11. Hyunjin's Favorite Bantal

1.7K 267 22
                                    

Flashdisk Hyunjin hilang. Padahal, dia sudah mengunduh satu film yang sangat ingin ia lihat bersama Seungmin. Jadilah, dibanding pergi ke rumah Seungmin, ia mengundang teman nonton film-nya itu ke rumahnya. Untungnya Seungmin sedang senang dan mood­-nya sedang bagus, jadi dia bersedia untuk berjalan beberapa puluh meter ke rumah Hyunjin.

Hyunjin membuka pintu rumahnya begitu ketukan terdengar. Matanya disambut oleh pemandangan berupa Seungmin yang memakai hoodie kebesaran. Kacamata yang bertengger dan rambut yang tidak tertata menambah kegemasan si laki-laki yang terlihat seperti bocah itu. Argh, bahkan jari-jarinya tidak terlihat karna tangannya tenggelam dalam lengan hoodie yang terlalu panjang untuk badan mungilnya.

"Baju siapa lo pake?" tanya Hyunjin. Ia melangkah ke belakang pintu, mempersilakan tamunya untuk masuk.

"Bajunya Kak Wonpil," kata Seungmin sambil tersenyum. Dia haha hehe pula.

"Kenapa lo kok cekikikan gitu?" tanya yang lebih tinggi. Orang tuanya masih bekerja, jadi dia langsung membawa Seungmin menuju kamarnya.

Seungmin disambut dengan dinding putih yang terpasang beberapa poster tokoh terkenal. Tidak seperti kamar Seungmin yang didominasi biru, kamar Hyunjin lebih ke monokrom. Lemari, karpet, sofa, rata-rata berwarna hitam. Kamar Seungmin tidak kalah estetik dengan ini, tapi entah kenapa kamar Hyunjin terasa lebih hangat dan 'berisik'.

Setelah mengambil laptop di meja belajar, yang punya kamar duduk di tempat tidur. "Nonton di kasur aja, soalnya gue rada ngantuk," ujarnya.

Si tamu tentu menurut, mengikuti Hyunjin untuk duduk bersila di tempat tidur, meyandarkan punggung di dinding. Kasur Hyunjin lebih empuk dibanding milik Seungmin, dan bed cover-nya juga tebal. Sepertinya meringkuk disini bakal enak..

Seungmin juga baru menyadari kalau ada beberapa peredam suara tertempel di dekat pintu dan jendela, mungkin untuk meredam suara kala hujan petir, mengingat Hyunjin takut pada petir. Mata kecil Seungmin terus menangkap hal-hal baru yang terdapat di kamar si kapten basket.

"Gue ambil jajan dulu," kata Hyunjin yang baru teringat akan camilan mereka. Ia beranjak turun dari tempat tidur, kemudian pergi ke luar kamar.

Kaki Seungmin yang telanjang tergerak untuk mengitari kamar Hyunjin. Ia melihat ke meja belajar kayu berwarna hitam di pojok ruangan. Ada beberapa foto dengan pigora kecil diletakkan di sana. Ada foto Hyunjin bersama orang tuanya, ada foto Hyunjin dan Jeno, sahabat baiknya sekaligus sepupu Seungmin, ada foto mereka saat outbond SMP, ada foto bersama tim basket, dan ada satu foto yang entah diambil kapan dan oleh siapa. Seungmin tertarik untuk mengangkat pigora kecil yang fotonya terlihat asing itu.

Kok gue lupa pernah kayak gini, pikir Seungmin.

Foto itu menunjukkan dua punggung, miliknya dan Hyunjin, sepertinya di bandara. Mungkin saat dia mau pergi ke LA? Seungmin mengedikkan bahunya, malas berpikir lebih jauh. Biar saja, lagipula Seungmin kalau dia adalah salah satu orang yang berharga bagi Hyunjin, walaupun si Hwang tidak pernah menyinggungnya.

"Ayo! Jangan ngeliatin foto-foto gue di situ, ntar lo naksir," kata Hyunjin.

Si bocah meletakkan kembali foto itu di meja, kemudian berjalan menyusul Hyunjin yang sudah duduk manis di kasur. Jajan dan camilan sudah dibuka. Keduanya sudah siap memulai film yang dinanti-nanti oleh Hyunjin.

***

Walaupun matanya terfokus ke layar laptop, Seungmin tahu kalau laki-laki di sampingnya bolak balik menguap. Entah karena bosan, atau memang mengantuk saja.

"Lo yang milih ini film, loh, Hyunjin. Jangan tidur," kata Seungmin memperingatkan.

Si Hyunjin yang kadang memang tidak tahu diri, justru memindahkan badannya untuk tiduran. Kepalanya? Tentu saja ia letakkan di paha Seungmin, langsung menghadap laptop.

"Nggak pusing apa begitu?" tanya Seungmin kala melihat posisi laki-laki satunya yang sepertinya tidak terlalu nyaman.

"Nggak papa, gue mau tidur, bukan nonton film," kata Hyunjin.

Salah sendiri iseng, telinganya jadi korban jeweran Seungmin. "Enak aja, enggak!" seru Seungmin.

Berkat telinga yang ditarik, Hyunjin jadi kembali ke posisi duduk, menjauh dari paha Seungmin. Mulutnya mengerucut dan alisnya bertaut. "Mau tidur!" serunya sambil merengut.

"Ya tidur di bantal. Masa di kaki gue?" Seungmin tidak terima dengan ide Hyunjin yang menurutnya tidak brilian. Ia membawa pahanya ke pelukan, terlipat sehingga Hyunjin tidak bisa melakukan penjarahan atas wilayah itu lagi.

"Ya itu kan bantal?" Hyunjin protes sambil menunjuk paha Seungmin.

"Ini kaki gue! Bantal apaan!" Seungmin mengeratkan pelukan pada kakinya, seolah-olah kaki itu bisa kabur sendiri.

"Bantal favorit gue," kata Hyunjin. Lidah laki-laki itu terjulur iseng sebelum tangannya meraih paha Seungmin dan menariknya kuat-kuat.

"Buka, Min!" teriaknya. Seungmin merapatkan kakinya ke dada, tidak mau kalah dengan si kapten tim basket.

Seungmin tertawa-tawa sambil mempertahankan pahanya. "Lepasin, Hyunjin!"

"Enggak!" Tangan Hyunjin yang semula satu, kini dipakai dua-duanya untuk menarik kaki si teman. "Buka bentar, entar gue traktir es krim," bujuk si marga Hwang.

Seungmin tidak gentar. Ia menggeleng kuat-kuat.

"Mau apa deh, gue beliin. Sebut aja sebut," kata Hyunjin lagi. Tangannya sudah ditarik kembali, berusaha memenangkan pertarungan melalui jalur diplomasi.

Seungmin menggeleng lagi. Ketika Hyunjin tidak menunjukkan tanda-tanda hendak mengulurkan tangan, tangan Seungmin mengambil bantal di samping badannya dengan cepat. Bantal itu kemudian Seungmin lemparkan ke arah Hyunjin. "Tuh, bantal!"

Bantal itu mendarat lumayan keras di wajah Hyunjin karena jarak mereka yang dekat. Si Hwang tidak terima. "Lo main-main sama gue, ya, Kim Seungmin!" serunya. Ia memasang ekspresi siap perang. Badannya kemudian dibawa menerjang teman satu kelasnya.

Bukannya nonton film, jadinya film yang nonton aksi gulat mereka berdua.

***

Seungmin dan Hyunjin baru berhenti bercanda ketika kaki Hyunjin tak sengaja menendang laptop, yang bodohnya, masih diletakkan di kasur tempat mereka berperang.

"Rusak nggak?" tanya Seungmin khawatir. Pasalnya, laptop itu jatuh dari atas kasur ke lantai, dan suara yang dihasilkan akibat benturannya lumayan menyakitkan didengar telinga.

Hyunjin beruntung karena laptopnya masih mau menyala dan menunjukkan gambar yang normal ketika tombol power ditekan. Kalau tidak, mungkin dia harus menyisihkan uang sakunya untuk membetulkan benda yang sangat penting untuk mengerjakan tugas itu.

"Udahan, udahan! Sudah jatuh korban," kata Seungmin. Ia meregangkan otot-ototnya yang ia telah pergunakan secara maksimal untuk mengalahkan si Hwang.

"Laper, nggak sih? Gue laper. Pesen pizza, yuk," ajak Hyunjin. Ia meletakkan laptop di tempat yang lebih aman. 

"Boleh. Lo yang bayar, ya," jawab Seungmin.

Semula, Hyunjin murni ingin makan, tapi setelah mendengar Seungmin berkata seperti itu, dia jadi punya ide lain.

"Gue yang bayar kalo boleh tiduran di paha," kata Hyunjin.

Seungmin memutar bola matanya. Capek. Males debat dia tuh.

"Serah lo dah. Segitunya pengen tiduran di paha, padahal pahanya keras gini. Nggak kena tulangnya apa?" Seungmin membawel.

Hyunjin tersenyum meringis sambil menggeleng. "Enggak kok," katanya.

Setelah memesan Pizza lewat aplikasi online, Hyunjin mengajak Seungmin turun dan bersantai di ruang televisi. Ia menyediakan dua gelas air putih untuk dirinya dan Seungmin minum. Pereda haus sebelum pizza beserta minuman sodanya datang.

Kurang dari 10 menit, pizzanya sudah tiba. Seungmin menikmati makanan gratis tersebut sambil duduk bersila di sofa, sedangkan Hyunjin menikmati waktu terbaiknya tiduran di paha Seungmin. Kalau saja Seungmin tidak mencubiti pipi dan hidung mancungnya, si kapten pasti sudah tertidur di tempat yang telah ia nobatkan sebagai tempat dan bantal terfavorit a la Hyunjin itu.

***

Kalian paling suka makan pizza didampingi lemon tea atau cola? btw tidur gais...

Friends // Seungjin [✔]Where stories live. Discover now