O.6

2.1K 406 64
                                    

"Mari kita beraksi"

Hyunjae mempersiapkan pistolnya, lalu menggiring rekan-rekannya masuk ke dalam. Eunwoo menggiring sebagian tim 1 untuk berjaga di samping dan depan markas. Pintu didobrak, mengakibatkan pintu kayu berwarna coklat itu roboh dan rusak. Hyunjae mengedarkan pengelihatannya. Sepi, tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya dan rekan-rekannya.

"Tidak ada siapa-siapa. Bagaimana disana Inspektur Mingyu?"

"Masih dengan kondisi yang sama. Satu orang menggunakan bucket hat sedang duduk dikursi di pekarangan belakang "

Hyunjae kembali menggiring rekan-rekannya ke dalam markas. Hyunjae memerintahkan agar semua pintu didobrak. Tapi nihil, tidak ada siapapun disini. Markas ini kosong. Tapi kata Inspektur Mingyu ada seseorang di pekarangan belakang.

"Ayo kita ke belakang"

Benar saja, saat Hyunjae tiba di pekarangan belakang ada seseorang sedang duduk di kursi sambil menundukkan kepalanya. Ia memakai bucket hat sesuai dengan ciri-ciri yang tadi Inspektur Mingyu sebut.

"Angkat tanganmu. Kau sudah kami kepung!"

Hyunjae menodongkan pistolnya ke arah si bucket hat tadi. Tapi percuma, si bucket hat itu tidak merasa takut. Ia tidak bergerak sama sekali.

"Angkat tanganmu, tuan! Jika tidak kami akan menembakmu!"

Orang itu berdiri. Melepaskan bucket hat nya lalu membuangnya ke sembarang arah. Menampilkan wajah yang membuat Hyunjae kesal tapi sialnya tampan. Itu Juyeon. Ia mengangkat tangannya sesuai perintah Hyunjae tadi. Matanya menatap lurus wajah Jenderal manis yang berjarak 200 meter didepannya.

"Kau terkepung. Kau tidak bisa lari lagi, Juyeon!"

"Sebenarnya disini.... kalian yang terkepung"

Satu persatu anak buah Juyeon keluar dari persembunyiannya. Menodongkan pistol ke arah kepala rekan-rekan Hyunjae. Pasukan Eunwoo berjalan dengan tangan diangkat dan kepala yang ditodong pistol. Ternyata Juyeon tau rencananya. Tapi, bagaimana Juyeon bisa tau?

"Kenapa kau terkejut? Apakah kau bertanya-tanya bagaimana aku bisa mengetaui semua rencana mu?"

"Diam ditempat! Atau peluru ini akan menembus kepala mu!"

"Santai, Jenderal. Turunkan pistolmu, mari bertarung tanpa senjata"

Hyunjae diam. Bingung antara akan meletakkan senjatanya di tanah atau tetap menodongkannya ke arah kepala mafia bajingan didepannya ini.

"Jangan, Jenderal. Tetap pegang senjatamu!"

"Diam atau aku akan menembakan isi peluru ini ke kepalamu! Lanjutkan bos"

Juyeon menatap Hyunjae dengan senyumnya yang mengejek. Membuat Hyunjae merasa kesal lalu menjatuhkan pistolnya ke tanah.

"Baiklah, ayo bertarung"

Hyunjae berjalan mendekati Juyeon dengan rasa takut dan gugup. Tangannya sudah terkepal, guna memukul wajah tampan mafia itu. Juyeon terkekeh, lalu merogoh kantung celananya mencari sebuah alat.

Ketika Hyunjae akan melayangkan pukulannya, disitulah lehernya kembali sakit. Hyunjae mendudukkan dirinya, rasanya lebih sakit daripada kemarin. Rasanya seperti disetrum dengan dua kabel sekaligus.

"Bagaimana? Sakit ya?"

"Akh! Kau..."

"Kau tau, sebenarnya saat direstoran aku tidak benar-benar membenarkan kerah kemejamu. Kau tau apa yang aku lakukan?"

Juyeon menyamakan posisinya dengan Hyunjae, lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Jenderal manis itu.

"Kau tau alat apa yang aku pegang ini? Alat ini bisa menyalurkan listrik yang akan menimbulkan rasa sakit secara bertahap. Titik hitam yang berada dilehermu itu adalah ulahku"

GUNS N' ROSES✔जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें