Bagian II : Di Mana Aku?

726 75 2
                                    

~*O*~

"Kurasa mereka memberimu obat terlalu banyak." Aku lekas membuka mataku lebar-lebar ketika mendengar suara asing itu. Siapa? Apa aku lupa mengunci pintunya dari dalam? Gelap. Apa aku tertidur sampai malam?

Tidak bisa berfikir jernih aku lantas bangun mendadak. Namun, tangan kuat kembali mendorongku untuk berbaring. "Bodoh, kau ingin kabur lagi? Kau sudah cukup berani membuatku menunggu kesadaranmu. Jangan mencoba berbuat lancang dengan lari dariku malam ini, Anjing Kampung!" ujarnya setengah mengumpat, setelah mengunci pergerakan tanganku.

Tanpa kusadari tubuhku mulai berkeringat dingin. Jantungku berdegup tidak beraturan. Siapa? Bagaimana bisa dia masuk ke sini?

Angin malam berhembus dari jendela. Melambaikan tirai, mengizinkan cahaya temaram bulan masuk ke ruangan. Keputusanku untuk menatap jendela membuatku menyesal. Itu bukan jendela kamar kostku. Apa aku diculik?

Tidak ada siapa pun. Teman sekamarku sedang pulang karena ada urusan mendadak. Androidku masih di dalam tas yang pasti sudah tidak ada di sini. Aku juga tidak tahu apakah ada yang bisa menolongku jika aku berteriak.

Wajahku berbalik cepat dan kudapati seorang pria mulai mencoba melecehkanku. Aku reflek menjerit dan menendangnya. Aku tidak yakin apa yang sudah kutendang, yang jelas aku berhasil membuatnya menyingkir.

Cepat-cepat aku beranjak dan berlari menjauh. Namun untuk kedua kalinya dia tidak membiarkanku pergi dari atas ranjangnya. Dia menarikku meski tak sampai membuatku berbaring lagi. Aku sangat ketakutan. Mencari sesuatu yang bisa kujadikan senjata untuk perlawanan, aku menemukan guci di samping tempat tidur.

Tanpa berfikir lebih panjang, aku meraihnya dan menghantamkan benda keras itu ke kepalanya. Guci itu pecah dengan sebagian serpihannya menimpa kakiku.

Suasana mendadak menjadi hening. Aku tidak bisa melihat pria ini dibawah kegelapan. Namun dia sama sekali tidak mengerang kesakitan meski aku yakin kepalanya sudah bocor. Perlahan dia menjauh dariku dan turun dari tempat tidur. Ketika angin melam kembali berhembus, sosoknya yang gagah berdiri menatapku dengan mata berkilat. Darah sudah membanjiri pelipisnya.

Nyaliku ciut seketika. Jantungku serasa ditikam hanya karena mendapat tatapan itu. Napasku sesak.

Sejurus kemudian, dia melangkah pergi dengan amarah yang meluap-luap. "Kurung perempuan itu di penjara bawah tanah dan eksekusi dia besok pagi bersama suaminya!" titahnya bak raja berhati dingin.

Dua orang pria masuk menggantikan sosoknya. Mereka berpakaian aneh dan bersenjata. Pikiranku semakin tidak karuan. Ditambah ketika mereka menyeretku paksa di lorong megah bernuansa kuno yang tidak pernah kutahu di mana tempatnya. Mereka juga sungguhan mengurungku dalam penjara!

"Sudah mengerti jika seperti inilah akibat dari membangkang perintah raja, kau pasti sangat bodoh karena masih melakukannya," ucap salah seorang dari mereka sebelum mengunci sel penjaraku.

~*O*~

Untuk yang kesekian kalinya aku menghela napas kasar. "Ada yang salah di sini."

Pertama aku tidak merasa bersalah karena aku memang membela diri. Lalu, kalau di pikir-pikir lagi, ini era modern, kan? Mereka tadi berbicara tentang menentang perintah raja? Ini bukan zamannya kerajaan! Dan bagaimana juga aku bisa sampai di sini? Pakaianku juga berubah. Bergaya Timur Tengah kuno, dengan banyak perhiasan yang melekat di tubuhku.

