One

1.1K 53 5
                                    

Haru tak pernah menginginkan perasaan ini tumbuh perlahan tanpa mengucapkan kata permisi dihatinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Haru tak pernah menginginkan perasaan ini tumbuh perlahan tanpa mengucapkan kata permisi dihatinya. Lelah jika dikata ia harus jujur pada dunia akan apa yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.

Jauh sebelum gadis didepannya hadir sebagai kakak perempuannya, Haru sudah lebih dulu menaruh rasa tak biasa yang sering orang bilang sebagai rasa cinta.

Duduk sebagai seorang adik dari si cantik Yuane bukanlah bagian dari rencana indah yang telah ia susun sejak lama. Semua meleset tak sesuai dengan ekspetasi yang telah ia khayalkan disetiap detik menuju alam bawah sadarnya.

"Haru? apa ada masalah?"

Mengerjap, Haru segera menoleh sembari tersenyum pada wanita berkepala empat disampingnya, "ah ga ada Ma, Haru cuma masih ngantuk sedikit" ucapnya sedikit gagu.

Mama kemudian mengangguk dan kembali menikmati hidangan yang tersaji disana.

Hening menyelimut kembali bersama dengan dentingan benda-benda logam yang saling beradu dengan piring-piring kaca diatas meja.

Sayup terdengar helaan nafas dari Haru yang terdengar seperti helaan nafas lelah. Tanpa menunggu waktu lama, lelaki itu meneguk beberapa tegukan air dari gelas dihadapannya, lalu berucap pamit tanpa menoleh sedikitpun pada Yuane.

Ini gila, Haru tak pernah merasakan posisi sefrustasi ini ketika ia merasakan ada rasa tumbuh dihatinya.

Ada banyak pertanyaan yang menumpuk pada takdir mengapa harus Yuane yang menjadi kakak perempuannya, kenapa bukan orang lain? ada lebih dari ratusan juta gadis remaja yang hidup didunia, tapi mengapa harus Yuane?

Bukankah ia sering berbincang kecil memohon pada Tuhan agar Yuane dapat melihat sedikit kearahnya? tapi bukan sebagai seorang saudara.

Bukan ini yang Haru mau, sungguh bukan.

Dering ponsel kemudian menyela lamunan, kala Haru terduduk lemas diatas sofa kamar. Lima belas menit lagi jam sudah menunjukkan pukul 06.30 dan Haru masih saja meratapi nasib sialnya.

Pagi ini, adalah pagi kedua ia satu atap bersama Yuane, juga Papanya. Tak banyak yang Haru lakukan selama Yuane asyik bercengkerama bersama Mama diruang keluarga.

Ia hanya sesekali datang melewati mereka untuk mengambil sebotol minuman dari dalam kulkas. Tak menyapa dan tak disapa. Haru akan diam membisu jika Mama tak membangun obrolan diantara mereka.

Sungguh, senin kedua dibulan ini membuat Haru malas untuk bergerak darisana, langkahnya amat lemas, terhuyung seolah tak ada tenaga. Jika bukan karena beberapa pesan spam yang muncul dalam notifikasi mungkin saja Haru sudah lupa waktu dan kembali melanjutkan waktu tidur yang tadi malam sempat ia tunda.

Hanya dalam waktu lima belas menit Haru dapat selesai membersihkan diri dan mengganti pakaian tidurnya menjadi baju seragam khas hari senin.

Sebelum akhirnya ia melangkah seraya menenteng tas bersama sebuah ponsel yang tak pernah Haru lupa untuk dibawa kemanapun ia melangkah.

Pagi yang sama seperti biasa, ruang tengah akan diramaikan oleh ocehan Jojo dan suara tawa Mama yang renyah ditelinga.

Beberapa kali Haru mendengar Mama tertawa mendengar setiap kata yang terlontar dari bibir Jojo. Jojo akan datang untuk menjemput Haru seraya mencuri kesempatan sedikit berharap ketika pulang ia akan mendapat sebungkus bingkisan dari Mama.

"Ya udah tante aku izin pamit dulu ya, Haru udah ada," barangkali itulah kata terakhir yang Haru dengar dari Jojo sebelum akhirnya keduanya pergi meninggalkan ruang tengah menuju halaman depan.

Sebenarnya sedari tadi, Haru sudah mewanti-wanti akan kehadiran Yuane, lelaki itu masih ketakutan dan gugup ketika ia berhadapan dengan Yuane.

Namun kali ini Haru dapat bernafas sedikit lebih tenang, mungkin karena keberadaan Yuane yang sudah tak terlihat batang hidungnya disana.

Oh iya, berbicara perihal pendidikan mereka, Haru dan Yuane berada di sekolah pendidikan yang sama. Keduanya berstatus sebagai kakak dan adik kelas. Lebih tepatnya disini Haru satu tingkah lebih bawah dibanding Yuane.

Mungkin orang-orang akan berpikir aneh terhadap apa yang terjadi pada Haru. Pertama aneh karena mempunyai rasa pada kakak tingkatnya sendiri dan yang kedua bahkan lebih parah, untuk menyebutkan keanehannya saja rasanya Haru tak pernah pantas untuk mengatakan itu.

"Haru, kok lo ga cerita punya Papa baru?" tanya Jojo seraya menghidupkan mesin dan melaju meninggalkan pekarangan rumah.

Sejenak Haru terdiam dibelakang Jojo "Emang hal kayak gini penting diceritain?"

"Ya engga juga sih, tapi setidaknya lo cerita sama gue punya kakak tiri modelan Kak Yuane," jawabnya terkekeh menanggapi pertanyaan Haru.

"Terserah"

Jojo memutar bola mata mendengar tanggapan Haru, "gak jelas lo kayak cewe!"

"Tapi lo kan juga suka sama cewe"

"Tapi lo lebih parah, ambekan, irit ngomong, jomblo lagi"

Setidaknya itulah sedikit perdebatan antara Haru dan Jojo disepanjang perjalanan menuju kesekolah mereka. Berisik, tak ada yang mau mengalah dan yang pasti keduanya sama-sama mempunyai ego yang tinggi.

Tak ada yang dapat menarik perhatian Haru dan Jojo sampai pada titik akhir dimana Jojo menghentikan sepeda motornya tepat dihadapan dua sejoli dibawah pohon rindang halaman parkir sekolah.

Ada sepercik rasa sakit menggores hati Haru ketika lagi-lagi ia dihadapkan oleh nasib sial.

Dan hal pertama yang ia dapati pagi ini adalah Yuane dan Dobby dua pasangan yang dielu-elukan menjalin kasih sejak satu minggu yang lalu.

Sangat sakit, tapi Haru bisa apa?

Sangat sakit, tapi Haru bisa apa?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Haru(Watanabe Haruto)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Haru
(Watanabe Haruto)

Note:
Cerita ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan para idol. Cerita ini murni dibuat untuk hiburan semata.

Homescapes Where stories live. Discover now