46

3.2K 184 27
                                    

Udara terasa begitu panas bagi Raffa. Bahkan ia sampai mengibas-ngibaskan tangannya ke depan leher. Meskipun ia tahu hanya sedikit angin yang dihasilkan, setidaknya dapat mengurangi suhu tinggi ini.

Tubuhnya sedikit tersentak saat tiba-tiba seorang gadis menarik tangannya. Gadis itu membawanya pergi. Entah kenapa Raffa tak ada niatan untuk menolaknya.

Mereka sampai di sebuah koridor sekolah yang sudah sepi. Raffa menatap gadis itu dalam diam. Menunggu gadis itu mengatakan tujuannya membawa dirinya ke tempat ini.

"Maksud lo apa sih keluar dari organisasi? Lo yang ngatain gue pengecut dan sekarang ternyata lo yang pengecut!" Nara menunjuk Raffa tepat di mukanya.

Kesal, itu yang dirasakan Nara sekarang. Ia ingin meluapkan semuanya sekarang juga, terutama pada pria ini.

"Apa alasan lo keluar dari organisasi?" Tanya Nara dengan tidak santainya.

"Sama seperti sebelumnya," jawab Raffa tenang.

"Bullshit! Pasti karena gue lolos jadi pengurus OSIS lo keluar, kan? Karena lo benci sama gue kan?" Tuduh Nara.

Sebelah alis Raffa terangkat. Semua yang diucapkan gadis itu tidak ada yang benar. Mungkin dulu memang ia benci gadis itu, tapi sekarang perasaan itu telah berubah. Perasaan benci yang telah berubah menjadi cinta.

"Harusnya lo ngomong sama gue kalau gue tuh nyebelin! Sampai lo rela keluar dari organisasi cuma gara-gara gue. Ngomong sama gue biar gue aja yang mengundurkan diri!" Cerca Nara yang emosinya sudah tak terkontrol.

"Nggak!" Bantah Raffa tegas.

"Waktu itu harusnya lo jangan ngatain gue pengecut, karena nyatanya sekarang lo yang pengecut!" Ucap Nara.

Dada Nara bergerak naik turun. Nafasnya tersengal-sengal. Ia lelah fisik dan hati untuk mengahadapi pria tembok di depannya ini.

"Sekarang gue pengen denger apa peraturan yang udah lo langgar," ucap Nara lebih tenang.

"Lo beneran mau denger?" Raffa menyilangkan tangannya di depan dada.

"Iya, gue pengen denger langsung dari mulut lo. Biar gue tau apa yang udah jadiin lo pengecut!" Kata Nara penuh percaya diri.

Raffa menumpukan tubuhnya ke tembok, namun tetap menghadap Nara. Helaan nafas berat keluar dari mulutnya.

Antara yakin dan tidak yakin untuk melakukannya. Namun ia harus melakukannya agar Nara tahu penyebabnya. Karena gadis itu sendiri yang memintanya.

"Lo tau kalau di organisasi OSIS ada peraturan yang melarang mencintai pengurus lain lebih dari keluarga?" Tanya Raffa tenang.

"Gue tau. Lo lakuin itu?" Nara mengerutkan keningnya.

"Iya. Gue suka sama pengurus OSIS dan gue udah pilih keluar daripada gue terus munafik," ucap Raffa.

Nara terkekeh meremehkan. "Hebat ya orang itu bisa dengan mudahnya buat lo mengundurkan diri jadi wakil ketua OSIS dan jadi pengecut."

"Lo nggak tanya siapa orang itu?"

"Siapa?" Tanya Nara.

Raffa menegakkan tubuhnya. Tatapannya berubah menjadi tajam, mewakili perasannya yang sedang campur aduk.

"Orang yang gue cintai dan udah bikin gue jadi pengecut itu lo!"

Deg

Jantung Nara berasa mencelos dari tempatnya. Dunianya terasa berputar dengan lambat. Ia seperti berada di ambang antara percaya dan tak percaya.

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang