~ ❤️48 ~

519 41 2
                                    

Selamat membaca  🙏

Batu kecil dalam rumah tangga Arya dan Azkia bisa terkikis sudah. Dengan bantuan papa.

Azkia yang mendapat banyak cerita dan nasihat dari sang papa, akhirnya bisa mulai belajar lebih dewasa lagi. Dia sendiri juga sebetulnya merasa malu, karena bisa bersikap seperti kemaren kemaren hanya karena cemburu buta.

Arya pun juga semakin belajar lagi mengerti istrinya. Dia banyak diperingatkan Maryanto, agar jangan sampai terulang. Karena memang sampai sekarang Silvi terlihat sering mendekati Arya.

Namun belajar dari pengalaman, arya justru memutuskan untuk selalu cerita pada istrinya apapun yang dia alami di kantor.
Dan hal itu ternyata lebih ampuh untuk Azkia percaya pada suaminya. Bahwa suaminya tidak tertarik sedikitpun pada perempuan lain.

Hari pernikahan Ana dan Hafiz kurang dua minggu lagi. Papa mama juga akan kembali ke Yogya tepat satu hari sebelum pernikahan Ana.
Azkia sudah menyiapkan seragam keluarga, juga untuk papa mama.

Azkia sudah mulai sibuk juga mempersiapakan cafe baru yang akan join dengan mas Eko. Azkia turun tangan sendiri untuk kali ini. Lokasi yang di take over Arya itu lebih ramai karena berada di sekitar kampus swasta terbesar. Pengerjaannya di desain sendiri langsung oleh mas Eko yang jelas seorang arsitek lulusan UI.

Di sela kesibukannya persiapan cafe baru, Azkia tetap membantu untuk pernikahan Ana. Sore ini Kia sudah janji dengan Arya akan ke butik  bu Ferina untuk cari seragam keluarga. Jam dua siang Kia melajukan mobil dari lokasi cafe ke kantor Arya. Karena memang butuh waktu sekitar empat puluh lima menit perjalanan kesana.
Azkia masuk halaman kantor setelah menyapa petugas piket di pos depan. Lalu memarkirkan mobilnya. Tepat saat mau turun dari mobil, Kia melihat dari kaca ruangan Arya yang tembus pandang. Suaminya yang hanya tinggal berdua dengan Silvi, terlihat seperti sedang berbicara dengan posisi sangat dekat.

Hal itu membuat Azkia membatu, diam tak bergerak. Pintu mobil sudah dia buka, dia sudah berdiri disisi pintu namun tak beranjak.
Bu Nayoan yang melihat Azkia lalu mengikuti arah pandangannya. Pahamlah beliau apa yang membuat istri karyawannya itu terkejut.

"Siang bu Arya." Sapanya sedikit menaikan volume suaranya agar orang yang berada di dalam ruangan bisa ikut menyadari, harapannya.

"Ehhh...emm iya Bu Nayoan. Selamat siang. Maaf saya baru cek ponsel saya."

Suara percakapan di luar itupun terdengar kedalam ruangan, Arya yang menyadari istrinya sudah menjemput, langsung berlalu meninggalkan ruangan. Sedangkan yang ditinggal seolah tak terima karena tak tahu jika di luar ada yang melihat.

"Pak Arya....tunggu Pak."

Arya tak menghiraukan. Sedangkan di area parkir,

"Jemput Pak Arya ya Bu? Pak Sunu dan ibu bagaimana kabar Bu? Saya kehilangan teman diskusi ini selama Pak Sunu dinas luar kota."

"Alhamdulillah papa mama baik Bu. Sebentar lagi sudah kembali kan. Menyenangkan memang tukar pendapat dengan papa."

"Ow jelas. Tapi sepertinya tak lama lagi Pak Sunu juga akan mutasi Bu Arya, akan menjadi kepala juga nanti tapi belum tahu penempatan di kota mana."

"Siang Bu Nayoan. Sudah mau pulang?"

"Iya Pak Arya. Kebetulan bertemu Bu Arya dari tadi disisi mobil kok melamun." Kepala instansi itu sengaja menyindir anak buahnya.

Skak
Arya tak bereaksi. Azkia masih bisa berpura pura.

"Baiklah Bu Arya saya duluan nanti kita lanjut berbincang melalui pesan ya? Pak Arya selamat siang."

JODOH    (selesai) ✅Where stories live. Discover now