LLS 22

3.7K 199 17
                                    


Saat ini Sabrina dan Sagar sedang berada di cafe tempat dimana Sabrina mengetahui semua kebenarannya.

Sabrina mengesap cappucino latte yang ia pesan.

"Besok gue sama Sean bakal balik ke Indonesia buat persiapin pernikahan kita,"

Sagar hanya menganggukan kepalanya tanpa banyak berkomentar.

Sabrina menatap Sagar dengan ragu-ragu. "G-gue pikir---"

"Gue akan tetap di sini. Gue gak bakal balik ke tempat dimana gak ada satu pun orang yang menginginkan  kehadiran gue." potong Sagar seakan tau arah pembicaraan yang coba Sabrina sampaikan.

Mendengar jawaban yang Sagar berikan, Sabrina menghela nafas panjang. "Lo tau, gue pernah ngerasa ada di posisi lo. Membenci masa lalu, menyalahkan takdir atas apa yang gue alami dan itu semua bikin hidup gue gak tenang."

"Gue bahkan sangat terpuruk saat itu, bahkan ujian hidup gue gak berhenti sampai situ aja karena di saat gue lagi bener-bener terpuruk, Tuhan justru ambil bokap gue. Satu-satunya alasan untuk gue bertahan. Hidup gue  kosong, gue bener-bener kehilangan arah pada saat itu. Gue sempat berpikir kalo gue sendirian di dunia ini, tapi gue salah karena ternyata gue masih punya orang-orang yang sayang sama gue cuma gue gak sadar akan hal itu. Begitu pun dengan lo, sebenernya lo itu gak sendirian lo punya orang-orang yang sayang sama lo cuma lo gak sadar aja akan kehadiran mereka."

"Dan yang paling penting lo harus belajar berdamai dengan masa lalu lo yang pahit. Karena dengan begitu hidup lo akan jadi lebih mudah."

"Lo baru kenal gue beberapa minggu jadi lo gak tau banyak tentang hidup gue, jadi stop ambil kesimpulan dari apa yang lo liat."

"Dan satu lagi keadaan kita berbeda. Lo punya Sean, dan temen-teman pada saat itu tapi gue--"

"Lo punya gue." potong Sabrina cepat.

"Oke gue akuin kalo gue gak tau banyak tentang hidup lo tapi sekarang yang gue tau lo punya gue jadi lo gak akan ngerasa sendirian lagi."

Sagar menatap heran Sabrina. "Kenapa lo bisa begitu baik dan percaya sama orang asing kaya gue? Apa lo gak takut kalo suatu hari gue mungkin bakal khianatin lo?"

"Sebenarnya yang paling berpotensi untuk mengkhianati kita itu bukan orang asing. Tapi orang terdekat kita."

"Di khianati orang asing tidak akan seberapa rasanya di bandingkan dengan di khianati orang terdekat kita."

"Ya. Lo bener, orang terdekat memang yang paling berpotensi untuk mengkhianati di bandikan orang asing."

"Thanks Na, lo udah mau jadi satu-satunya orang yang mau menerima kehadiran gue walaupun gue orang yang buruk."

Sabrina mengangguk. "Bahkan orang buruk pun bisa berubah menjadi orang baik dan begitu pun sebaliknya. Jadi gue percaya kalo lo bakal bisa berubah jadi lebih baik lagi,"

"Oh iya, tentang saran lo tadi akan gue coba."

"Bagus deh kalo gitu."

"Dan satu lagi, gue udah tinggalin rokok dan minuman. Gue juga udah mulai terapin pola hidup sehat seperti saran lo."

"Seriously?"

Sagar menganggukan kepalanya, pria itu sedikit merasa canggung karena untuk pertama kali dalam hidupnya ia mendengarkan saran seseorang dan melaksanakannya.

"Gue mau hidup lebih lama karena gue mau lo tunjukin ke gue kalo hidup itu bukan hanya tentang kebencian tetapi juga cinta."

"Gue bener-bener seneng karna lo mau dengerin saran gue, dan gue pasti bakal bantu lo untuk sembuh supaya lo punya banyak waktu untuk menikmati hidup baru lo."

