LLS 24

3.8K 207 23
                                    

Sabrina baru saja memasuki sebuah cafe tempat dimana ia membuat janji dengan Vanesa dan juga Aldo.

"Ya ampun Na gue kangen banget sama lo," ucap Vanesa yang langsung memeluk Sabrina begitu gadis itu sudah berada di depan meja tempat dirinya dan Aldo duduk.

"Gue juga kangen sama lo." balas Sabrina menyambut hangat pelukan dari sahabat karibnya itu.

"Mau sampek kapan kalian pelukan kaya teletubbies gitu?" sindir Aldo yang sedari tadi hanya memperhatikan interaksi keduanya yang saling melepas rindu.

"Sirik aja lo!" balas Vanesa kesal.

Sabrina hanya tersenyum, lalu mengambil duduk tepat di hadapan kedua sahabatnya itu.

"Lo apa kabar Na?" tanya Aldo mulai mengajak Sabrina berbincang.

"Ya jelas baik lah! Buktinya dia bisa ada di sini," ucap Vanesa menjawab pertanyaan yang Aldo lontarkan untuk Sabrina.

"Berisik lo mak lampir." balas Aldo kesal.

"Enak aja bilangin gue mak lampir. Kalo gue mak lampir lo apa?!" ucap Vanesa tak terima dengan perkataan Aldo yang menjulukinya mak lampir.

"Cowok ganteng lah," Aldo berucap seraya mengangkat kepalanya tinggi-tinggi berniat menyombongkan diri.

"Haduhh gue ke sini tuh mau temu kangen sama kalian, bukan malah liatin kalian berantem kaya gini." Sabrina mulai angkat bicara karena gadis itu tau bahwa pertikaian antara keduanya tidak akan berakhir dengan mudah.

"Sorry Na," ucap Aldo jadi tidak enak karena sikapnya membuat Sabrina terganggu.

"Iya Na, gue juga minta maaf ya." Vanesa juga merasa menyesal telah merusak moment pertemuannya dengan Sabrina.

"Iya udah gapapa."

"Tapi Na, gue tuh kesel banget sama lo tau gak." ucap Vanesa dengan raut cemberut.

"Kesel kenapa?" tanya Sabrina bingung.

"Gue kesel karena lo dulu perginya gak pamit, terus sekarang lo balik-balik udah bawa calon suami aja."

"Sorry ya, gue gak sempet pamit karena itu juga dadakan perginya."

"Gue tau kok lo pergi karena lo ngehindarin Arga. Tapi mau sampek kapan lo lari terus dari kenyataan Na?"

"Iya Na, apa lo gak capek terus-terusan ngehindar dari Arga?" kini Aldo juga mulai ikut berkomentar.

"Gue juga capek, tapi saat itu gue gak tau harus ngelakuin apa."

"Na lo tau gak sih setelah kepergian lo setahun yang lalu Arga itu udah kaya kehilangan semangat hidupnya, Bahkan dia itu bener-bener kelihatan menyedihkan tau gak."

"Dia masih nungguin lo sampek detik ini Na. Dan gue yakin kalo gak akan ada pria lain yang pantes dampingin lo selain Arga." Aldo berkata dengan menatap lurus ke arah Sabrina.

"Na gue mau tanya sama lo dan gue harap lo mau jawab pertanyaan gue dengan jujur. Apa lo bener-bener yakin mau nikahin Sean dan mengakhiri kisah cinta lo sama Arga?"

Sabrina hanya dapat menganggukan kepalanya pelan sebagai jawaban dari pertanyaan Vanesa.

Vanesa menggelengkan kepalanya pelan. "Gue gak yakin lo bisa mengakhiri hubungan lo sama Arga dan menikah sama Sean."

"Hubungan mana yang lo maksud? Kalo lo lupa hubungan gue sama Arga udah berakhir enam tahun lalu."

"Hubungan lo boleh berakhir tapi rasa cinta lo? Lo bisa bohongin diri lo sendiri tapi semua orang gak buta Na, mereka masih bisa liat rasa cinta lo buat Arga itu masih ada. Bahkan setelah apapun yang Arga perbuat ke lo," ujar Vanesa sedikit kesal dengan sikap keras kepala Sabrina.

