14. 1 A.M Questions

1.3K 211 29
                                    

"Min." Hyunjin menggoyang pelan bahu Seungmin. Seungmin tidak seperti dirinya, sedikit guncangan dan panggilan di telinga sudah mampu untuk membangunkan cowok yang lebih muda itu.

"Kenapa, Jin?" Seungmin menutup kedua wajahnya dengan tangan. Suaranya juga masih serak khas bangun tidur.

"Nggak bisa tidur," kata Hyunjin. "Gue kepikiran sesuatu."

Seungmin kembali memejamkan matanya, enggan menanggapi Hyunjin yang seharusnya juga terlelap.

"Min, please? Gue udah merem daritadi, tapi bener-bener nggak bisa tidur. Gue udah buatin teh anget buat lo." Hyunjin masih berusaha membangunkan yang sedang terlelap.

Kalau memang ada yang merespon chat yang dikirimnya ke grup kelas, Hyunjin yakin dia tidak akan membangunkan Seungmin. Sayangnya, pesan yang dikirim ke grup kelas pun, jangankan dibalas, yang membaca saja nihil. Hyunjin adalah satu-satunya anak kelas yang masih bangun. Yang lainnya pasti sudah tepar karena perjalanan. Apalagi hawa disini sejuk, cocok untuk meringkuk dalam selimut.

Sebenarnya bisa saja dia pergi ke resepsionis yang ada di depan, karena memang pegawai diberi shift bergantian agar terjaga 24 jam. Sayangnya lagii, kalau Hyunjin ingin pergi ke resepsionis dari kamarnya, dia harus berjalan sekitar 260 langkah di jalan setapak yang kanan kirinya masih ditumbuhi pohon-pohon tinggi dengan 0 buah penerangan.

Mana mungkin seorang Hyunjin berani melakukan perjalanan tersebut. Cara yang paling mudah memang dengan tidur (yang dia sudah coba berulang kali namun tetap gagal) atau membangunkan Seungmin.

"Min, ayo bangun dong, gue takut," rengek Hyunjin di depan wajah Seungmin yang mencoba untuk pulas.

Seungmin akhirnya menyerah dengan percobaan nyenyaknya. Ia terbangun sambil mengomel kecil. "Kalau nggak penting awas aja." Bocah itu lalu membawa badannya untuk duduk bersandar pada kepala tempat tidur yang tertempel di dinding.

"Min, kenapa kolam renang itu keramiknya warna biru?" tanya Hyunjin.

Asli.

Kalau nyawa Seungmin sudah terkumpul sepenuhnya, pasti tinju gemasnya sudah melayang ke bahu Hyunjin. Sayangnya, kekuatannya belum benar-benar hinggap di tangan, jadi Seungmin hanya mengerang kecil.

"Argh.. nggak penting!" Matanya setengah terpejam, dahi beserta alisnya mengkerut, bibir mengerucut. Kesal dia.

Yang menjadi pengganggu alias Hyunjin kemudian tertawa. "Bercanda, bercanda. Udah lihat di Quora. Katanya kalau warna lain bikin kolamnya nggak kelihatan seger."

"Hm." Seungmin membalas dengan satu gumaman.

"Min, ini gue mau ngomong serius. Lo udah sadar belum?" tanya Hyunjin lagi. Kakinya sudah dibawa bersila di tepi tempat tidur. Dengan cahaya seadanya (hampir tidak ada), dia berusaha memerhatikan wajah Seungmin yang entah bangun atau tidak.

"Min, pacaran yuk?"

ADA YANG RIBUT TAPI BUKAN ANAK SMA TAWURAN.

Jantung Hyunjin yang ribut.

Dia iseng! Cuma mau ngetes apa Seungmin sudah benar-benar bangun atau belum. Kenyataannya, Seungmin tidak memberi respon apapun selain gerakan dada yang teratur dan dengkuran halus.

"Seungmin!" Hyunjin menahan teriakannya, mengakibatkan suaranya jadi melengking dan membangunkan Seungmin.

Akhirnya Seungmin membuka matanya lebar-lebar, kemudian mengerjap, berusaha mencari penerangan.

Gantian Hyunjin yang mengerang. Dia meraih tangan Seungmin kemudian mengayunkan tangan malang itu ke atas dan ke bawah. "Bangun, bangun!!"

Tangan Seungmin yang bebas dipakainya untuk mengusap kasar wajahnya yang masih bau bantal. "Udah, udah. Gue udah bangun. Mana tehnya?" Walaupun setengah sadar, dia tadi dengar kalau Hyunjin bilang sudah membuatkan teh hangat untuknya.

Friends // Seungjin [✔]Where stories live. Discover now