"Entah gue yang beruntung atau memang Tuhan yang mengasihani gue sampai di kirim orang sebaik lo di hidup gue."

"Semua itu gak ada yang kebetulan, karena apapun yang terjadi itu udah rencana Tuhan."

"Satu cinta yang mengkhianati gue tapi Tuhan kirim ribuan cinta sebagai penggantinya. Itu udah jadi bukti kalo sepahit apapun cobaan yang Tuhan kasih pasti selalu terselip hal baik di dalamnya untuk kita."

"Memang benar jika rencana Tuhan itu jauh lebih baik dari apa yang kita harapkan."

...........

Dari jendela kamarnya Arga menatap hampa butiran-butiran air hujan yang turun membasahi bumi.

Hujan memang selalu membawa kenangan, terutama kenangan dirinya saat bersama dengan Sabrina. Tiap tetesan hujan seakan membawanya kembali ke masa lalu dimana gadis itu masih berada di sisinya.

Arga masih dapat mengingat dengan jelas bagaimana gadisnya begitu menyukai hujan. Setiap inci wajah indah Sabrina yang terkena tetesan hujan seakan menjadi sihir tersendiri yang membuat gadis itu terlihat semakin cantik, setiap senyuman yang terukir dari bibir tipis itu selalu saja mampu membuat hatinya menghangat, dan setiap tawa bahagia gadis itu seakan menjadi melodi tersendiri bagi Arga. Entah kapan semua itu akan kembali terulang dimana Sabrina akan kembali bersamanya.

Arga benar-benar merindukan gadisnya, ia benar-benar menantikan hari dimana Sabrina akan kembali dan menjadi miliknya seutuhnya.

"Aku gak tau sampai kapan aku harus menunggu kamu Na. Semuanya seakan menegaskan bahwa kamu gak akan pernah kembali sama aku. Setiap hari rindu ini selalu bertambah tanpa tau caranya berkurang, bahkan rasa cinta aku ke kamu semakin hari semakin dalam. Rasa cemas bahkan mulai menghantui aku, meruntuhkan rasa percaya aku bahwa kamu akan kembali ke pelukan aku. Aku sudah menumpuk begitu banyak harapan dan aku takut harapan itu gak akan terwujud, aku gak akan pernah siap untuk kehilangan kamu."

"Ga," panggil seseorang dari ambang pintu kamar Arga. Namun bukannya menoleh atau menyahut Arga justru memilih untuk bungkam dan mengabaikan panggilan dari luar kamarnya.

Merasa di abaikan orang itu pun mulai berjalan masuk ke dalam kamar Arga untuk menghampiri pria itu.

Orang itu sudah berada tepat di samping Arga, dan saat orang tersebut hendak menyentuh pundak Arga. Ucapan pria itu lebih dulu menghentikan pergerakan orang tersebut.

"Mau apa lo ke sini? Apa belum cukup luka yang lo kasih sama gue?" kini Arga beralih menatap Arleta dengan wajah dinginnya.

Ya. Orang yang memasuki kamar Arga memanglah Arleta gadis yang menjadi penyebab perpisahan antara Sabrina dan Arga.

"Gak aku mau kita mulai semua dari awal dan lupain semua yang terjadi. Aku mau kamu jadi sahabat aku kaya dulu,"

"Memulai hal yang baru memang mudah, tapi melupakan hal yang pernah terjadi itu sulit."

"A-aku janji bakal bantu kamu buat lupain masa lalu Ga,"

"Gak semudah itu Ta."

"Lo sendiri yang buat semua orang terjebak dalam keadaan ini, tapi lo sendiri gak mau terima sama keadaan yang udah lo buat sendiri."

"Tapi Ga aku mau coba perbaikin semua yang udah aku hancurin,"

"Gak perlu. Gue udah mulai terbiasa sama keadaan ini. Lebaik baik lo urus hidup lo aja dari pada lo perbaikin hal yang gak akan pernah kembali seperti semula walaupun sekeras apapun lo berusaha perbaiki."

Kalo ada typo atau slh kta mohon maaf:') dan klo ada kta" yg mungkin perlu aku perbaiki kalian bsa komen ya di bwh;)

Voted, komen, and share jgn lupa😗😆

Oke see you next part!!!

Lost love story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang