16. Jejak Pasir Pantai

1.2K 218 56
                                    

Yang tadi pagi sudah berusaha galak, pertahanannya runtuh juga. Seungmin sudah duduk di atas pasir sambil menjepret pemandangan di hadapannya.

“Fotoin gue yang ganteng,” kata Hyunjin. Kaki telanjangnya menari di atas air laut yang mampir ke daratan.

"Hm." Gumam Seungmin, kemudian mengambil foto-foto Hyunjin tanpa aba-aba.

Ia memandang foto-foto Hyunjin yang diambil candid. Batinnya bicara, nggak perlu gue atur juga udah ganteng dari sononya.

Namun, Seungmin yang suka melihat Hyunjin berusaha, coba mengarahkan si postur tiang itu agar mendapat sudut yang pas. Gantengnya dapet, pantainya dapet juga.

Seungmin terus melanjutkan sorotannya ke arah Hyunjin yang kini tengah berjongkok sambil membawa ranting kayu. Hyunjin terlihat menggeserkan ujung ranting itu ke pantai.

Seungmin pikir, Hyunjin menuliskan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengannya. Mungkin namanya sendiri. Akan tetapi, kemudian Hyunjin memanggil Seungmin untuk menghampiri mahakaryanya.

'SEUNGJIN' tulisan itu terlihat.

Seungmin terdiam memandangi tulisan itu.

"Ini typo?" katanya.

Hyunjin cepat-cepat menoleh. "Kok typo? Bener ini mah. Seungjin. Seungmin Hyunjin," jawab Hyunjin, menunjuk Seungmin, kemudian dirinya sendiri. Senyum malu-maluin terpatri di wajahnya.

Iya, malu-maluin bukan malu-malu.

Seungmin geli sendiri sebetulnya, tapi ia menjepret wajah Hyunjin yang belum siap, kemudian mengalihkan kameranya ke arah lukisan yang dibuat Hyunjin sebelum sempat diprotes.

"Geli." Seungmin menggumam kecil.

"Inget, nggak? Itu dulu waktu SMP anak-anak sering kasih kita julukan itu," kata Hyunjin. Memorinya memutar ulang masa-masa SMP-nya.

Seungmin mengangguk. "Inget nggak, waktu keluarga lo sama keluarga gue main ke sini?"

Hyunjin menelan ludahnya nervous. Jujur, dia hanya ingat beberapa bagian. Takut kalau-kalau Seungmin menanyakan momen yang sudah dia lupakan.

By the way, iya. Mereka cuma berdua di pantai. Sebenarnya sih sudah coba ajak yang lain, hampir seluruh siswa, tapi mereka nggak ada yang mau. Taulah perbuatan siapa. Ya Risa. Seungmin bilang, besok aja ke pantainya, tapi Hyunjin nggak mau.

'Belum tentu besok secerah ini, Min,' katanya tadi pagi. Masuk akal juga, pikir Seungmin, jadi dia mengikuti kemauan Hyunjin.

Mereka nggak tahu kalau ada anak kelas yang bawa kamera tele dan sok-sok jadi dispatch, ngefotoin momen-momen mereka. Dari SMP, emang banyak banget yang mendukung Seungjin. Susah juga buat nggak mendukung dua insan yang sama-sama tulus ngebantu satu sama lain buat berkembang dengan maksimal.

"Lo inget juga, pernah ngapain di pantai ini?" tanya Seungmin.

NAH. Ini dia. Hyunjin lupa. Dia hanya inget pernah camping tengah malam di dermaga situ.

Hyunjin akhirnya cuma diam.

Seungminnya terkekeh melihat Hyunjin diam saja. "Kayanya lo lupa."

Hyunjin jadi cemberut. Merasa bersalah karena sudah lupa momen-momen yang dihabiskan dengan Seungmin satu tahun lalu, sebelum mereka lulus dan Seungmin bersekolah di Amerika.

"Lo nembak gue, di pantai ini. Tiga tahun yang lalu," kata Seungmin. "Nggak tau ada dewi cinta apa gimana di pulau ini."

Hyunjin diam, berusaha menyembunyikan suara detak jantungnya yang udah kaya genderang perang. Dia ingat kalau pernah nembak Seungmin. Ya kali mau lupa! Tapi dia juga mau mengakui kalau dia tidak terlalu ingat detailnya. Dia hanya ingat kalau waktu itu Seungmin belum jawab dan keburu kabur kembali ke pulau.

Friends // Seungjin [✔]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora