Bagian VI

407 58 8
                                    

Aku menjerit kencang ketika pemuda cantik itu mengangkat tubuhku terbang ke atas udara. Terbang! Terbang! Terbang! Aku kehabisan kata-kata. Dia sungguhan monster! Bagaimana bisa kami terbang tanpa sayap atau pun mesin?!

Apa aku masih waras?

Karena Enkidu tidak mempedulikanku, kusempatkan untuk melirik ke bawah. Mencari tahu seberapa tinggi kami mengudara. Namun, mustahil! Aku menyesal, tubuhku lemas setelahnya.

"Maaf, Shamhat. Dewa Anu dan dan Dewi Aruru menciptakanku, Rantai Surgawi, untuk mengembalikan Gilgamesh ke sisi mereka."

Jawaban singkat yang tidak bisa kupahami. Bukan berniat mencari kesempatan, tapi tanganku reflek memeluknya dan menyembunyikan kepalaku dintara leher dan surai panjangnya. Semoga aku tidak mengompol. Aku benci ketinggian.

~*O*~

Enkidu mendarat di depan gerbang setinggi puluhan meter dengan ornamen binatang berlatar biru yang sangat Indah. Aku tidak mempedulikan tempat ini ketika aku pergi ke Hutan Arash. Aku tidak melebih-lebihkan, tapi gerbang ini sungguh bangunan kuno termegah yang pernah kulihat. Aku sampai merinding dalam kekagumanku. Ini di zaman sebelum penanggalan masehi ditemukan, bukan? Bagaimana mereka bisa memiliki peradaban semaju ini?

Kami berdiri sedikit jauh, dan mengamati penjagaan ketat di depan sana. Shamhat adalah penduduk di sana, apa kami tetap bisa masuk? Tapi mereka pasti akan sangat waspada dengan Enkidu. Lantas, tanpa kusadari pemuda itu sudah berjalan mendekati penjaga. Dia berbincang beberapa saat sebelum akhirnya penjaga itu mengusirnya.

Tentu saja, kan?!

"Mungkin kita harus terbang lagi?" tanyanya ketika dia menghampiriku.

"Percayalah itu ide yang buruk," sahutku.

"Tidak ada cara lain, kan?"

Aku memegangi kepalaku yang pening. Aku beruntung tadi, tidak mual atau pun ngompol. Dan sekarang dia mengajakku melakukannya untuk yang kedua kali. Lantas tanpa persetujuanku, Enkidu mengangkatku lagi. Aku spontan memekik untuk yang kesekian kali, yang mana itu membuat perhatian orang-orang di sekitar sana tertuju kepada kami.

Parahnya, aku mengira Enkidu akan mendarat di tempat yang lebih jauh dan tertutup, namun yang terjadi adalah sebaliknya! Pemuda ini hanya terbang untuk melewati gerbang! Arrgghh! Aku kesal sekali pada kepolosannya tentang hal yang satu ini.

"Kau membuat situasi semakin parah, Enkidu!" erangku kalut.

Para prajurit kerajaan berbondong-bondong mendekat dan mengacungkan senjatanya. Hiiiii! Aku bergidik dan reflek melompat mencari perlindungan dari Enkidu. Mereka membawa tombak sungguhan!

"Wanita itu, bukankah dia yang dikirim ke hutan Arash?"

"Benar, dia sungguhan Shamhat!"

"Mengapa dia masih hidup?"

Aku tidak tahu siapa yang berbicara. Bagiku, prajurit-prajurit itu terlihat sama.

"Shamhat, siapa gadis yang kau bawa?!"

Sudah kubilang mereka memiliki wujud yang sama di mataku. Jadi aku hanya diam. Mereka juga berwajah seolah kami tetap akan dipenjara meski aku menjawab pertanyaan itu. Lagi pula pasti sulit bagi mereka menerima kenyataan jika orang secantik Enkidu bukanlah gadis.

"Beraninya kalian menghalangi jalanku!"

Suara bariton yang terasa tidak asing itu sontak membuat semua prajurit yang mengepung kami terkejut dan lantas menyingkir. Aku masih tidak paham dengan situasinya bahkan ketika segerombolan pria itu membuka jalan serta memberi hormat dengan berlutut.

Shamhat [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang