Bagian VII : Nama yang Hilang

384 54 19
                                    

Karena bagian ini hanya sedikit aku memublikasikannya bersama bagian enam.

Selamat membaca...!

Meski pun Enkidu datang sangat terlambat, aku tetap senang mendapatinya kembali. Kupeluk dirinya erat-erat sampai akhirnya aku tidak bisa membendung tangisanku. Aku takut. Aku sangat ketakutan. Hanya dia yang kukenal dan bersikap baik padaku dengan tulus di sini. Aku tidak tahu harus berbuat apa saat dia pergi. Aku tidak ingin dia meninggalkanku lagi.

"Shamhat?"

Kupeluk pemuda itu lebih erat. Pakaiannya yang sudah berubah menjadi tunik putih polos kuremas di kedua tanganku. "Bodoh! Jangan pergi dengan tiba-tiba! Kau tidak tahu seberapa cemas aku menunggumu?! Tidak tahukah kau jika aku sangat ketakutan?! Uruk adalah tempat yang asing untukku! Aku tidak pernah datang kesini! Ini bukan tempatku yang sebenarnya! Aku bahkan bukanlah Shamhat! Aku adalah--"

Mendadak pikiranku kosong.

Siapa?

Siapa--

aku?

Aku tahu aku bukan Shamhat.

Nama asliku--

siapa?

Mengapa aku lupa?

Kugali ingatanku lebih dalam. Kosong. Tidak kutemukan apa yang ingin aku cari. Padahal, aku masih ingat jika aku bukan berasal dari waktu ini. Aku bahkan selalu ingat nama asliku selama ini. Namun, mengapa sekarang aku--melupakannya? Siapa namaku...?!

"Maaf," ujarnya. Pemuda itu balas memelukku sembari mengusap lembut surai hitam gelapku yang panjang. "Aku tidak akan meninggalkanmu lagi."

Kulepas semua beban yang kupendam selama beberapa minggu terakhir ini. Aku menangis semakin keras di pelukan Enkidu. Aku ingin pulang. Di sini bukanlah tempatku. Aku merindukan keluargaku. Aku merindukan kasih sayang mereka. Bahkan jika nanti aku pun kehilangan ingatan tentangnya.

~*O*~

Kutundukkan kepalaku dalam-dalam, tidak berani mendongak.

"Tolol! Ziggurat bukan tempat untuk anjing kampung pengangguran!"

Hatiku sakit. Kata-katanya benar-benar mencerminkan raja tiran. Namun tidak bisa dipungkiri aku memang tidak memiliki pekerjaan di sini. Aku bahkan hanya bisa diam tanpa berani menatapnya yang berada di atas singgasana.

"Kalau begitu ini permintaan dari temanmu, bangunkan rumah kecil untukku, dan aku akan membantu tugas kerajaanmu setiap hari tanpa upah."

Aku terkesiap. Enkidu....

"Pembicaraan ini tidak berguna. Pergilah! Aku sedang sibuk!"

"Gil, aku akan tetap di sini jika kau tidak memberiku jawaban."

Raja mendecih kesal. "Siduri," panggilnya pada gadis muda bercadar tipis yang barangkali adalah sekretarisnya. Sekretaris, itu istilah dari zamanku. Aku mengingat semuanya, tapi tidak untuk nama dan informasi pribadiku. Seolah pikiranku telah diprogram ulang untuk menjalankan peran Shamhat seutuhnya.

"Ya?" balasnya.

"Perintahkan pelayan untuk mencarikan Enkidu tempat tinggal. Tugas kita sedang menumpuk. Aku tidak ingin membuang waktuku."

"Saya mengerti, Raja. Segera saya laksanakan."

"Kalau begitu, Tuan Enkidu dan Nona Shamhat, mari ikuti saya." Setelahnya gadis yang dipanggil Siduri itu mengajak kami pergi keluar Ziggurat.

~*O*~

Setelah kami keluar dari sana, nona Siduri memanggil seorang penjaga dan membicarakan sesuatu. Sejurus kemudian pria berseragam prajurit kerajaan itu bergegas pergi. Namun gadis bersurai coklat kehitaman itu masih berdiri di tempatnya tanpa menoleh kepada kami. Kami juga tidak bisa mendengar pembicaraan mereka tadi karena jarak yang memisahkan. Namun pasti, masih berkaitan dengan masalah permintaan Enkidu.

Tidak lama kemudian seorang prajurit yang berbeda, datang menggantikannya. Aku merasa tidak enak. Kami--terutama aku--sangat merepotkan nona Siduri. Padahal raja sudah mengatakan jika tugasnya tengah menumpuk.

"Enkidu, maaf. Aku selalu merepotkan."

Pemuda cantik itu balas tersenyum padaku. "Aku sudah bilang tidak akan meninggalkanmu, kan?"

"Tuan Enkidu, Nona Shamhat, mari kita pergi."

Suara itu membuat atensi kami teralihkan. Bersama seorang prajurit, nona Siduri mengantarkan kami ke sebuah rumah tua yang terletak tidak jauh dari Ziggurat. Karena aku sudah tahu jika wilayah ini adalah Babylonia, aku tidak seterkejut ketika pertama kali aku datang.

Prajurit yang ikut bersama kami masuk terlebih dahulu dan menyalakan obor api. Kini aku bisa melihatnya dengan lebih jelas. Rumah dari susunan batu bata dan tanah liat dengan bentuk kotak-kotak. Khas sekali dengan rumah-rumah kuno daerah Timur Tengah.

"Mohon maaf karena rumah ini sudah tua dan tidak terawat. Sudah tiga tahun tempat ini tidak ditinggali. Jika Tuan Enkidu dan Nona Shamhat tidak berkenan, kami akan mencarikan yang lain."

"Tidak," sahutku buru-buru. "Maaf, terlalu merepotkanmu. Kami sungguh berterima kasih."

"Tidak masalah. Kalau begitu, Tuan Enkidu, Nona Shamhat, saya pamit undur diri."

Aku mencengkram kain putih yang kukenakan sebelum akhirnya kuberanikan diri untuk mencegah kepergian Siduri. "Tunggu, Nona Siduri! "

"Maaf sangat merepotkan. Tapi, jika ada pekerjaan di ista--maksud saya Ziggurat--tolong izinkan saya mengambil pekerjaannya."

"Shamhat?" Enkidu menatapku bingung.

"Saya ingin bekerja. Apapun, saya akan menerimanya. Eh, maksud saya jika masih dalam kemampuan saya, tolong pekerjakanlah saya." Aku gugup sampai tidak tahu apakah kalimatku tadi dapat dipahami.

"Baiklah, saya akan mengabari Anda jika Ziggurat membutuhkan tenaga kerja lagi." Setelah membungkukkan badannya sebentar, gadis itu pergi meninggalkan kami. Aku menatap kepergian mereka sembari berdoa semoga aku lekas mendapat pekerjaan.

"Untuk apa?"

"Kita butuh uang untuk bertahan hidup, Enkidu! Kau sudah berjanji pada raja, kan?"

"Maaf."

"Tidak apa-apa, lagi pula berkatmu aku bisa diterima dan kembali tinggal di sini. Ayo, sebelum semakin malam, setidaknya kita harus membersihkan kamarnya."

~~~TBC~~~

|•|
782 words
|•|

Omong-omong, tanganku gatal ingin menuliskan kata "tawake, onore, zashu" di dialog Raja Gilgamesh. Tapi nanti feelnya jadi beda. Meskipun ini fanfict tapi, kan, latar tempatnya di Mesopotamia, bukannya Jepang 😅

Oh! Dan untuk karakter Siduri, aku mengambil sedikit versi Fate di mana dia sudah bersama Raja jauh sebelum bertemu dengan Enkidu, bedanya--tunggu penjelasan di part selanjutnya! :v
Kalo dilegenda yang asli, Siduri adalah seorang Dewi yang ditemui Raja Gilgamesh di perjalanannya mencari keabadian. Ups, kebanyakan ngomong malah jadi spoiler buat yang belom pernah baca legendanya.

Publikasi [10 Mei 2020]

Salam hangat
Asano_H~

Shamhat [Completed]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن