Chapter 2 (Flashback)

1.2K 122 12
                                    

Pada masa itu....

oOo

"Tuhkan! Curang mulu, kesel gue. Udahan ah!" (Namakamu) Idrish, gadis itu berteriak kesal terhadap laki-laki yang saat ini sedang tertawa tanpa hentinya. Ia melempar bantal kecil ke arah laki-laki itu.

"Nggak lucu ya!"

"Iqbaal!"

"Nggak usah ketawa!"

Alih-alih berhenti, laki-laki itu malah semakin tertawa terbahak-bahak. "Masa curang dah, kamu aja kali nggak bisa main. Cacat!" ujar Iqbaal disela-sela tawanya.

(Namakamu) menatapnya tajam. "Lah anjir! Punya gue aja dijalanin sama lo mulu! Sana balik ah! Jangan kesini-sini lagi."

"Dih marah," lalu kembali tertawa. Pada saat itu juga, Iqbaal kembali mendapatkan serangan bantal dari (Namakamu). "Iya-iya! Buset dah, gragas banget dah lu."

"Sana pulang!" suruh perempuan itu, ia masih kesal dengan kekasihnya.

Iqbaal bangkit, lalu dia berjalan ke arah pintu. Tidak tinggal diam, (Namakamu) langsung menyusul laki-laki itu.

"Salah pintu! Pintu keluar di sana!"

"Lah emang siapa yang mau keluar, aku mau tidur, ngantuk. Kalo pulang jauh."

"Depan-depanan kok jauh?!" gerutu (Namakamu) dan sama sekali tidak ditanggapi oleh Iqbaal. Ia tahu kekasihnya itu hanya pura-pura tidur. Dan langsung saja (Namakamu) menutup pintu kamarnya kesal. Laki-laki itu paling bisa membuatnya naik darah. Tapi meski begitu, Iqbaal lah yang menemani hari-harinya selama ini.

(Namakamu) melirik jam yang ada dinding, sudah pukul empat sore. Sembari menunggu Iqbaal bangun, ia akan menyuruh ketiga temannya untuk datang ke apartemennya.

(Namakamu) Idrish: Kesini dong, nitip makanan ya sekalian. Laper gue, nanti uangnya gue ganti

Setelah mengirim pesan tersebut ke ruang obrolan dengan ketiga sahabatnya, (Namakamu) merebahkan dirinya di sofa dan pandangannya hanya fokus ke televisi. Sibuk mencari siaran yang sekiranya bisa membuat bosannya hilang.

Lalu ibu jarinya menekan tombol merah pada remot televisi dan ia berjalan ke arah kamarnya. (Namakamu) segera mengambil laptopnya dan kembali duduk di tempat sebelumnya.
Belum sempat memutar film yang ia inginkan, ponselnya berdenting.

Salshabilla Adriani: Iqbaal kemana emang?

(Namakamu) Idrish: Tidur. Males banguninnya, dia kalo udh tidur kayak orang mati

Steffi Zamora: Nyokap gue masak nih, gue bawain ya. Kasian dah anak rantau

Salshabilla Adriani: Makanya belajar masak -Iqbaal

(Namakamu) Idrish: Ye, nang aje lw, gue bentar lagi jadi chef

Steffi Zamora: Halah ngomong sama tembok sono

(Namakamu) Idrish: Yaudah cepetan ah wkwkwkwkk

Cassandra Lee: (Namakamu), gue otw

Setelah itu (Namakamu) kembali fokus pada laptopnya dan ia tidak menyadari bahwa Iqbaal telah keluar dari kamarnya. Dengan wajah yang masih mengantuk, laki-laki itu mendaratkan bokongnya di sofa yang berbeda tempat dengan gadis itu.

"(Nama..), besok belajar berenang ya," ujar Iqbaal kepada (Namakamu).

"(Nama..)."

Good Enough (Completed)Where stories live. Discover now