17. Sisi Lain

229 30 1
                                    

Selamat Membaca!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat Membaca!

Percayalah, itu hanya kedok palsunya untuk menutupi sikap aslinya. Dibalik kedok itu, ada sisi lain yang tertutupi.

.

.

.

Tengah malam yang sunyi, hanya terdengar suara jangkrik disana menambahkan kesan yang sangat sepi dan sunyi malam itu. Dito membuka matanya, ia tertidur sebentar saat menemani Caca tidur dikamarnya. Dito menatap kasur yang usang itu, disana tidak ada Caca. Lalu dimana dia?

Dito beranjak dari sana, kakinya berjalan mengarah kearah dapur. Ia melihat perempuan itu sedang mengambil segelas air mineral dan meneguknya. Dito mendekatinya, "Kok bangun?"

Caca menoleh lalu meletakkan gelas itu. "Kebangun,"

Dito menarik nafasnya dalam-dalam, "Gue jadi ikut tidur jadinya," katanya. "Gue balik ya ke Villa." tuturnya lagi. Caca menoleh menatapnya. "Aku sendirian nanti dong?"

"Kenapa? Takut?"

Caca mengangguk. "Iya, aku takut. Aku gamau sendirian, aku ikut Kak Dito aja ya?"

Dito tertawa kecil melihat wajah Caca yang sedang ketakutan seperti itu. "Ikut? Kemana emangnya?"

"Kemana aja, sama Kak Dito."

Dito berjalan keruang tamu, ia mengambil jaketnya lalu melangkah pergi dari sana diikuti langkah Caca. "Kak, belom selesai acaranya ya?" Caca bertanya.

"Belom, sekarang lagi pengarahan. Mau ikutan?" Kata Dito.

Caca menganggukkan kepalanya menanggapi perkataan Dito.

Dito berjalan keluar dari Villa itu, tangannya menggenggam tangan Caca untuk menuntunnya mengikuti arah langkah yang dipijak oleh Dito. Dito berjalan kearah Villanya, terlihat suasana disana ramai. Semua orang tertawa dan bernyanyi bersama ditemani oleh api unggun yang menyala di tengah sekumpulan orang-orang. Caca melihatnya tersenyum kecil, sungguh menyenangkan. Bukan?

Saat langkah Caca mengarah kesekumpulan orang-orang dan melepas genggaman tangan Dito, secara kasar Dito menarik pergelangan tangan. Mencekal tangannya Caca untuk tidak kesana. "Kenapa?" Caca bertanya.

Dito mengerutkan alisnya, "Jangan kesana, ini malam udaranya dingin diluar, Lo juga lagi sakit. Masuk ke dalam Villa." Ujar Dito lalu menarik Caca untuk masuk kedalam Villanya.

Caca mendengus sebal dengan tindakan Dito yang seperti ini, "Kak, kenapa harus kedalem sih?" Tanyanya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Diluar dingin, Ca."

My Girlfriend Is MayoretWhere stories live. Discover now