2. The Stupid Hwang

2.9K 412 23
                                    

Seungmin memerhatikan Hyunjin memantulkan bola oranye dengan lincah dari bangku di pinggir lapangan. Rambut Hyunjin sudah basah. Peluhnya menetes di mana-mana. Akan tetapi, kakinya masih lincah berlari dan melompat. Tangannya juga masih kuat memantulkan bola.

Setelah beberapa kali memasukkan bola ke ring, Hyunjin berlari kecil ke arah Seungmin dan duduk di sebelah laki-laki pendiam itu. Tangan Hyunjin merogoh ransel hitamnya untuk mengambil botol air mineral. Ia meneguk kasar air mineralnya sampai-sampai Seungmin dapat mendengar suara air yang mengaliri tenggorokan kering Hyunjin.

"Hahhh." Hyunjin menghela napas dengan keras. "Capek," katanya. "Ternyata kalo main sendiri lebih capek."

Hyunjin mengelap keringat di sekitar leher dan rahangnya menggunakan punggung tangan. Kemudian ia duduk santai dengan tangan menopang tubuhnya. "Lo masih nggak bisa main basket, Min?" tanya Hyunjin.

Seungmin menggeleng. "Gue bisanya main baseball," kata Seungmin. Matanya menatap jauh ke seberang lapangan.

"Eh!" Hyunjin memekik. Badannya dengan cepat terdorong ke depan. "Itu Minho," katanya.

"Minho siapa?" tanya Seungmin, celingukan mencari siapa yang dimaksud Hyunjin.

"Itu." Hyunjin menunjuk seorang laki-laki berambut hitam di seberang lapangan, sekitar 20 meter dari tempat mereka duduk. "Temen gue anak dance," kata Hyunjin.

"Pengen gue kerjain," kata Hyunjin lagi. Ia meringis jahil.

"Ngapain di kerjain?" tanya Seungmin was-was.

"Nggak papa, iseng aja." Hyunjin menjawab enteng. Tangannya dengan bergegas memasukkan botol mineral ke dalam tas dan menutup resletingnya. Kemudian, ia berdiri.

"Min, kalo dia udah kena, kita harus lari. Jangan sampe ketangkep, soalnya dia galak banget. Ntar lo digigit," kata Hyunjin. Ia sudah mengambil ancang-ancang melempar bola ke arah Minho.

Seungmin terbelalak dan cepat-cepat berdiri. Tangannya menarik lengan Hyunjin yang sudah mengangkat bola di atas kepala.

"Heh, gila ya lo! Kalo kena kepala sakit itu!" cicit Seungmin. Mulutnya memang setengah berbisik karena takut didengar Minho. Bisa-bisa, sebelum dia sempat lari sudah digigit Minho duluan.

"Engga, kan jauh. Nggak mungkin keras," kata Hyunjin. Ia menurunkan tangannya sejenak dan menoleh ke arah Seungmin. "Lo tenang aja," lanjutnya sambil terus tersenyum iseng.

"Gak, Hyunjin!" Seungmin sudah akan merebut bola, tapi terlambat.

Bolanya sudah terlempar oleh tangan Hyunjin. Seungmin memerhatikan dimana bola itu akan mendarat. Mulutnya berkomat-kamit, mendoakan bolanya agar hanya melewati atas kepala Minho. Mau sejauh apapun, itu bola basket. Massanya besar.

Buk! Bolanya...

mengenai kepala Minho.

"Bangsat." "Holyshit." Terdengar umpatan Minho yang menyentak dan umpatan Seungmin yang bisik-nbisik dari tempat Hyunjin berdiri. Laki-laki di seberang itu menangkap bola basket, kemudian mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk menemukan pelaku penganiayaan kepalanya.

"HWANG HYUNJIN!" Teriak Minho begitu mata elangnya menangkap sosok Hyunjin berdiri sambil tertawa.

"HAHA. Ayo, Min," ajak Hyunjin pada Seungmin. Ia menarik tangan Seungmin untuk segera lari. "Inget, jangan ketangkep. Lari aja terus sampe supermarket," kata Hyunjin sambil berlari.

Seungmin sih, sudah biasa berlari. Jadi, hal begini bukan masalah.

Yang jadi masalah adalah, Hyunjin ini bodoh sekali.

Minho untungnya mudah menyerah dan lebih memilih untuk menhemat tenaganya. Ia memeluk bola basket Hyunjin sambil memerhatikan si kunyuk itu lari meninggalkan lapangan.

"Abis lo di sekolah," desis Minho.

