Chapter 4

1K 126 20
                                    


Aku akan membiarkan dia pergi, asalkan dia bahagia.

oOo

Aldi, Bastian, dan Kiki bingung dengan apa yang mereka lihat saat ini. Mereka berulang kali memastikan benar atau tidaknya kejadian yang ada di hadapannya. Apakah mereka tidak salah lihat? Iqbaal dan Zidny?

"IQBAAL BALIKAN??" teriak Bastian sehingga suaranya terdengar di seluruh penjuru kelas.

"Bacot," ujar Iqbaal kesal.

Kiki menarik tangan Bastian untuk duduk di sebelahnya dan tenang. Pasalnya sedaritadi Bastian begitu anarkis ketika memasuki kelas dan langsung melihat Iqbaal bersama Zidny.

Teman sekelas mereka pun bingung dengan apa yang sedang terjadi. Di sana, Iqbaal sedang duduk berdua dengan Zidny. Tidak hanya itu, Zidny sedang menyuapi Iqbaal menu makanan yang telah dibuat oleh (Namakamu).

Iqbaal terdiam di tempatnya, dan sesekali melihat ke arah ponselnya. Kekasihnya itu tidak membalas bahkan membaca pesannya satupun.

Iqbaal: Sayang

Iqbaal: Kamu dmn?

Iqbaal: Tiba2 Zidny nyuapin aku, kamu jangan marah ya. Aku nggak tau apa2 sumpah

Iqbaal: Tadi dia udah aku tolak padahal. Aku nungguin kamu, mau sarapan bareng, tapi yg dtg malah dia

Iqbaal: Kamu dmn?

Iqbaal: P

Iqbaal: P

Iqbaal: P

Iqbaal: P

Iqbaal: P

Iqbaal: (Namakamu), kamu blm makan

Iqbaal: (Namakamu)

Iqbaal menghembuskan napasnya kasar. Entah ia harus senang atau apa ketika Zidny yang menyuapinya. Namun, sejujurnya Iqbaal merasa tidak nyaman. Dan terlebih lagi, kekasihnya itu entah di mana.

"Baal, ini makan lagi. Tanggung," ujar perempuan berambut sebahu itu.

"Udah, Zid. Gue kenyang," tolak Iqbaal.

Lalu Zidny menutup tempat bekal yang sebenarnya adalah milik (Namakamu) dan menaruh kembali di tasnya. Perempuan keturunan Belanda itu berdiri dari duduknya dan sedikit menyibakkan rambutnya ke belakang. "Yaudah, gue ke toilet dulu ya."

Iqbaal hanya diam tidak menghiraukan Zidny yang saat ini sudah berjalan keluar kelas. Pikirannya hanya tertuju kepada gadis yang sedaritadi menghilang entah ke mana.

Sebelumnya, Iqbaal sudah ke kelas gadis itu. Namun, yang dicari tidak ada di tempat. Iqbaal melirik jam tangannya dan menghembuskan napas untuk kesekian kalinya. Sudah hampir jam setengah tujuh dan sebentar lagi bel masuk berbunyi.

Dan ia membuka ponselnya untuk menghubungi (Namakamu) via telepon. Beberapa kali ia mencoba hasilnya tetap sama. Tidak diangkat. Lalu ia meletakan ponselnya. Namun baru saja meletakan ponsel tersebut di meja, ponselnya kembali berbunyi. Iqbaal melihatnya.

(Namakamu) Idrish: As you wished

"Shit!" Iqbaal berdiri dari duduknya, dan langsung berjalan keluar kelas. Ia tidak peduli lagi jika bel sebentar lagi berbunyi. Ia hanya ingin satu, bertemu dengan gadisnya.

oOo

Di sisi lain, (Namakamu) merebahkan tubuhnya di atas karpet. Ia menyumpal telinganya dengan earphone yang sengaja ia bawa. Jarinya terus menggulir layar ponselnya.

Good Enough (Completed)Where stories live. Discover now