IND - Chapter Eight - Card Revealed

603 62 11
                                    

Pha menjatuhkan dirinya di atas sofa setelah makan malam dan memejamkan matanya sejenak untuk beristirahat karena kelelahan, sementara Singto menawarkan untuk mencuci piring, tanpa sadar ia pun tertidur.

Setelah selesai mencuci piring, Singto hendak menyuruh Pha agar beristirahat di dalam kamar, namun saat melihat Pha terlelap, ia pun berubah pikiran.

Ia lalu duduk di sofa sambil mengamati pria yang sedang tertidur dengan posisi duduk sambil bersandar, lalu bergerak mendekatinya dengan gugup hingga berhenti di sampingnya.

Perlahan tubuh Pha mulai jatuh ke samping dan Singto mengambil kesempatan itu mengubah posisi Pha hingga berbaring di pangkuannya.

Singto menatap wajah Pha sambil melamun, lalu tanpa sadar membawa tangannya membelai rambut pria itu. Matanya tertuju pada bibir yang menggoda itu dan pikiran bawah sadarnya memerintahkannya untuk menyentuhnya.

Singto membawa tangannya mendekat ke object yang sedang diamatinya, namun ia berhenti dalam jarak beberapa inci dan menarik tangannya kembali. Singto menarik nafas dalam – dalam, berusaha mengatur emosinya.

Ini tidak boleh terjadi, pikirnya.

Singto lalu teringat cerita Vee dan Pin soal penyakit sensual yang dimiliki oleh Pha, pandangannya lalu beralih ke object yang berada di dalam jangkauannya dan ia menelan ludahnya berat. Sebuah pikiran mesum tiba – tiba melintas di benaknya, namun ia segera mengenyahkannya dan kembali menatap wajah Pha yang tertidur pulas, dan tersenyum tanpa sadar.

Tiba – tiba saja, Pha merubah posisinya menghadap samping, meringkuk sambil memeluk pinggang Singto erat, seolah – olah ia seang memeluk guling. Singto bisa merasakan wajah Pha berada tepat di bagian pelvisnya, dan bibir Pha menempel pada bagian paling sensitive tubuhnya. Singto berusaha menahan nafasnsya, mengatur detak jantungnya dan berharap agar tubuhnya tidak bereaksi mengikuti nalurinya.

Singto lalu memundurkan posisi duduknya dan menegakkan tubuhnya, namun Pha memeluknya semakin erat. Singto memejamkan matanya erat berusaha menahan perasaan aneh yang mengalir melewati saraf tubuhnya. Jika ia tidak mengubah posisi Pha, mungkin adik kecilnya akan segera bangun, pikir Singto.

Jadi pertama – tama yang ia lakukan adalah melepaskan tangan Pha yang melingkar padanya, selanjutnya dengan hati – hati mengangkat kepala pria itu untuk memberi sedikit jarak. Setelah selesai, ia pun merebahkan punggungnya ke belakang dan mengatur nafas, tidak lama ia juga menyusul Pha ke alam mimpi.

Keduanya tidur dalam posisi tersebut hingga menjelang pagi.

Saat membuka mata dan bangun, Pha terbelalak kaget saat melihat pemandangan di depan matanya dan menyadari posisinya sedang memeluk pria itu erat. Ia bisa merasakan sudut bibirnya basah dan melihat bercak air liur di celana Singto.

Jantung Pha berdegup kencang, ia lalu melirik wajah Singto sejenak dan mendapati pria itu sedang tertidur pulas. Pha menghembuskan nafas lega, lalu bergerak perlahan untuk bangun dari posisinya agar tidak mengagetkan pria yang tertidur itu.

Setelah bangun, ia mencoba mengumpulkan kesadarannya, mecoba mengingat apa yang terjadi dan bagaimana ia bisa tertidur dalam posisi tadi. Namun ia tidak ada bayangan sama sekali karena kelelahan menyebabkan ia tertidur pulas sepanjang malam.

Pha melirik jejak kejahatannya sejenak, lalu meraih tisu dan membersihkannya dengan hati – hati. Ia tidak percaya bahwa ia sedang menyentuh bagian genital seorang pria saat ini. Ia berhenti sejenak saat Singto mengeluarkan desahan ringan dan melanjutkan lagi setelah ia kembali tenang.

Setelah selesai, ia menarik nafas panjang dan melirik arlojinya yang menunjukkan pukul 4.12 subuh, selanjutnya ia segera melesat masuk ke kamarnya, meninggalkan TKP untuk mengcover alibinya.

IND/ENG - Unacceptable Love - ENDWhere stories live. Discover now