Chapter 9

1K 134 30
                                    

I'll let you go..

oOo

Laki-laki itu menarik tangan kekasihnya dengan kasar. Ia membawa (Namakamu) menuju kamarnya. Di sana Iqbaal mengunci pintu kamarnya. (Namakamu) menghela napasnya lelah.

Steffi berteriak sejak tadi. Ia kesal kepada Iqbaal yang tidak pernah menghargai (Namakamu) barang sedikitpun.

"I won't, i won't let you go. Tadi Zidny tiba-tiba dateng, sayang. Dia bilang mau ngasih titipan dari Rafto. Terus aku nggak tau, tiba-tiba dia nyium aku. Sumpah."

(Namakamu) tidak menjawab. Ia duduk di atas ranjang Iqbaal. Berulang kali pula ia menghapus air matanya yang terus menerus jatuh.

Sedih ketika melihat leher Iqbaal penuh bercak merah yang diberikan oleh Zidny. "Nggak papa Iqbaal. I tried to let you go. Tapi aku nggak ngerti kenapa kamu nolak terus. Aku tau kamu masih sayang sama dia, makanya aku mau ngelepas kamu."

"Nggak sayang, kamu salah," ujar Iqbaal lalu berjongkok di hadapan (Namakamu). Ia memegang erat kedua tangan (Namakamu) yang berada di paha gadis itu.

"Iya aku salah. Aku salah udah nahan orang yang nggak pernah bahagia sama aku. Seharusnya waktu itu aku tetep ngelepas kamu supaya kamu bebas."

"Kamu nggak salah. Aku yang salah (Namakamu)."

"Baal, aku mau jujur."

"Apa sayang?" Iqbaal menatap (Namakamu) penuh harap.

"Aku tau kamu sering main sama Zidny. Maaf aku lancang buka galeri foto kamu. Dan maaf aku seolah-olah nggak tau. Sekarang aku sadar, kamu udah ngerasa nggak nyaman sama aku. Makanya aku mau ngelepas kamu. Aku bakal relain kamu buat dia."

"Sayang."

"Aku juga tau, Baal, kamu masih sering jalan sama dia. Kamu suka jadiin Aldi, Bastian, Kiki, atau temen-temen SMP kamu sebagai alesan kamu buat keluar. Padahal aku udah kasih lampu ijo buat kamu sama dia, tapi kayaknya kamu buta warna ya?" (Namakamu) terkekeh pedih. "Kenapa aku ngerelain kamu pergi? Karna aku nggak mau akhirnya bakal kayak gini. Kamu ngerti kan maksud aku?"

Iqbaal terdiam. Tangan laki-laki itu semakin erat menggenggam tangan (Namakamu). Seolah jika ia mengendurkannya sedikit, maka (Namakamu) akan pergi dari sisinya.

"If you want the best, so sorry that's clearly not me." (Namakamu) melepaskan genggaman tangan Iqbaal. "People come and go. Now, its your time," selanjutnya (Namakamu) mencium kening Iqbaal dan menepuk bahunya sebanyak dua kali. Kemudian ia berdiri dan keluar dari kamar Iqbaal.

Ketika (Namakamu) berjalan ke arah ruang tamu yang memang terdapat pintu keluar, perempuan itu mendapatkan keributan dari teman-temannya.

"Lo semua ngapain aja emang sampe nggak tau Iqbaal bawa Zidny ke sini? Hah?!" ujar Salsha kesal, karena menurutnya empat orang laki-laki ini tidak berguna sama sekali.

Cassie yang sedari tadi menahan amarahnya pun meledak juga. "Dibayar berapa kalian bertiga sama Iqbaal buat pura-pura nggak tau kayak gini?! Terus lo Zid, dibayar berapa buat jadi simpenannya Iqbaal?"

"GUE BUKAN SIMPENAN IQBAAL!" bantah Zidny dengan berteriak.

"Lah kok marah?" ujar Steffi seraya tertawa terbahak-bahak. "Susah emang buat sadar diri."

Cassie mendekat ke arah Zidny, tangan perempuan itu menarik rambut Zidny dengan kasar. Bastian yang melihat kekasihnya berlaku kasar pun melerainya. Namun, sayangnya laki-laki itu mendapat tepisan dari Cassie. "Lo diem! Gue nggak segan-segan ngabisin ini cewek kalo salah satu dari lo bertiga nolongin dia!"

"Cass udah, dia cewek." Bastian masih berusaha menenangkan kekasihnya.

"LO PIKIR GUE BUKAN CEWEK?!! HAH?! LO PIKIR (NAMAKAMU) JUGA BUKAN CEWEK?! KALO DIA EMANG CEWEK, SEHARUSNYA DIA BISA NGERTIIN PERASAAN (NAMAKAMU)! NGERTI LO?!"

