1.1

2K 381 140
                                    

"Hai, Hyunjae. Maaf agak sedikit terlambat. Ayahku harus mengantar adikku ke sekolah dulu tadi"

"Ah, iya tidak apa-apa. Duduklah, kau ingin pesan apa?"

"Jus stroberi saja"

Hyunjae mengangguk lalu memanggil pelayan untuk memesankan pesanan Sakura. Setelahnya, baru sesi mengobrol dimulai.

"Sakura, kau tunangan Juyeon bukan?"

"Iya, tapi Juyeon tidak pernah menganggapku tunangannya. Dia tidak pernah suka dengan pertunangan kami"

"Begitu, lalu kenapa dia menerimanya?"

"Demi Ibunya. Ibu Juyeon memaksanya untuk bertunangan dengan ku. Aku terima-terima saja, karena memang pada dasarnya aku sudah lama menyukai Juyeon. Tapi Juyeon tidak"

"Ngomong-ngomong soal Ibu. Beberapa hari yang lalu, aku mengikuti Juyeon ke rumah sakit. Aku bertemu temanku, dia bilang Juyeon sering sekali ke rumah sakit untuk menemui Ibu nya. Kau tau apa yang terjadi dengan Ibunya?"

"Ceritanya panjang. Kau benar-benar mau mendengarkannya?"

"Karena hari ini aku libur karena luka-luka di wajahku ini, aku akan mendengarkannya"

"Oh? Aku baru sadar ada luka di wajahmu"

"Ini gara-gara tunanganmu yang brengsek itu"

"Kau berkelahi dengannya?"

"Iya, a- kenapa jadi membicarakan Juyeon? Ayo cepat cerita!"

"Baiklah, baiklah. Jadi sekitar akhir tahun 2016, Ibu Juyeon divonis penyakit kanker otak. Ayah Juyeon berusaha mati-matian mencarikan terapi terbaik, tapi tidak bisa. Ibu Juyeon tetap akan tiada pada akhirnya. Juyeon, sebagai anak hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk ibunya. Waktu itu, Juyeon masih kuliah..."

"Setiap hari, Juyeon dan Ayahnya mengunjungi Ibu di rumah sakit. Setiap hari begitu. Sampai Ayah melihat Ibu sedang dijenguk seorang pria. Lebih tepatnya mantan pacar Ibu. Niatnya hanya menjenguk biasa. Tapi Ayah salah paham, ia mengira Ibu berselingkuh di belakang Ayah. Ayah marah dengan Ibu, hampir saja Ayah menampar Ibu jika Juyeon tidak datang tepat waktu..."

"Sejak hari itu, Ayah tidak pernah menjenguk Ibu. Hanya Juyeon saja yang menjenguk. Di kampus, Juyeon punya banyak teman. Tapi tidak menutup kemungkinan Juyeon juga punya banyak musuh. Saat Juyeon stres karena Ibunya tak kunjung sembuh, musuh Juyeon -sebut saja Moonbin, ia menyarankan Juyeon untuk mengikuti pekerjaannya. Tepat pada tanggal ulang tahunnya, Moonbin mengajaknya ke pinggir kota..."

"Kau tau apa yang mereka lakukan? Mereka membunuh orang. Merampok uang mereka juga. Juyeon bilang, itu hadiah terbaik sepanjang ulang tahunnya. Ditanggal itulah, Juyeon berniat menjadi mafia. Tapi, karena tidak punya rekan, Juyeon menjadi bosan dan meninggalkan kegiatan tersebut...."

"Seminggu setelahnya, Ayah diberitahu oleh dokter jika Ibu tidak bisa sembuh. Rambutnya harus dipotong. Harus dibotak. Ayah tidak setuju, karena katanya 'apa kata orang nanti? Istriku tidak akan cantik lagi' dan disinilah semua terjadi. Ayah mulai mencari istri baru, karena menganggap Ibu benar-benar akan meninggal. Ibu mengetahui jika Ayah berselingkuh. Ayah cuek saja, ia malah memilih selingkuhannya daripada Ibu. Saat Ibu akan potong rambut di salon, ia diantar oleh suster mengunakan mobil...."

"Tapi sialnya, rem mobilnya blong. Mobilnya masuk ke jurang. Ayah yang melakukan semua itu. Ia ingin Ibu cepat meninggal supaya ia bebas menikah dnegan selingkuhannya. Sayangnya Tuhan tidak mengijinkan. Ibu masih hidup tapi dalam keadaan koma. Ayah tidak mau membiayai rawat inap Ibu. Terpaksa Juyeon harus bekerja, karena jika tidak dibayar, pihak rumah sakit tidak akan merawat Ibunya. Dan mafia adalah pekerjaanya hingga saat ini. Itu mengapa ia menjadi mafia keji. Itu semua untuk Ibunya"

GUNS N' ROSES✔Where stories live. Discover now