19

4.3K 251 9
                                    

Seluruh calon pengurus OSIS baru dikumpulkan di kelas X MIPA 1. Mereka duduk di bangku masing-masing untuk menunggu instruksi dari pengurus OSIS.

"Sebelum kita seleksi kalian, saya mau tanya. Apakah di antara kalian ada yang keberatan dijadikan calon pengurus OSIS?" Tanya Satya yang berdiri di depan.

Ternyata adiknya sendiri yang dengan cepat mengacungkan tangannya. Semua yang ada di dalam ruangan menatapnya heran. Termasuk Raffa yang berdiri di ambang pintu, namun ekspresinya tetap datar.

"Saya keberatan jika dipilih menjadi calon pengurus OSIS,"

Nara mengucapkannya dengan penuh percaya diri. Banyak yang membulatkan matanya saat mendengar ucapan Nara.

"Apa alasan kamu keberatan dijadikan calon pengurus OSIS?" Tanya Satya.

"Saya tidak mau jika nanti saya terpilih jadi pengurus OSIS saya akan terbebani dengan banyak tugas. Apalagi OSIS sering mengadakan rapat yang membuat pengurusnya dispen dan menjadi tertinggal pelajaran."

Nara menjelaskan dengan panjang lebar tanpa rasa takut sedikit pun. Satya ingin sekali melarangnya, namun dalam situasi seperti ini sulit untuk melarang Nara.

"Ikut gue," perintah Raffa pada Nara.

Raffa yang mengerti jika Satya ingin melarang Nara segera bertindak. Sejak awal ia menginginkan Nara tidak menjadi pengurus OSIS.

Entah dapat dorongan dari mana ia ingin membantu Satya agar Nara tidak mengundurkan diri.

"Urusan dia biar gue sama Satya yang urus, lo ambil alih mereka," ucap Raffa pada Fanny yang berdiri di samping Satya.

Raffa keluar bersama Satya dan diikuti oleh Nara di belakangnya. Mereka berhenti di depan kelas X MIPA 2.

"Kenapa lo nggak mau, Ra?" Tanya Satya.

Nara menghembuskan nafasnya pelan. Lalu ia duduk di bangku yang ada di depan kelasnya itu.

"Gue nggak mau ribet."

"Ribet gimana?" Tanya Satya lagi.

"Kaya yang gue bilang di dalem tadi," ucap Nara.

"Enggak, itu cuma pandangan lo aja. Kita juga bisa santai kok," Satya mempengaruhi Nara.

"Nggak mau," kekeuh Nara.

"Ayo lah, kita sering enak-enakan. Kita nggak terlalu banyak tugas juga. Percaya deh sama gue," bujuk Satya.

"Nggak mau!" Balas Nara cepat.

Raffa yang menyenderkan tubuhnya di tembok dengan tangan bersedekap memperhatikan Satya yang sudah kehabisan kata-kata. Sebelah alisnya terangkat.

"Hanya orang pengecut yang nggak berani menghadapi tantangan," ucapnya datar.

Nara dan Satya menoleh pada Raffa. Kata-kata Raffa itu berhasil membuat Nara tersulut emosi.

"Maksud lo apa?!" Nara berdiri menghadap Raffa.

"Lo pengecut!" Raffa menunjuk Nara tepat di wajahnya.

"Gue bukan pengecut seperti yang lo bilang!" Sanggah Nara cepat.

"Buktiin kalau memang lo bukan pengecut," tantang Raffa santai.

"Oke. Gue bakal buktiin kalau gue bukan pengecut!" Ucap Nara percaya diri.

"Mana?" Tanya Raffa.

"Gue akan berusaha jadi pengurus OSIS,"

Setelah mengucapkan itu, Nara pergi meninggalkan Raffa dan Satya. Ia kembali ke kelas tempat calon pengurus OSIS berkumpul.

Satya menautkan kedua alisnya. Ia menatap Raffa bingung. Sedangkan yang ditatap hanya menampakkan ekspresi datarnya.

NARAFAWhere stories live. Discover now