10

5.1K 257 20
                                    

Hari ini adalah jadwal piket Nara. Saat pulang sekolah ia bertugas untuk mengumpulkan buku paket dan mengembalikannya ke ruang guru.

Mila, Tasya, Fely, Juna, dan Deva yang menghampiri Nara yang sedang menghitung jumlah buku paket di meja paling depan.

"Ra, Gue duluan ya sama Fely, Tasya, Juna," pamit Mila.

"Lo nanti aja bareng gue, Mil," pinta Nara tanpa mengalihkan perhatiannya dari setumpuk buku paket di hadapannya itu.

"Gue nggak tau rumah Deva, makanya gue bareng Juna yang tau rumahnya," jelas Mila sambil menggendong ranselnya.

"Gue juga nggak tau rumah Deva, ntar gue nyasar gimana?" Nara menatap Mila dengan puppy eyes nya.

"Lo bareng sama gue. Mereka biar duluan, gue nunggu lo dulu," kata Deva yang berdiri di belakang Nara.

"Beneran?" Tanya Nara memastikan.

"Bener, Ra," jawab Deva dengan senyumnya.

Nara mengembangkan senyumnya menanggapi Deva. Ia mengacungkan dua ibu jarinya pada Mila, Tasya, Fely, dan Juna tanda bahwa ia setuju.

"Ya udah kita cabut dulu, Ra, Dev," pamit Juna kemudian melangkah keluar kelas dan diikutin Mila, Tasya, dan Fely.

Deva melangkah menuju meja guru dan duduk di kursi guru. Ia memperhatikan Nara yang sedang mengecek apakah bukunya sudah lengkap atau belum.

Cantik, batinnya. Tak terasa senyumnya mengembang. Sedetik kemudian ia dikagetkan dengan suara Nara.

"Oh iya gue belum bilang Kak Satya kalau mau kerja kelompok, bentar gue telfon Kak Satya dulu," ucap Nara dengan panik dan segera mengambil ponselnya untuk menelfon Satya.

"Halo, Kak! Gue ada kerja kelompok, tadi gue lupa mau ngabarin lo," katanya saat panggilannya tersambung.

"Udah ditunggu lama ternyata nggak pulang, dasar bege!" Omel Satya di seberang sana.

"Maaf, gue lupa ngabarin," ucap Nara lalu menggigit bibir bawahnya. Deva terus memperhatikan Nara diam-diam

"Iya, lain kali kabarin gue dulu. Kerja kelompok di mana? Sama siapa aja?" Tanya Satya tidak santai.

"Di rumah Deva, ada Mila juga kok," jawabnya.

"Cowoknya berapa? Ceweknya berapa? Siapa aja?" Satya memberondong Nara dengan berbagai macam pertanyaannya.

"Cowoknya ada dua, Deva sama Juna. Ceweknya ada 4 termasuk gue," jawab Nara dengan memutar bola matanya jengah. Deva terkekeh melihat tingkah Nara.

"Oke, jangan macem-macem dan jangan pulang malem. Kalau mau pulang telfon gue!" Titah Satya.

"Iya iya, bawel!" Kata Nara lalu mematikan telfon secara sepihak.

Devan menggelengkan kepalanya. Ia penasaran sebenarnya ada hubungan apa antara Nara dan Satya kakak kelasnya itu sampai-sampai Nara harus mengabarinya dulu jika akan pergi.

Deva ingin bertanya pada Nara, namun ia mengurungkan niatnya dan memilih diam.

"Yuk! Gue udah selesai," ajak Nara.

Deva mengangguk dan segera bangkit. Mereka berjalan berdua menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi, hanya ada beberapa anak yang berkegiatan ekstrakurikuler.

"Gue tunggu di parkiran, ya," kata Deva saat mereka sampai di depan ruang guru.

"Iya," jawab Nara.

"Gue tunggu di motor gue, nggak papa kan pakai motor?" Tanya Deva.

Nara mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban. Tingkah Nara itu membuat Deva gemas. Deva mencubit pipi Nara dan melangkah pergi.

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang