1.4

1.9K 378 72
                                    

"Akhirnya selesai juga"

Hyunjae mengusap keringat di dahinya. Dapur Juyeon sudah bersih. Saatnya ia memasakkan sup untuk beruang besar berkedok mafia itu. Juyeon tadi ia suruh tidur sebentar di sofa sementara ia membersihkan pecahan kaca dan darah Juyeon yang sempat menetes ke lantai.

"Apa yang ia miliki? Kentang, wortel, jagung. Hanya itu saja? Kalau begitu cream soup saja" gumam Hyunjae.

Hyunjae mengeluarkan bahan-bahan yang ia butuhkan. Dengan telaten ia mulai memotongi kentang dan wortelnya menjadi bagian yang lebih kecil. Setelahnya ia mulai merebus air hingga mendidih. Setelah mendidih, semua bahan yang Hyunjae siapkan ia masukkan. Ia beri garam, lada, dan gula secukupnya.

Setelah selesai membuat sup, saatnya membangunkan beruang besar yang sedang hibernasi. Juyeon terlihat lelap sekali di sofa. Sepertinya ia tidak tidur semalam.

"Juyeon, ayo makan dulu. Sebelum supnya dingin" Hyunjae mengguncang pelan badan beruang didepannya ini.

"Juyeon ayo bangun. Makan dulu, setelahnya kau bisa lanjutkan tidur mu" beruntung, setelah guncangan kedua Juyeon akhirnya bangun juga.

Hyunjae mendudukkan dirinya disebelah Juyeon. Menyuapi beruang besar itu dengan telaten tanpa suara. Juyeon juga lahap sekali, sepertinya ia belum makan hari ini. Setelah makan, Hyunjae menyuruhnya kembali tidur. Tapi Juyeon bilang nanti saja. Kepalanya pusing.

"Aku ingin mengatakan sesuatu"

Juyeon melirik Hyunjae yang baru saja kembali dari dapur untuk meletakkan mangkuk dan gelas kotor.

"Aku yakin kau sedang mabuk tadi. Jadi kau mungkin tidak mendengarku dengan jelas. Aku kemari untuk meminta maaf. Maaf aku sudah lancang menanyakan tentang Ibumu kepada Saku- Hei, jangan menangis lagi. Aduh, bayi beruang ini menangis lagi"

Hyunjae buru-buru menenangkan bayi beruang -kata Hyunjae- yang mulai mengeluarkan air mata lagi.

"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah dihadapan orang-orang..."

"Maksudmu?"

Juyeon yang tadi menundukkan kepala mulai mendongakkan kepalanya. Menatap manik Jenderal manis itu. Menarik tangannya lembut untuk duduk disampingnya.

"Orang-orang diluar menganggapku orang yang kuat. Orang yang tahan banting. Orang yang keren. Hanya karena melihatku sebagai mafia. Mafia yang hebat. Mafia yang kuat. Mafia yang tidak bisa dikalahkan. Mafia yang cerdik dan licik. Mafia yang tidak punya kelemahan...."

"Tapi mereka salah. Aku bukan mafia yang hebat. Mafia kuat. Tidak bisa dikalahkan. Tidak punya kelemahan. Padahal aku tidak sehebat itu. Kalau mereka memandang dari sudut pandang Ibuku, aku tidak sehebat itu. Aku ini manja. Apa-apa selalu 'Ibu'. Dan aku punya kelemahan, yaitu Ibuku..."

"Didunia ini, siapa yang tidak mencintai dan menyayangi Ibunya? Bahkan orang terjahat didunia pasti mencintai dan menyayangi Ibunya. Kau sudah mendengarnya dari Sakura. Tapi aku akan menceritakannya lagi. Versi Juyeon dan versi lebih lengkapnya. Jadi, ta-"

"Tunggu, boleh aku pulang dan mengambil popcorn? Sepertinya akan sangat seru dan memakan waktu lama"

Juyeon terkekeh mendengar pertanyaan Jenderal didepannya, "Ada ayam berbumbu di lemari makan. Ambillah"

Mata Hyunjae berbinar, berlari kecil ke arah lemari makan untuk mengambil ayam berbumbu. Setelahnya ia benar-benar siap mendengarkan cerita versi Juyeon. Cerita yang asli.

"Sekitar akhir tahun, bulan Oktober kalau tidak salah. Ibu mulai sakit-sakitan. Ibu sering mengeluh jika kepalanya sakit. Ibu sering muntah-muntah, meskipun ia belum memasukkan makanan apapun ke dalam tubuhnya. Ibu juga bilang kalau pengelihatannya mulai kabur. Aku dan Ayah mengira kalau Ibu hanya kena hipertensi. Karena dulu Ibu pernah kena hipertensi..."

GUNS N' ROSES✔Where stories live. Discover now