"Na kita emang awalnya dukung lo sama Sean tapi setelah liat perjuangan Arga dan rasa cintanya buat lo kita jadi ngerasa kalo keputusan yang lo ambil justru bakal ngelukain banyak pihak Na,"

"Dan yang pastinya bukan hanya lo dan Arga yang bakal menderita karena pernikahan ini, tetapi Sean juga. Apa lo pikir Sean bakal bisa hidup bahagian di atas semua kepalsuan? Apa lo pikir di bakal bisa hidup sama orang yang hatinya milik orang lain?" Aldo mencoba memberikan penjelasan agar Sabrina mau merubah keputusannya sebelum semuanya terlambat.

"Keputusan gue udah bulat, gue akan tetap nikah sama Sean apapun yang terjadi." balas Sabrina mutlak.

"Oke kalo emang itu yang lo mau, kita bakal tetap dukung lo walaupun keputusan lo itu menurut kita bukan yang terbaik. Kita gak bisa berbuat banyak kalo lo emang maunya kaya gitu, karna yang bakal ngejalanin itu lo bukan kita jadi pasti lo tau hal yang terbaik buat diri lo sendiri." ucap Vanesa pasrah dengan keputusan yang Sabrina ambil.

"Apa lo udah temuin Arga?" tanya Aldo.

Sabrina menggelengkan kepalanya pelan. "Belum."

"Itu udah pasti karena gue yakin lo gak punya keberanian buat nemuin dia dan bilang kalo semuanya udah berakhir." ucap Vanesa tepat sasaran.

Vanesa menghembuskan nafas panjang. "Sebaiknya lo temuin dia sekarang Na, dan akhiri semuanya. Setidaknya itu akan buat Arga berhenti menunggu hal yang sia-sia, setidaknya dia tau kalo harapannya gak akan pernah terwujud."

"Dan kalo lo mau temuin Arga lo tinggal pergi ke tempat-tempat dimana lo sama dia pernah buat kenangan bersama."

Dalam hati Sabrina merasa ragu, apakah iya bisa menemui Arga dan mengatakan bahwa semuanya telah berakhir, apakah Sabrina mampu menatap kedua mata Arga dan mengakhiri semuanya, apakah ia bisa menghancurkan hati orang yang sangat di cintainya, apa Sabrina memiliki nyali untuk melakukan itu semua?

Sabrina bahkan tidak sadar bahwa matanya telah basah dengan air mata yang keluar entah sejak kapan.

"Gue tau Na, bahwa ini semua bukan hal yang mudah buat lo. Melepas seseorang yang pernah lo perjuangin mati-matian memang bukan perkara yang mudah."

Aldo terkekeh hampa. "Gue bahkan masih inget saat dimana lo coba perjuangin hubungan yang justru mau Arga akhiri. Bahkan saat itu lo gak peduli sama keadaan lo yang abis ngalamin kecelakaan,"

"Dan yang harus lo tau Na kalo sebenernya enam tahun lalu Arga udah coba buat cegah kepergian lo tapi dia gagal. Tapi satu yang pasti Na kalo enam tahun yang lalu lo gak pernah jatuh cinta sendirian karena Arga juga jatuh cinta sama lo saat itu cuma dia terlambat untuk sadar akan hal itu."

"Gue berharap kalo ini semua cuma mimpi supaya saat gue bangun besok, gue gak harus terjebak dalam situasi rumit ini."

"Andai gue bisa memilih hidup apa yang mau gue jalanin." ujar gadis itu dengan tatapan kosong.

Sabrina berharap Tuhan akan menghapus rasa cintanya untuk Arga seiring waktu. Jika memang tidak bisa di hapus setidaknya bisa berkurang agar rasa sakit ini tidak membunuhnya secara perlahan. Sabrina selalu bertanya-tanya mengapa hidupnya selalu penuh dengan rintangan, dan kenapa pula kisah cintanya harus penuh dengan air mata dan luka.



Up lebih cpt ya😆 seneng gak? Harus seneng dong😄

Oke next!

Voted, komen, and share jgn lupa;)

See you next part:)

Lost love story Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