Chapter 17

965 128 12
                                    

Apakah ini waktunya?

oOo

(Namakamu) sedang menata rambutnya di depan cermin. Ia menatap dirinya yang terbalut seragam sekolah. "Kok gue deg-degan? Padahal cuma dijemput Nadhif doang astaga."

Ponselnya berdering lalu tangan gadis itu meraihnya. "Halo?"

'Gue udah di bawah nih. Gedung apa? Lantai berapa?' tanya suara di sebrang sana.

"Lo naro KTP di pos satpam ya?"

'Iya.'

"Mobil lo di mana?"

'Ini gue di lobby.'

"Oke tunggu dulu, gue ke bawah ya. Gedung ebony, Dhif. Nggak jauh dari gerbang."

(Namakamu) dengan cepat mengambil tasnya dan dua tempat bekal, ia keluar dari apartmentnya dengan tergesa-gesa. Setelah menutup pintu, gadis itu terkejut. "Astaga. Ngagetin!"

"Lah aku cuma diem aja padahal." Iqbaal menatap (Namakamu) dengan heran. "Ngapain buru-buru? Kan baru jam enam kurang?"

"Mau berangkat lah."

(Namakamu) berjalan menuju lift. Tetapi Iqbaal menahan tangannya yang membawa bekal. Laki-laki itu tidak menyadari bahwa bekal yang digenggamannya berjumlah dua.

"Kenapa pagi banget?"

(Namakamu) menekan tombol lift. "Aku belum ngerjain tugas."

"Tumben."

Pintu lift terbuka. "Ngantuk kemaren. Aku berangkat."

Setelah itu pintu lift tertutup dan membawa (Namakamu) turun untuk menemui Nadhif. Sekeluarnya ia dari lift, matanya langsung bisa melihat Nadhif yang menunggu di sofa yang memang disediakan ruang tunggu lobby apartemen ini. Gadis ini sedikit tersenyum dan melangkahkan kakinya mendekat ke arah laki-laki yang kini sedang menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi seraya memainkan ponselnya.

"Lama ya gue?" ujar (Namakamu) yang hanya berdiri di hadapan Nadhif.

Nadhif mendongak. "Nggak juga. Mau berangkat sekarang?"

"Yuk," ujar (Namakamu).

Lalu mereka berjalan beriringan untuk keluar dari lobby ini. Hanya suara dari sepatu mereka yang mengiringi selama berjalan.

"Udah sarapan?" tanya (Namakamu) sedikit mendongak ke arah Nadhif yang lebih tinggi darinya.

"Belum, kenapa? Lo mau nyari sarapan dulu?" Nadhif melihat ke arah perempuan itu.

Laki-laki itu membukakan pintu untuk (Namakamu) dan menutupnya kembali ketika dirasa (Namakamu) sudah masuk dengan sempurna. Perempuan itu memberikan satu tas bekal yang ia bawa ke hadapan Nadhif disaat laki-laki itu sudah masuk ke mobil. "Buat lo."

Nadhif menatap tempat bekal itu seraya tersenyum. "Thanks."

"Suka ikan tuna kan? Itu sandwich tuna soalnya," ujar (Namakamu) khawatir.

"Suka kok. Bikin sendiri?" tajya Nadhif lalu meletakan kotak bekalnya di dashboard. Laki-laki itu mengarahkan kendali lalu keluar dari pelataran apartemen.

"Menurut lo siapa lagi?" tanya (Namakamu). "Gue makan ya. Lo mau makan nggak?"

"Susah lagi nyetir. Suapin dong," pinta Nadhif yang sebenarnya hanya bercanda. Namun, perempuan di sampingnya itu menanggapi dengan baik.

(Namakamu) menghabiskan satu sandwich nya terlebih dahulu. Lalu ia mengambil kotak makan Nadhif di dashboard. "Nih," ujarnya seraya menyuapkan.

Nadhif tertawa. "Baik banget," ujar laki-laki itu sembari menerima suapan dari (Namakamu).

Good Enough (Completed)Where stories live. Discover now