1.8

1.7K 321 52
                                    

"Bajingan itu masih saja mengincar Ibuku"

"Juyeon tunggu!"

Juyeon buru-buru berjalan dengan raut muka yang menahan amarah. Firasatnya tepat, Ayahnya menghampiri Ibunya hari ini. Bagaimana bisa tau? Juyeon sadar jika ia memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Ayahnya.

brak

"KAU!"

Juyeon menarik kerah baju Ayahnya yang sedang mencoba melepaskan masker oksigen yang dipakai Ibunya. Juyeon membanting Ayahnya kedinding, membuat pria berkepala 4 hampir 5 itu meringis kesakitan.

"Aku bilang jauh-jauh dari Ibuku! Kau tuli ya?!"

"Kau pikir aku akan benar-benar menjauhi Ibumu? Ingat, aku dan Ibumu belum bercerai"

Juyeon membeku. Apa yang Ayahnya katakan ini benar. Ibu dan Ayahnya belum benar-benar berpisah. Secara hukum seperti itu. Yunho menatap anaknya dengan seringaian di wajahnya. Membuat Juyeon semakin marah.

"Hari ini rencana ku gagal, mungkin lain kali akan berhasil. Siapa dia? Kekasihmu? Lalu kau kemanakan Sakura? Kau membuangnya setelah memakainya? Benar-benar brengsek"

Juyeon sudah bisa menahan lagi. Sebuah pukulan keras ia daratkan di rahang sang Ayah. Mengakibatkan Ayahnya tersungkur ke sofa. Karena rahangnya sakit, Yunho pergi tanpa mengucapkan apapun. Hyunjae yang melihat semua kejadian tadi hanya bisa diam di depan pintu.

"Masuklah, tidak apa-apa"

Hyunjae hanya diam. Terkejut dengan apa yang barusan terjadi.

"Kemari. Tidak usah didengar apa kata pria tua itu. Semuanya tidak benar" Juyeon mengulurkan tangannya yang disambut baik oleh Jenderal manis itu.

Diajaknya Hyunjae melihat Ibunya yang sedang terbaring di kasur dengan masker oksigen dan alat-alat lain yang terpasang di tubuh Ibunya. Hyunjae mengambil tangan sang Ibu lalu mengusapnya pelan.

"Ibu, aku Hyunjae. Aku... teman Juyeon. Hari ini, Juyeon mengajakku kesini untuk menemuimu. Sudah lama aku ingin melihat wajah Ibu. Ternyata cantik. Pantas anaknya tampan"

Juyeon terkekeh mendengar penuturan Hyunjae.

"Ibu harus bangun. Juyeon sudah lamaaa sekali menunggu Ibu. Juyeon harus hidup bahagia dengan Ibunya. Semoga Ibu cepat bangun, supaya Juyeon senang"

Hyunjae mengecup tangan dingin Ibu Juyeon, lalu pindah duduk ke sofa.

"Ini sudah malam, kau sudah malam atau belum?" tanya Juyeon tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel.

"Belum, tapi kalau kau ingin mem-"

"Tunggu disini. Aku akan ke kantin sebentar"

Wow, peka sekali, batin Hyunjae. Hyunjae mengangguk lalu Juyeon menyambar jaketnya dan melenggang pergi ke kantin rumah sakit. Sembari menunggu Juyeon, Hyunjae mengeluarkan sebuah novel dari tas kerjanya. Novel yang akhir-akhir ini menjadi alasan mengapa ia tidur tengah malam.

Novel berjudul 'Dilan 1990' itu menjadi novel kesukaan Hyunjae beberapa hari lalu. Hyunjae tidak sengaja melihat novel ini di toko buku saat mengantar adiknya membeli buku untuk ujian nanti. Karena stok buku novel milik Hyunjae sudah habis, tanpa melihat harga Hyunjae langsung mengambilnya.

10 menit, Juyeon sudah kembali dengan plastik hitam berisi makanan ditangannya. Baunya menguar saat Juyeon masuk ke kamar. Membuat Hyunjae menjadi semakin lapar.

"Hanya ada nasi goreng ayam di kantin karena sudah malam" Juyeon menyodorkan plastik hitam itu kepada Hyunjae.

"2 porsi? Kau ingin aku gendut ya, Tuan Mafia?"

GUNS N' ROSES✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang