Bagian XXI : Dewi Cinta

197 35 7
                                    

"Aku sedang sibuk. Kembalilah saja ke tempatmu."

Suara raja membuatku penasaran. Dari balik anak tangga yang terus kunaiki, aku mulai bisa melihat seisi ruangan utama. Enkidu berdiri membelakangiku tidak bergerak sedikit pun, sementara beberapa prajurit bersiap dengan senjata mereka masing-masing. Apa ada semacam pemberontak yang tertangkap?

"Tidak dengan tanpamu."

Suara perempuan? Tepat ketika aku sampai di tangga teratas. Aku terkesiap. Wajahku seperti baru saja direbus. Panas dan bisa kupastikan sudah semerah buah jambu.

Seorang perempuan bersurai emas panjang dengan pakaian khas putri-putri kerajaan daerah Timur Tengah duduk di atas paha raja. Tidak, pakaiannya lebih terbuka dari yang kukira, lebih mirip bikini. Dan perlu ditekankan, dia duduk di pangkuan raja! Aku tercengang.

"Pikirkanlah kembali Gilgamesh," katanya sembari mengalungkan satu tanganya ke leher Raja Uruk dan satunya lagi ke dada bidangnya yang bertato garis semerah darah. Urat malu perempuan ini tidak ada! Bagaimana dia bisa melakukan itu di depan banyak orang?!

"Kita akan menjadi pasangan yang paling serasi di dunia. Kita akan saling memiliki. Aku milikmu dan kau milikku. Akan kuberikan padamu apa yang diimpikan seluruh pria di dunia ini." Tak hanya sampai di situ. Perempuan cantik itu juga mulai menggoda raja lebih dan lebih. Aku tidak akan memberitahu dengan detail apa cara yang digunakannya untuk menggoda raja.

"Akan kujadikan kau Raja Dunia, dan akan kumakmurkan Uruk dengan kuasaku. Gilgamesh, menikahlah denganku."

Serius? Siapa pun. Adakah yang bisa menjelaskannya padaku apa yang barusaja terjadi? Menikah katanya? Aku melongo, tak sanggup berkata-kata.

Semuanya juga hanya bisa terdiam sembari menyimak baik-baik apa yang akan raja lakukan. Pemuda bersurai emas itu lantas membuang napasnya dalam-dalam. Dia pasti tengah terjebak dalam situasi yang sulit. Namun air mukanya begitu tenang. Seperti tidak tergoda sama sekali dengan semua perlakuan wanita itu. Sungguhkah dia tidak tergoda? Eh--bukan itu yang seharusnya aku pikirkan! Kotornya pikiranku!

"Ishtar, kau adalah saudariku dan aku tidak ingin mempermalukanmu. Menyerah saja dan lekaslah pulang. Kita saudara, sebatas itu."

Sudut bibir Raja Gilgamesh tertarik. Menyunggingkan senyum meremehkan seperti biasanya. Iris ruby yang tadinya tetap fokus pada tablet tanah liat di tangannya, kini beralih menatap tajam perempuan itu. "Lagipula, tidak mungkin aku tidak mengenali karakter saudariku, kan? Bercinta denganmu tidak jauh berbeda dengan bercinta bersama kematian."

Aku semakin tercengang. Perempuan yang mengajaknya menikah adalah saudarinya sendiri? Kukira hanya Siduri yang memiliki hubungan darah dengannya. Dan lagi, aku tidak pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya.

"Ooh,"--nada suaranya berubah. Wanita itu bangkit dari duduknya. Jubah yang hanya menutupi pinggang dan kaki belakangnya berkibar tertiup angin. Ziggurat memang memiliki jendela besar yang terbuka di belakang singgasana raja. Namun angin ini tetap terasa berbeda.

"Baiklah jika itu keputusanmu. Kuharap kau tidak menganggapku main-main dan bersiap dengan konsekuensinya."

Tepat setelah menyelesaikan kalimatnya, wanita itu terbang melesat melewati jendela Ziggurat. Meski begitu, suasana di ruangan ini masih menegangkan.

"Raja, apakah ini akan baik-baik saja? Bagaimana pun juga, Dewi Ishtar adalah pelindung Uruk." Siduri angkat bicara.

"Biarkan saja. Lagipula, pelacur bukanlah seleraku."

Aduuh! Apa raja itu menganggap setiap wanita cantik yang ditemuinya adalah pelacur? Aku belum lupa sebutan itu juga pernah ditujukan untukku. Tapi--yang lebih penting dari itu,

Shamhat [Completed]Where stories live. Discover now