Chapter 23

1K 138 7
                                    

Karena sahabat yang akan selalu menemani kita apapun keadaannya.

oOo

"Nadhif mau otw ke Bali."

"Hah? Cepet banget," ujar Steffi menimpali. "Dia daftar sekolah pilot itu kan? Terus SNM dia daftar di mana?"

"Udayana juga. Dia sama kayak gue, sama-sama pengen di Bali. Cuma kan itungannya kalo gue balik, kalo dia ngerantau."

"Ambil apa?" tanya Salsha.

"Apa ya? Lupa deh gue, waktu itu pernah dikasih tau. Beda jurusan kok sama gue," jawab (Namakamu) seraya membawa piring-piring kotor ke westafel. Karena banyak yang bilang sistem SNMPTN jika ada dua orang yang mengambil jurusan itu di Universitas yang sama maka hanya ada satu orang yang dapat menempati posisi tersebut.

"Kata kakak sepupu gue, nggak ngaruh tau mau sama atau beda jurusannya. Waktu itu di sekolahnya dia tuh ada yang milih akuntansi UI dua orang, eh dua-duanya dapet kok," jelas Cassie. "Sumpah gue jadi nggak tau gimana strateginya buat dapetin itu. Tapi SNM udah nggak penting sih gue udah pasti nolak juga kalo keterima, ya semoga aja nggak keterima biar bisa buat yang membutuhkan."

"Btw itu cowok pada ke mana ya? Nanti pas keluar bawa-bawa koper eh ada mereka lagi." (Namakamu) mengeringkan tangannya setelah mencuci piringnya.

Cassie meletakan piring-piring tersebut di rak seraya sesekali menoleh ke arah teman-temannya yang ada di meja makan. "Ah iya, harusnya gue jangan mutusin Babas dulu ya?"

"Nggak papa, ada Kiki sama Aldi kan? Mereka pro sama kita kok," ujar Steffi tertawa.

"Pesawat lo jam tujuh ya?" tanya Cassie dengan kepala yang ia tolehkan kepada (Namakamu).

"Setengah tujuh."

"Yaudah nanti berangkatnya tengah malem aja, jam dua belas atau jam satuan lah. Daripada nanti mepet-mepet terus kepergok kan ribet. Lagian pas jam segitu kalo ada mereka paling juga udah tidur atau nggak lagi mabok."

"Iya, nanti gitu aja. Ngapain dulu kek yang penting keluar dulu dari sini," timpal Steffi.

"Eh nanti mobil gue siapa yang mau bawa balik?" tanya (Namakamu). "Gue sekalian mau nitip di rumah kalian."

"Nanti gue bawa deh, mumpung gue masih di Jakarta, kan kalo keterima STIN gue di Bogor," timpal Salsha yang saat ini meraih kripik dari kemasan.

"Gue juga di Jakarta Sal, dua tahun sih, kalo keterima itu juga," balas Steffi kepada Salsha dan merebut kemasan yang sedang ia pegang. Lalu meraih ponselnya.

"Eh ini mereka masih di apart. Bastian lagi ngamuk. Kenapa sih demen banget ngamuk? Yang salah siapa, dia yang ngamuk juga. Heran gue." Steffi mendengus sebal. "Btw, masukin barang-barangnya sekarang aja. Tapi diangkat, jangan digeret biar nggak berisik," tambah Steffi lalu bangkit dari duduknya.

"Lo nanya Kiki?"

"Iya. Gue bilang kita mau jalan, nanti kalo mereka keluar ribet, makanya gue suruh tahan jangan sampe keluar."

(Namakamu) menarik kopernya keluar, kali ini ia hanya membawa satu koper ukuran sedang saja, mungkin untuk barang-barang yang lain akan menyusul. Sementara Salsha membawa tas tenteng ukuran sedang yang berisi barang-barang milik (Namakamu) juga. Cassie membuka pintu apartemen dan berjalan ke arah pintu apartemen Iqbaal. Dari lubang kecil yang memang ada di pintu, ia tidak melihat siapapun, dan langsung saja Cassie segera menyuruh Steffi untuk memencet tombol lift. Ketika lift terbuka, mereka berempat langsung memasuki lift menuju basement.

oOo

"Lo berdua tuh ya, kalo nggak mau digituin nggak usah ngulah! Kalo udah begini aja ngamuk-ngamuk nggak jelas." Kiki kesal melihat dua temannya di hadapannya yang sedaritadi marah-marah.

Good Enough (Completed)Where stories live. Discover now