Five

165 33 1
                                    

Helaian daun cemara jatuh luruh kebumi tatkala angin barat datang bertiup kencang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Helaian daun cemara jatuh luruh kebumi tatkala angin barat datang bertiup kencang. Suara jangkrik satu persatu berteriak nyaring saling bersahutan.


Tak ada yang dapat menganggu keduanya. Roda hidup orang lain seolah berhenti berputar dan tak sedikitpun dapat mengalihkan pandangan Haru pada sosok gadis manis yang ia kagumi teramat sangat.

Jutaan rasa euforia mengalun lembut menari dalam perut merayakan kemenangan Haru untuk pertama kalinya. Getar yang semula hinggap menyelimuti hampir seluruh raga, kini mulai luluh berganti rasa bahagia yang luar biasa tak terkira.

Dan pada akhirnya Haru harus tetap mengucapkan kata syukur pada Tuhan akan hadirnya Jojo yang datang bak superhero.

Ya walaupun besok keadaan masih tetap sama, ia akan kembali dijatuhkan. Tapi setidaknya hari ini lebih baik dari jam-jam yang lalu.

"Sebenarnya ada satu tempat lagi yang harus gue lihatin sama lo. Jauh lebih indah nan sejuk daripada ini"

Haru ikut mengembangkan senyum tatkala Yuane berucap seraya menampilkan senyum manis yang selalu menjadi bayang-bayang indah dilangit-langit malam.

Jadi tolong biarkan Haru menikmati ini sejenak bersama secuil rasa sesak.

"Makasih, ini juga lebih dari cukup. Gue baru tahu ada tempat seindah ini di kota kita" ucap Haru sembari melangkah pelan mencoba menyesuaikan derap kakinya agar sejajar dengan Yuane.

"Haru. Demi apapun lo harus nyobain makanan ini. Cepet!"

Sedetik, Haru dibuat kejut oleh kehebohan Yuane yang segera menarik tangannya menuju salah satu penjual gerobak dekat batu besar yang menjulang menjadi hiasan taman.

"Seblak?" Haru tertegun sejenak. Seblak bagi dia bukanlah makanan yang spesial seperti perwakilan mimik heboh milik Yuane.

"Iya seblak. Pokoknya lo harus cobain ini! tunggu bentar" cakap gadis itu berseru heboh antusias.

Haru masih merasa aneh, ia lalu memutuskan untuk duduk dikursi plastik hijau dekat teteh penjual sembari menunggu Yuane memesan seblak milik mereka.

"Nih, makan" ucap Yuane seraya menyodorkan sebungkus seblak yang diwadahi sterofoam.

Keduanya hanyut dalam pikiran masing-asing tak berbicara sedikitpun, sibuk menikmati setiap suapan yang masuk dalam mulut.

Haru bahkan tak berekpresi lebih, ia hanya menyantap makanan itu dengan khidmat tanpa ada penolakkan.

"Habisin makanannya"

Sore itu, Haru pulang dengan membawa kebahagiaan yang sebelumnya tak pernah ia dapatkan. Senyum manis terpatri indah di wajah Haru hingga pintu kamar tertutup rapat.

Sore itu pula, Haru kembali jatuh kedalam pesona Yuane, lelaki itu tak pernah dapat menampik bagaimana rasa yang tak seharusnya ada itu tumbuh mekar tak tahu arah dalam hatinya.

Haru terjatuh dan akan seterusnya seperti itu.

Bukan tanpa pasal saat ini Haru berdiri tegak didepan kamar sang putri, ada sesuatu yang ingin ia ungkapkan pada si gadis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bukan tanpa pasal saat ini Haru berdiri tegak didepan kamar sang putri, ada sesuatu yang ingin ia ungkapkan pada si gadis. Bukan perihal perasaan, melainkan ungkapan terimakasih karena telah menemani harinya yang sunyi dalam kurun waktu hampir enam minggu ini.

Maka sebagai gantinya, Haru membeli satu paket brownies kukus yang dikemas dalam sebuat keranjang dan ditempeli kertas bertuliskan 'dari Haru untuk Yuane'.

Dua hari yang lalu, Papa pulang dari luar Kota. Haru sedikit demi sedikit mulai menerima kehadiran lelaki paruh baya itu. Di hari ketiganya lelaki itu pulang kerumah, Papa mengajak Haru untuk berbincang sejenak diruang keluarga.

Ada banyak hal yang mereka ceritakan termasuk tentang Yuane. Tentang bagaimana gadis itu amat menyukai brownies kukus yang ditambahi topping kaca mete diatasnya.

Haru masih berdiri setia dibalik pintu, menunggu si gadis membukakan pintu. Tidak lama hanya dalam kurun waktu 10 detik, Yuane telah muncul bersama muka bantalnya.

Gadis itu sedikit cemburut, mungkin karena suara ketukan Haru yang menganggu.

"Tebak gue bawa apa?" Haru menggoyang-goyangkan keranjang yang ia bawa didepan Yuane.

Tersenyum lebar, Haru menahan diri untuk tak berteriak saat Yuane cemberut menggemaskan. Rasanya Haru ingin melahap pipi Yuane saat ini juga, gadis itu terlalu lucu untuk seukuran gadis remaja yang sudah menginjak usia 18 tahun.

Haru tak lagi melepas senyum selepas ia melihat sosok Yuane, hingga giginya mengering. Ia terlalu bahagia dengan respon Yuane. Sangat bahagia, dan lelaki itu tak lagi mampu menggambarkan betapa bahagianya ia karena Yuane.

Netra Yuane berubah berbinar ketika bungkus keranjang itu mengalihkan atensi dari sosok Haru. Sedikit terharu, karena apa yang dia inginkan kemarin malam Tuhan kabulkan melalui perantara Haru.

"Beneran ini buat gue?" tanya Yuane antusias.

Haru mengangguk dan memindahkan bungkusan itu kepangkuan Yuane "Iya, ini buat Kak Yuane. Gimana suka ga?"

Bukan kata suka yang Haru terima ketika ia melayangkan pertanyaan itu, melainkan sebuah pelukan secara tiba-tiba dari gadis dihadapannya.

Yuane mendekap erat tubuh Haru, amat erat hingga Haru tak dapat berkutik barang sejenak.

"Makasih Haru."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Homescapes Where stories live. Discover now