(Namakamu) berlari ke arah suara itu. Ia tidak ingin karena membelanya Cassie harus melepas apa yang menjadi miliknya. Gadis itu tahu betul bagaimana sahabatnya mencintai Bastian.

Bastian mengusap wajahnya kasar. Ia menarik Cassie dengan kuat. "KENAPA LO BERUBAH KASAR KAYAK GINI HAH?! EFEK TEMENAN SAMA (NAMAKAMU) LO KAYAK GINI?!"

Tidak terima bahwa Bastian menjelek-jelekan sahabatnya, Cassie menampar Bastian. "Gue nggak pernah minta lo bawa-bawa temen gue apalagi ngejelek-jelekin dia! Lo nggak tau kan seberapa dia ngasih gue pengertian supaya nggak mutusin lo karena lo yang playboy? Gue nggak bakal mau ketemu sama lo lagi. Kita putus. Pake tuh Zidny bareng-bareng."

"Cassie," panggil (Namakamu).

Cassie menolehkan kepalanya lalu tersenyum. "Pergi aja yuk? Capek kan lo ngurusin hal-hal yang sebenernya nggak penting kayak gini?" gadis itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah Steffi dan Salsha. "Ayo."

Begitu mereka berempat keluar. Iqbaal berlari menuju mereka. "Mana (Namakamu)?"

"Baal, lo kenapa sih?" tanya Kiki yang sejak tadi hanya diam dan memijit pelipisnya.

"Mana (Namakamu), Bang?" tanya Iqbaal lagi.

"Lo kenapa bisa kelepasan gitu? Gue bingung kenapa lo nggak berubah. (Namakamu) pernah cerita ke gue kalo lo udah berubah, lo nggak pernah ngebahas tentang Zidny. Dia itu udah gue anggep adek gue Baal. Kenapa lo nyakitin dia lagi?" Kiki menekan kata 'lagi' ketika mengucapkan kalimat rentetan itu.

"Lo seneng, Zid? Lo seneng liat gue sama mereka yang dulu baik-baik aja sekarang malah berantem nggak jelas? Cuma gara-gara lo, kita jadi kayak gini. Lo bisa pergi dari hidup kita nggak?" ujar Aldi seraya menatap Zidny yang sedari tadi hanya menunjukan wajah datarnya.

"AL!" bentak Iqbaal.

"Apa anjing? Lo mau ngebelain dia? Iya?! Lo nyakitin (Namakamu) mulu tolol, sadar nggak sih lo? Hah? Gue baru seumur hidup punya temen yang bener-bener bego kayak elo." Aldi sangat marah kali ini.

"Lo pergi sekarang bangsat! Ngapain masih di sini?!" Bastian meledakan emosi yang sedari tadi ditahannya. Karena Zidny, Bastian kehilangan kendalinya sehingga ia membawa-bawa (Namakamu) sebagai penyebab perubahan sikap Cassie.

Padahal Bastian tahu, sebagaimana lembutnya seorang (Namakamu), bahkan sekalipun Iqbaal sering menyakitinya, perempuan itu masih bisa tersenyum dan memaafkan Iqbaal berkali-kali. Dan Bastian yakin bahwa (Namakamu) mendengar ucapannya tadi. Ia menyesal.

Zidny beranjak pergi ketika Bastian membentaknya. Iqbaal melangkahkan kakinya ke arah apartement milik gadisnya itu.

"Mau ke mana lo anjing? Nganterin Zidny?" tanya Kiki yang melihat Iqbaal keluar dari apartmentnya.

Iqbaal tidak mempedulikan ucapan Kiki, ia melangkahkan kakinya ke depan pintu apartement kekasihnya itu, ia membuka passwordnya, seketika pintu terbuka. Tapi di dalam sana sangat hening. Iqbaal membuka satu persatu pintu yang ada di apartement gadisnya. Namun, hasilnya nihil. Ia tidak menemukan siapapun di sini.

Iqbaal mengeluarkan ponselnya. Lalu mencoba menghubungi gadis itu. Tidak aktif. Iqbaal bisa gila jika seperti ini terus.

Dengan wajah menahan marah, ia kembali ke apartementnya. Lalu hanya menemukan Kiki di dalamnya.

"Baal, gue masih nggak ngerti sama jalan pikiran lo. Dia udah ngelepasin lo, tapi kenapa lo nahan dia kalo akhirnya bakal lebih sakit dari sebelumnya?"

"Gue nggak bakal ngelepasin orang yang gue sayang, Bang."

"Termasuk Zidny?" tanya Kiki yang membuat Iqbaal terdiam.

-To be continue-

Guys cuma mau ngucapin, makasih banyaakk buat kalian yang udah baca, vote, komen cerita gue yg ini. Happy 1K viewers! I love you guys!

Double up, semoga seneng ya!:p Happy reading everyone.

-Nana.

Good Enough (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang