Chapter 22

1K 148 14
                                    

Selesaikan semuanya dengan perlahan

oOo

Ujian Nasional hampir selesai. Dan selama itu pula, (Namakamu) berusaha untuk menghindar dari Iqbaal untuk kesekian kalinya. Pernah waktu itu (Namakamu) menghindari Iqbaal untuk pertama kali dan beberapa hari kemudian, Iqbaal menemukannya di depan toilet. Dan laki-laki itu ingin mengajaknya berbicara, tetapi setelah ditunggu, laki-laki itu malah sibuk bersama dengan Zidny.

(Namakamu) dan matanya terus membaca soal-soal ekonomi yang ia pilih sebagai mata pilihan. Seketika perempuan itu mendesah kesal. "Susah anjir. Mana panas banget lagi nih ruangan, AC segala mati."

Memang di ruangan ujiannya kali ini AC nya mati. Sudah disediakan lima kipas yang membantu memberikan udara ke ruangan itu. Kebetulan (Namakamu) mendapat sesi kedua dalam ujian hari keempatnya. Sekitar pukul setengah sebelas sampai setengah satu siang. Sudah terbayang panasnya seperti apa.

"Sabar-sabar, sini gue kipasin," ujar Dianty yang memang duduk di sebelah (Namakamu). Jangan harap (Namakamu) bisa menyontek, satu baris yang berisi ia dan tiga lainnya memilih sosiologi kecuali diirinya.

Dianty dengan setia mengipasi (Namakamu) yang sedang berkutat pada soal-soal ujiannya. "Lo udah?"

Dianty mengangguk. "Udah."

Waktu menunjukan setengah jam lagi. Guru ekonomi yang mengajar kelas duabelas pun menunggu di luar dengan was-was. Menurut anak-anak yang memilih ekonomi pada sesi pertama, soalnya lumayan susah. Bahkan ada yang bilang bahwa ada soal yang tidak ada jawabannya.

"Nggak bisa nih gue begini! Nggak bisa!" ujar salah satu teman laki-laki sekelasnya yang kebetulan satu-satunya laki-laki yang memilih ekonomi.

"Kaget goblok!" ujar laki-laki di sebelahnya.

Pintu ruangan ini memang dibuka, jadi guru-guru bisa melihat dari jauh kegiatan yang ada di ruangan ini. Waktu tinggal dua puluh menit lagi. Anak-anak perempuan yang memilih ekonomi sudah menjerit histeris.

"Ada yang belum selesai?" ujar pengawas ruangan.

"Ekonomi belum semua, Bu."

"Susah anjay!"

"Geografi udah semua?"

"Udah."

"Sosiologi?"

"Udah, Bu. Paling awal malah."

"Yang ekonomi tolong teliti dalam membaca soalnya." Anggun, guru pengawas dari sekolah lain menasihati.

oOo

"SUSAH ANJIR! GUE BETE BANGET!"

Ketiganya tertawa. Mereka berbeda dalam memilih mata pilihannya. Salsha dan Steffi sosiologi. Cassie geografi. Dan (Namakamu) ekonomi.

"Ekonomi katanya emang susah tau. Tadi di ruangan gue pada jerit-jerit."

"Tapi geo juga ada yang nggak jelas tadi. Gila ya padahal UN loh ini."

"Yaudah, lupain. Udah pasti lulus kan? Sekarang cepetan pulang. Kita packing!"

"Eh foto dulu sih." Cassie menahan Salsha yang sudah ingin beranjak.

"Yaudah, di lapangan aja ya."

Setelah itu keempatnya beranjak ke lapangan dan mengambil foto sebentar. Setelah mendapat yang bagus mereka langsung bergegas pulang ke apartemen (Namakamu). Tidak seperti biasanya, ketika sudah sampai apartemen mereka harus cepat-cepat karena takut Iqbaal memergokinya. Kali ini mereka berjalan santai sambil tertawa karena Cassie diberitahu oleh Bastian bahwa Iqbaal sedang ada di tempat nongkrong sekolahnya. Tanpa merasa lelah, mereka langsung saja membantu (Namakamu) untuk packing.

Good Enough (Completed)Where stories live. Discover now