IND - Chapter Twenty One - Wedding Plan

698 61 23
                                    

Pha bangun kesiangan karena kelelahan akibat menyetir seharian, saat membuka mata ia tidak bisa menemukan Singto dan panik seketika. Sejenak kemudian, ia melirik arloji dan menebak Singto sudah pergi bekerja. Pha duduk di kasur dan mengingat Singto bekerja di pabrik untuk membayar hutang membuat dadanya terasa di remas.

Dia mengambil napas dalam-dalam, lalu berjalan keluar, ke ruang tamu dan bertemu ibu Singto. Wanita itu menatapnya dengan ekspresi terkejut dan gugup, lalu tersenyum kaku sambil menawarinya sarapan. Suasana di antara keduanya terasa canggung. Ibu Singto terus mengawasi dan menatapnya dengan tatapan curiga, tetapi Pha berusaha mengabaikannya dan menikmati makanannya.

Setelah makan, Pha tidak lupa menghubungi bagian proyek manager, memintanya mengirimkan tenaga ahli dan beberapa pekerja untuk memperbaiki atap rumah Singto yang bocor.

"Apa aku boleh tau dimana Singto bekerja?" Pha mengajukan pertanyaan, sambil mengunyah roti di mulutnya.

Wanita itu mengangguk dan memberikan alamat pabrik padanya, bertanya. "Sudah berapa lama kalian bersama?"

"Er...satu tahun..." jawab Pha gugup.

"Dia tidak pernah menceritakannya padaku soal ini..." wanita itu menghela nafas. "Mungkin karena ayahnya selalu menyuruhnya mencari teman wanita, kami tidak tau kalau dia..."

"Aku bisa mengerti perasaanmu..." komentar Pha.

"Mana mungkin kau mengerti?"

"Mungkin kau akan sulit menerima pada awalnya, namun jika kau ingin melihat lebih jauh dan menempatkan posisimu di antaranya, kau akan mengerti bahwa...cinta tumbuh seperti pohon tanpa memandang gender."

Ibu Singto tampak terkejut dengan ucapan Pha, mau tau mau mengakui calon menantunya ini sangat pintar bicara.

"Ceritakan bagaimana kalian bertemu..."

Pha tampak ragu – ragu dan berpikir apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya. "Er...Singto bekerja sebagai sekretarisku, dan lima bulan lalu kami berpisah karena ada beberapa kesalah pahaman, tetapi sekarang kami sudah menyelesaikannya dan memutuskan untuk memulai kembali..."

"Apakah kau sungguh mencintainya?"

"Ya, tentu saja..." jawab Pha tanpa berpikir. "Karena itu aku di sini..."

Ibu Singto ragu-ragu sejenak sambil melirik Pha, dan mengingat pemandangan tadi malam. Sekitar jam 2 pagi, dia pergi ke kamar Singto dan membuka pintu dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Ia terkejut saat melihat Pha sedang tidur dengan memeluk putranya seperti guling, dan seluruh pakaian mereka berceceran di lantai.

"Bagaimana Singto bisa mengandung?" tanyanya tiba – tiba, dengan ekspresi keheranan.

Pha hampir tersedak makanan saat mendengar pertanyaan itu dan batuk seketika.

"Itu..." Pha membersihkan tenggorokannya dan menelan ludah, berpikir bagaimana ia harus menjelaskannya. "Haha..." ia tertawa dengan canggung sejenak dan menghembuskan nafas panjang.

"Er...aku mengeluarkan di dalamnya..." jawabnya cepat dan segera menghabiskan sarapan, lalu pamit ke kamar mandi.

------------------------------------------------------------------------

Pha menyetir ke lokasi pabrik pembuatan kain tradisional diaman Singto bekerja dan menyaksikan dari jauh melalui pagar pembatas, para pekerja yang sedang mencuci dan mengeringkan kain yang sudah di warnai di bawah sinar matahari. Mata Pha sibuk bergerak mencari sosok Singto di antaranya, namun ia tidak menemukannya.

Ia lalu melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 10:49, Singto akan istirahat makan satu jam lagi, namun pria itu memberitahunya kalau ia tidak bisa meninggalkan pabrik sebelum jam pulang kerja. Ia berpikir sejenak dan mengirimkan pesan pada pria itu dan menanyakan berapa jumlah pekerja pabrik, sambil memikirkan ide di kepalanya.

IND/ENG - Unacceptable Love - ENDWhere stories live. Discover now