LLS 7

5.7K 292 62
                                    

Tok...tok..tok..

"Sabrina, bangun. Ini udah siang sayang." seruan Airin dari luar kamar Sabrina yang diabaikan untuk kesekian kali.

"Sabrina," panggil Airin yang tetap tidak mendapat balasan dari Sabrina.

Akhirnya Airin melangkah menuruni tangga, membiarkan Sabrina tidur sepuasnya. Lagi pula ini adalah akhir pekan.

Bersamaan dengan langkah kaki Airin yang menginjak lantai, bel pun berbunyi membuat sang pemilik rumah mau tidak mau harus membukakan pintu untuk melihat siapa yang sudah bertamu dijam begini.

"Sean," Airin langsung melebarkan senyum ketika membuka pintu rumahnya dan mendapati Sean sudah berdiri dihadapannya.

"Pagi tante." sapa Sean seraya menyalami tangan Airin.

"Pagi, cari Sabrina kan?" tebak Airin yang tepat sasaran.

"Iya tante."

"Sabrina ada dikamarnya, dia masih tidur. Kamu langsung aja ke kamarnya sekalian bangunin dia," Airin mempersilahkan Sean untuk masuk.

"Yaudah kalo gitu saya ke kamar Sabrina dulu ya tante," Sean berlalu menuju kamar Sabrina untuk membangunkan gadis itu.

"Kamarnya dikunci," gumma Sean saat memutar knop pintu kamar Sabrina.

"Kamu pasti butuh ini kan,"

Sean berbalik dan langsung menemukan Airin dengan kunci serep ditangan kanannya.

Airin menyerahkan kunci serep kamar Sabrina kepada Sean.

"Makasih ya tante."

"Iya sama-sama, yaudah tante ke bawah dulu ya." Airin berlalu meninggalkan Sean dengan senyum yang mulai memudar berganti dengan raut sendu.

Pada kenyataannya Sabrina memang sudah menerimanya, namun jarak itu masih ada. Gadis itu belum bisa menerima Airin sebagai ibunya, maka dari itu Airin dilarang mengganggu privasi Sabrina. Sebab itulah Airin hanya bisa membangunkan gadis itu dari luar kamarnya tanpa bisa masuk walau ia mempunyai kunci serep kamar Sabrina.

Waktu memang telah merubah segalanya, tetapi tidak dengan hubungannya dan Sabrina yang masih tetap sebatas ibu tiri. Semuanya masih tetap sama, Sabrina masih acuh padanya. Hanya saja gadis itu tidak lagi berkata kasar pada Airin, tetapi walau begitu Airin tetap bersyukur setidaknya Sabrina bisa sedikit bersikap baik padanya. Dan lambat laun gadis itu mungkin akan bisa menerimanya. Mungkin saja, tidak ada yang tau.

Sean masuk kedalam kamar Sabrina dan menemukan gadis itu yang masih berbalut selimut dengan tirai yang masih tertutup. Dengan langkah pelan Sean berjalan untuk menyibak tirai kamar Sabrina yang masih tertutup.

Terlihat Sabrina yang mulai terusik akibat sinar matahari yang masuk. Dan perlahan gadis itu mulai membuka matanya dan menemukan Sean sudah berada dikamarnya.

"Ngapain lo dikamar gue," ucap Sabrina dengan suara yang serak khas orang yang baru bangun tidur.

"Mau jemput lo, karena kita hari ini bakal cari baju buat acara reuni SMA lo."

"Gak! Gue gak mau, mending lo balik sana. Gue mau tidur," Sabrina menaikan selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Sean berjalan mendekati ranjang Sabrina dan langsung menyibak selimut gadis itu. Tidak berhenti sampai disitu karena pria itu juga memanggul Sabrina layaknya sebuah karung dan membawanya ke kamar mandi.

"Sean!!! Turunin gue brengsek!" Sabrina meronta seraya memukul-mukul punggung Sean.

Namun Sean tetap membawa gadis itu ke kamar mandi dan nampak tidak terpengaruh dengan apa yang dilakukan Sabrina.

Lost love story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang