54

3.6K 184 16
                                    

Kebiasaan Raffa sejak kecil saat sedang ada masalah adalah merendam kakinya di tepi kolam renang. Seperti saat ini, ia duduk termenung sendirian di pinggir kolam renang rumahnya dengan kaki yang tercelup di air.

Di kepalanya hanya terpikirkan nama Nara. Pertama kalinya ia merasakan masalah hati dengan perempuan. Ternyata rasanya sangat menyakitkan.

"Ah elah, bengong mulu lo, Kak! Tuh ada chat masuk sampai nggak tau," tegur Rasya yang melihat ponsel Raffa menyala tapi tak dihiraukan oleh sang pemilik.

Tak ada tanggapan dari pria itu, Rasya segera menyambar ponsel Raffa dan membuka kuncinya dengan mudah karena ia pernah mengintip Raffa saat membuka kunci ponselnya. Ia segera membaca pesan yang baru saja Raffa terima.

"Jangan sampai gadis itu lepas dari pengawasan lo. Cari dia sekarang, dia dalam keadaan bahaya," Rasya membaca dengan suara yang dikeraskan.

"Siapa sih nih orang? Salah kirim apa gimana dah? Gaje bener pakai bilang dalam keadaan bahaya," Kening Rasya berkerut saat melihat kembali pesan dari nomor tak dikenal itu.

Raffa berdiri dan segera menyambar ponselnya dengan wajah dingin. Ia membaca pesan itu. Pesan dari nomor yang sama dengan nomor yang selalu menerornya.

"Itu nomor yang waktu itu lo tanyain ke gue, Kak?" Tanya Rasya. Pria itu menganggukinya.

Beberapa kali nomor ini selalu mengirimnya pesan tentang Nara. Entah untuk kali ini Raffa akan mempercayai pesan itu atau tidak karena suasana hatinya yang memang sedang bimbang. Semua keputusan ada di tangannya, ia sendiri yang harus memilih.

-----

Terhitung sudah beberapa kali Nara mondar-mandir mencari Kevin. Taman Green Leaf sebenarnya tidak terlalu luas, namun sulit sekali untuknya menemukan sosok Kevin.

"Niat ngajak ketemuan nggak, sih? Dihubungin juga hp-nya nggak aktif," keluh Nara setelah beberapa kali mencoba menghubungi Kevin namun ponselnya tidak aktif.

"Gue tunggu 15 menit lagi, kalau sampai 15 menit itu udah habis gue bakal pergi," putus Nara tegas.

Kakinya melangkah ke sebuah bangku taman dan duduk sambil memainkan ponselnya. Namun lama-kelamaan ia sangat bosan hanya itu-itu saja yang ia lakukan.

Ia melihat jam yang tertera di layar ponselnya. Sudah 15 menit berlalu sejak ia duduk di bangku taman. "Au ah, gue langsung ke rumah Kak Raffa aja."

Tanpa berniat menambah waktu untuk menunggu lagi, Nara segera kembali ke mobilnya. Membawa mobilnya pergi dari Taman Green Leaf.

Tangan Kanannya ia gunakan untuk mengendalikan stir dan tangan kirinya ia gunakan untuk memijit keningnya. Pusing yang ia rasakan tiba-tiba muncul kembali.

Nara memutuskan untuk menepi terlebih dahulu daripada membahayakan dirinya. Namun saat di tikungan jalan tiba-tiba ada sebuah truk dari arah berlawanan yang melaju kencang hingga membuat Nara banting stir ke kiri.

Tepat di depannya ada sebuah pohon besar. Dengan cepat kakinya menginjak pedal rem. Namun tak ada reaksi apapun, mobilnya tetap terus melaju kencang.

"Ini udah direm kenapa nggak mau berhenti?!" Nara mulai panik. Keringat bercucuran di pelipisnya. Remnya blong, tentunya ia tak tahu harus berbuat apa lagi.

Mobilnya tak bisa ia kendalikan lagi. Nara tahu kalau mobilnya akan menabrak pohon besar itu. Sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah pasrah jika memang ini adalah ajalnya. Matanya ia pejamkan, siap untuk menghadapi semua yang terjadi padanya.

Braakkk!!

Pohon besar itu hampir tumbang karena hantaman mobil Nara yang sangat keras. Semua warga yang ada di sekitar tempat kejadian segera mengerubungi mobil Nara.

NARAFAWhere stories live. Discover now