Hyunjin." Mama Seungmin berjalan ke pintu untuk menghampiri kedua anaknya. Sesampainya di pintu, beliau melirik ke arah Seungmin yang masih berpiyama.

"Yaudah, Dek, sana ganti baju. Nggak usah sarapan dulu berarti, Mama bawain bekal aja. Hyunjin udah bawa bekal?" Mama Seungmin mendorong bahu anak bungsunya, menyuruhnya segera siap. Yang disuruh manut-manut aja, kemudian berjalan ke kamarnya.

"Hyunjin sih maunya beli pecel aja nanti, Ma. Biar nggak ngerepotin. Mau ke lapangan, kok. Di sana banyak warung," Bukannya masuk, keduanya memilih untuk berbincang di pintu depan. Toh, Seungmin nggak bakalan lama kan.

"Oh, yaudah kalau gitu." Mama mengangguk-angguk. "Jangan beli es," katanya.

"Emm.. nggak janji :D"

Mama mendecak, tapi tidak marah. Biarin aja, namanya anak muda, lagi doyan berontak.

"Tumbenan kamu ngajak lari? Biasa juga main jam sepuluh goleran di ruang tv," komentar Mama, nge-spill­ kelakuan dua bocah SMA kala bermain di rumahnya.

Hyunjin cengar-cengir. "Sekali-sekali, Ma."

Cengiran Hyunjin menular ke mama Seungmin. "Sekali doang? Besok enggak?"

Ditanya begitu, Hyunjin nampak berpikir. "Kalau bangun ya berangkat. Kalau nggak bangun ya enggak, hehe."

Tak lama kemudian, Seungmin sudah siap. Berpamitan dengan Mama, kemudian lari sama Hyunjin sampai lapangan. Lapangannya di tengah komplek, dekat rumah mereka kok. Yang ada lapangan basketnya itu. Di situ ada lapangan basket, lapangan tenis, track lari, dan beberapa fasilitas olahraga lain.

Friends // Seungjin [✔]Where stories live. Discover now