Mereka juga mengatakan tentang perintah untuk memenggal kepala perempuan itu bersama suaminya? Maksudnya itu aku? Aku belum menikah!

Bagaimana ini, aku terlalu panik sampai tidak bisa berfikir jernih.

Aku tidur saat masih pagi, lalu terbangun di kamar asing dengan seorang pria yang berusaha menodaiku. Apa aku bisa menyebutnya penculikan? Tidak, berdasarkan apa yang sudah kudengar kesimpulannya adalah, aku terbangun di sebuah kerajaan asing dengan raja semena-mena, dia marah karena aku memkulnya dengan guci hingga membuatnya memberi titah pada bawahannya untuk memenggal kepalaku dan suami--. Arrrgh! Kepalaku berdenyut-denyut memikirkannya.

Mungkin terlalu aneh jika di logika. Tapi Yumeha sering bercerita sendiri tentang keinginan konyolnya pergi ke dimensi lain, atau pergi menjelajah waktu. Mungkinkah aku tengah merenggut kesadaran tubuh seseorang. Seperti kemungkinan yang diharapkan teman anehku itu?

Kalau benar, bukankah ini terlalu gawat? Selain aku tidak mengerti akan situasinya, aku juga akan dipenggal besok pagi bersama suami dari tubuh yang kurasuki. Bukankah ini namanya kelewat buruk?! Apa ini salahku?

Wahai diriku...!Pikirkanlah sesuatu! Kau harus keluar dari sini!

Eh,

tapi,

memangnya kejadian seabsurb ini bisa terjadi?
Yang seperti ini tidak mungkin terjadi, kan? Ini pasti hanya mimpi. Illmuwan paling mahir pun tidak akan pernah bisa melogikanya.

Kuhela napasku sedikit lega. Mimpi ini terlihat sangat nyata, ini sering terjadi.

Benar.

Ini sering terjadi.

Ya ampun..., dari sekian banyak pemikiranku tadi, kenapa aku baru terpikirkan hal itu sekarang? Aku sedang bermipi. Aku hanya perlu mengikuti alur dari mimpi tidak jelas ini sampai nanti aku terbangun.

~*O*~

Aku tidak tahu apakah ini mimpi atau kenyataan. Yang jelas aku menyesal telah berfikiran itu semalam.

Eksekusiku secara mengejutkan telah dibatalkan, tapi tidak untuk sosok pemuda yang kedua tangannya diikat itu. Ia berdiri di tengah alun-alun sembari menundukkan kepalanya. Aku tidak mengenalnya, namun aku menangis menjerit-jerit sambil meronta minta dilepaskan ketika dua pria semalam, menyeretku untuk menyaksikan kematian pemuda itu.

Sejak awal aku tidak suka melihat darah. Parahnya dua pria ini membawaku tepat ke depan pemuda itu yang telah pasrah dengan takdirnya. Aku menangis semakin kencang sampai kehilangan tenaga untuk berdiri.

Pemuda yang tidak kukenal itu menatapku dengan senyum kesedihan, tepat sebelum algojo memotong lehernya dia berkata, "Maaf, Shamhat."

Aku pingsan. Barangkali karena menyaksikan kepalanya yang putus, atau darahnya yang menyiram tubuhku. Dua-duanya sama-sama mengerikan. Aku berharap segera terbangun dari mimpi buruk ini. Siapa pun kumohon bangunkan aku dari mimpiku.

Penyesalan yang kurasakan, terus menyiksaku berhari-hari. Aku tidak pernah menghabiskan makanan yang diberikan oleh penjaga. Sel tahanan ini juga memberiku tekanan batin tiap detiknya. Aku ingin pulang. Aku tidak ingin di sini. Ini bukan duniaku.

~~~TBC~~~

Ini aja dulu yak! Lumayan, kan, sekali publish dua chapter. Aku akan kembali minggu depan...! Stay healthy , ya, Nak! Nggak usah keluyuran. Apalagi pergi sekeluarga buat liburan. Untuk sekarang aja. Jadilah hikikomori, bersama wibu-wibu nolep lainnya.

Publikasi [21 April 2020]

Salam hangat
Asano_H~

Shamhat [Completed]Where stories live. Discover now