42

3.7K 255 25
                                    

Nara, Mila, Fely, dan Tasya asyik memakan bakso pesanan mereka di meja paling pojok. Mengisi tenaga yang sudah terkuras banyak untuk pelajaran matematika yang dipenuhi dengan rumus.

"NARAAA!!!"

Uhuk.... Uhuk....

Nara tersedak baksonya karena terkejut mendengar seseorang memanggil namanya dengan kencang. Mila menepuk-nepuk pundak Nara. Nara gelagapan meraih minumannya dan meneguknya hingga habis.

"Eh! Hampir aja nih anak orang mati gara-gara lo!" Semprot Tasya. Rasya, sang pelaku utama menunjukkan cengiran kudanya.

"Maaf nggak sengaja, gue tuh ke sini bawa kabar baik buat Nara," ucap Rasya.

"Kabar baik apaan coba? Orang lo aja malah bikin Nara keselek," Fely menunjuk Nara.

Nara mengelap bibirnya dengan tissue. Pandangannya terarah pada Rasya yang terlihat sedang bahagia. Nara rasa ini ada hubungannya dengan dirinya.

"Ada apa?" Tanya Nara.

"Kita lolos seleksi jadi pengurus OSIS, Ra!" Kata Rasya dengan semangat yang berkobar.

Hening. Tidak ada yang bersuara. Beberapa detik kemudian tawa mereka pecah. Rasya yang merasa jadi bahan tawaan mereka menautkan kedua alisnya.

"Gue salah?" Tunjuknya pada dirinya sendiri.

"Ya elah! Kalau itu sih kita udah tau dari lama," balas Mila.

"Asli lo kocak banget, Sya!" Ucap Tasya di sela-sela tawanya.

"Pengumumannya tuh baru aja keluar, nggak mungkin kalian udah tau dari dulu," ucap Rasya kesal.

Nara mengatupkan bibirnya. Jika dilihat-lihat tidak ada kebohongan di mata Rasya. Ia juga bisa percaya karena Rasya lah yang selalu memberitahunya pengumuman tentang seleksi calon pengurus OSIS.

"Lo beneran, Sya?" Nara menatap Rasya serius.

"Kapan sih gue kasih lo berita hoax masalah seleksi OSIS?"

Nara mengangguk-angguk, "Perasaan setelah seleksi waktu itu belum ada seleksi lagi deh."

"Gue tadi tanya Kak Fanny katanya diseleksi lewat kegiatan kita waktu kemah, jadi dilihat keaktifan dan sikapnya," jelas Rasya.

Nara, Mila, Fely, dan Tasya kompak mengangguk. Sekarang mereka tahu alasan kenapa pengurus OSIS mengikuti kemah siswa kelas sepuluh.

"Ya udah deh gue pergi dulu," ucap Rasya.

"Gitu doang?" Tanya Nara.

"Iya lah, mau apa lagi?" Tanya Rasya balik. "Oh iya! Pulang sekolah nanti disuruh kumpul, wawancara sama Bu Ambar."

Nara kembali mengangguk. Ia mengacungkan kedua jempolnya sebagai jawaban. Setelah itu Rasya pergi dengan seseorang yang menemaninya.

-----

Raffa menghidupkan layar ponselnya. Layar benda pipih itu telah menunjukkan pukul tiga sore. Ia berdecak saat mengetahui waktu yang berjalan begitu cepat.

Ia melihat Nara yang keluar dari ruangan Bu Ambar. Itu berarti Nara telah menyelesaikan wawancaranya. Ia kemudian melangkah menghampiri Fanny yang sedang sibuk mencatat sesuatu.

"Kenapa, Raf?" Tanya Fanny saat menyadari kedatangan Raffa.

"Habis ini masih ada kegiatan lagi?"

"Emm.... Ada satu kegiatan lagi, tapi itu cuma pengarahan dan pengumuman hasilnya dari Bu Ambar aja," jawab Fanny.

"Gue izin buat Kanara nggak ikut pengarahan. Tolong bilangin ke Satya kalau dia sama gue," Raffa menunjuk Nara dengan dagunya.

NARAFADonde viven las historias. Descúbrelo ahora