***

"Bahaya tau yang kaya gitu," omel Seungmin.

Sejak tadi mereka berlari, kemudian berjalan ke supermarket, bahkan setelah memasuki surga kecil yang adem itu, Seungmin tak henti-hentinya mengomel.

"Ah baweeel. Dia nggak bakal kenapa-napa," rengek Hyunjin yang telinganya sudah panas mendengar omelan Seungmin.

Seungmin menghela napas. Ia memasukkan minyak goreng titipan mamanya ke dalam keranjang.

"Kenapa nggak yang merk ini?" tanya Hyunjin iseng sambil menunjuk merk yang berbeda dengan yang dipilih Seungmin.

"Soalnya udah biasa pake yang ini," jawab Seungmin sambil melangkah ke rak jajan.

"Tapi kan yang satunya lebih murah?" cicit Hyunjin penasaran.

"Udah nggak usah balik bawel," kata Seungmin.

Seungmin memilih jajannya. Begitu juga Hyunjin yang tiba-tiba memasukkan 2 bungkus Lays ke keranjang Seungmin.

Seungmin berhenti dari kegiatannya kemudian memutar badan menghadap Hyunjin. "Ini apaan?" tanyanya.

"Jajan." Hyunjin meringis, menunjukkan matanya yang menjadi bulan sabit karena senyum yang terlalu lebar.

Seungmin mendengus tapi mengalah juga. Biarin deh daripada debat.

Setelah memasukkan es krim dan membayar—termasuk jajan Hyunjin—mereka berdua berjalan santai untuk kembali pulang.

"Terus bola lo gimana?" tanya Seungmin. Bola basket, maksudnya.

"DIbawa Minho. Paling Senin dibalikin." Hyunjin tadi juga membeli es krim batangan yang pelangi, sama seperti Seungmin. Satu tangannya yang bebas membawa sebagian belanjaan Seungmin.

"Temen satu sekolah?" tanya Seungmin lagi.

Hyunjin mengangguk sambil menjilati eskrimnya. "Kakak kelas," katanya.

Seungmin melirik Hyunjin. "Nggak sopan banget ngelempar bola ke kakak kelas," sindir Seungmin.

"Aduh, jangan ngomel mulu lo tuh," protes Hyunjin frustasi.

"Gue deket kok sama Minho. Dia asik kalo dikerjain, soalnya galak." Hyunjin terkekeh. "Gue aja sering dipukul," katanya.

"Sering dipukul kok malah seneng mancing? Aneh," kata Seungmin.

"Tuhan, lo mirip banget tau nggak sama Minho tuh. Galak. Kalo ngomong blak-blakan, tajem pula," kata Hyunjin.

"Biarin," cibir Seungmin.

Ketika sampai di rumah Seungmin, Hyunjin meletakkan kresek belanjaan di meja ruang tamu. "Min, gue langsungan," katanya.

"Movie marathon-nya?" tanya Seungmin menanyakan jadwal Hyunjin yang satu lagi.

Hyunjin menggeleng. "Gue mau mandi aja. Lo juga kayaknya masih banyak yang harus dikerjain," katanya.

"Iyasih. Yaudah. Makasih ya udah dibantuin bawa," kata Seungmin.

Hyunjin mengacungkan jempol. "Oke!" ujarnya, kemudian melangkah ke pintu.

"Eh! Jajan lo, bawa!" protes Seungmin, ogah menumpuk Lays.

"Lo bawa aja, buat persediaan. Kan lo yang bayar," kata Hyunjin.

Seungmin mendecak (lagi), kemudian memasukkan jajan Hyunjin ke kresek.

"Males. Nggak doyan. Lo bawa aja nih," kata Seungmin sambil memberikan tas kresek isi jajannya.

Hyunjin menerima sambil cengar-cengir usil. "Oke, makasih ya. Makasih udah ditemenin basketan. Minggu depan lagi, ya," kata Hyunjin.

Seungmin tertawa. "Iya, kalo bola lo selamet ya," canda Seungmin.

"Emang bola gue bakal kenapa?" tanya Hyunjin polos. Ia melihat Seungmin, menunggu jawaban.

"Ya, kalo gue Minho, gue bakal kempesin bolanya sebelum balikin ke lo," kata Seungmin.

"OOOH haha," tawa Hyunjin. "Nggak, Minho kayaknya nggak bakal kepikiran sampe situ," katanya.

"Ya bagus kalo gitu," ujar Seungmin.

"Iya. Duluan, ya!" pamit Hyunjin.

***

Friends // Seungjin [✔]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant