17

4.5K 245 0
                                    

"KAK SATYYAAAA!"

Teriak Nara saat memasuki rumahnya. Ia meneliti setiap sudut rumahnya untuk mencari Satya. Lalu ia memutuskan untuk mencari Satya di kamarnya.

Ceklek

Ia membuka pintu kamar Satya, kepalanya menyembul dari pintu. Ia tak menemukan tanda-tanda adanya Satya.

"Kak," lirihnya, namun tak ada jawaban.

Ia menutup kembali pintu kamar Satya dan turun lagi ke bawah.

"KAK SATYAAAA!"

"LO DIMANA SIH?!" Teriaknya kesal.

"Kemana sih tuh bocah. Kalau nggak dibutuhin nongol terus, giliran dibutuhin malah ngilang," gerutunya.

Nara diam sejenak, ia nampak berpikir. Beberapa detik kemudian tercetus ide di otaknya. Ia tersenyum miring.

"Woy Bang Sat!"

"Lo dimana, sih?"

"Kalau lo nggak nongol juga gue teriak Bang Sat, nih!" Serunya. Satya tak kunjung datang, Nara tersenyum jahil sebelum memulai aksinya.

"BANG SAT!"

"OYY BANG SAT LO DIMANA?"

"ADIK LO YANG CANTIK INI NYARIIN LO, BANG SAT!" Teriaknya dengan kencang. Tak lama berselang Satya datang dari dapur.

"Apa-apaan sih, Ra? Baru dateng teriak-teriak bangsat, nama gue Satya!" Satya tak terima dirinya dipanggil Bang Sat.

"Gue nggak salah dong, lo kan abang gue dan nama lo Satya. Apa salahnya gue manggil lo Bangsat?" Tanya Nara santai.

"Tai lo! Terus-terusan aja maki gue!" Ucap Satya pasrah.

Nara terkekeh geli melihat kakaknya itu. Satya bersedekap dan memalingkan wajahnya dari Nara. Adiknya itu sungguh sangat mengesalkan.

"Pinjem kunci mobil dong," kata Nara pada akhirnya.

Satya tak bergeming dan tak berniat untuk menggubris Nara. Nara berdecak melihat kelakuan kakaknya itu.

"Gitu aja ngambek," Nara memegang pundak Satya, namun segera ditepis oleh Satya.

"Idih, ya udah deh gue minta maaf,"

"Panggil gue apa?" Tanya Satya.

"Bang-- eh Kak Satya," hampir saja Nara memangilnya dengan sebutan "bang" lagi.

"Yang bener!" Perintah Satya.

"Kak Satya yang ganteng dan dikagumi sama semua kaum hawa, Nara pinjam kunci mobil," Nara memanis-maniskan gaya bicaranya, tangannya mengatung.

"Gue udah tau, jadi nggak perlu lo ingetin," kata Satya. Nara memutar bola matanya jengah.

"Ish! Udah deh sini pinjem kunci mobil," ucap Nara geram.

Satya nampak berpikir. Ia mengingat-ingat sesuatu. Tatapannya mengarah pada Nara.

"Lo kan habis keluar, kunci mobil lo sendiri yang bawa lah," katanya.

"Bukan punya gue, tapi punya lo," jawab Nara.

Tangan Satya meraba kantong celananya. Ia mengeluarkan sebuah kunci mobil dan memberikannya pada Nara.

"Buat apa?" Tanya Satya penasaran.

"Bawel!" Ucap Nara dan berlalu begitu saja.

"Untung gue sabar punya adek lucknut gitu," Satya menggelengkan kepala dan mengelus dadanya.

NARAFAWhere stories live. Discover now