Twelve

95 19 13
                                    

Haru menunduk lemas tak mampu lagi menatap kedua bola mata gadis didepannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Haru menunduk lemas tak mampu lagi menatap kedua bola mata gadis didepannya. Ribuan debar tak karuan lagi-lagi datang saling berterbangan. Menciptakan getaran hangat dalam kalbu yang bergerak cepat menjadi sebuah candu.

Perihal perasaan cintanya pada Yuane, Haru tak akan pernah mengucapkan kata bosan. Bagaimana ia sangat mencintai gadis itu, teramat sangat.

Beberapa orang mungkin menganggap hal ini adalah sesuatu yang mustahil terjadi, tapi Haru merasakan semua. Lantas apa yang harus ia sanggah jika kenyataannya memang begini adanya.

Kali ini keduanya duduk saling berhadapan diatas sofa yang terletak tepat didepan kasur Haru.

Tak ada yang mampu membuka suara sampai Haru merasa tak sanggup akan keheningan yang menyergap keduanya. Haru mengangkat pandangan demi bisa melihat wajah sayu Yuane dengan jelas.

Satu tangan lelaki itu terangkat keatas hendak menyentuh pipi Yuane.

Mungkin terlalu cepat, tapi apa ia sanggup menahan segala rasa yang menumpuk didada dalam kurun waktu yang tak akan pernah bisa Haru prediksi kapan akhirnya.

"Sebenarnya-"

"Jangan ngomong dulu sama gue"

Bibir Haru lantas tertutup rapat, kala telinganya menangkap suara Yuane yang menyela ucapannya yang belum usai, rasa sakit itu kembali menyapa sama seperti saat ia mendengar penuturan Yuane tentang bagaimana gadis itu membangga-banggakan sosok Dobby didepan Mama.

"Tapi ini bukan sesuatu yang bisa gue pendam lama-lama" lirihnya lemah.

Yuane juga mengangkat pandangan, menatap tajam netra Haru dengan sorot mata marah, "sesuatu yang lo bilang itu sesuatu yang menjijikan-" jedanya sesaat.

"Gak ada dalam kamus manusia normal seorang adik menyukai kakaknya melebih batas wajar"

Tangan Yuane terkepal hingga kukunya memutih, sebelum mulutnya kembali bersua lagi, "lo gila Haru-"

"Lo gak normal, dan jangan pernah berhatap gue bakalan suka sama lo yang kayak gini-"

"Terakhir jangan pernah bicara lagi sama gue sebelum lo hilangin rasa yang saat ini bersarang dihati lo."

Sungguh Haru tak mampu untuk berkutik tatkala Yuane menyebutnya menjijikan. Pun untuk sekedar menyela dan membantahkan segala ujaran jahat dari Yuane, Haru tak bisa. Lalu ia harus bagaimana sekarang kalau cintanya sudah ditolak mentah-mentah.

Ia hanya mencoba mengeluarkan rasa yang telah dipendamnya lama-lama, tak pernah berharap bisa dibalas lebih. Sekedar memahami dan mencoba mengerti akan apa yang Haru rasa itu sudah cukup.

Homescapes Where stories live. Discover now