Chapter 7

1K 114 11
                                    

Apakah kebahagiaan ini akan terus berlanjut?

oOo

"Apaansi anjing, brisik lo bertiga." Iqbaal membalikan badannya dan menatap tajam kearah suara yang tadi meneriakinya.

"Marah si tolol," ujar Kiki tertawa terbahak-bahak.

(Namakamu), Bastian, maupun Aldi menertawakan Iqbaal yang memang sudah memasang wajah cemberutnya. Ketiga sahabatnya itu paham betul bahwa Iqbaal membutuhkan waktu untuk berdua dengan kekasihnya, karena kejadian tadi siang.

Aldi mendekat ke arah (Namakamu), dan Iqbaal tahu akan hal itu, maka dari itu ia langsung mendorong Aldi menjauh dari kekasihnya. "Ngapain deket-deket? Mau ribut sama gua?"

Bukannya menjawab, Aldi justru tertawa. Ia puas melihat wajah kesal sahabatnya yang tadi siang sempat memukulnya. Laki-laki itu berharap, semoga kebodohan Iqbaal tidak terulang lagi.

"Gue cuma mau nanya ke (Namakamu), kok dia nggak angkat telpon gue?"

"Tidur," bukan (Namakamu) yang menjawab, namun Iqbaal.

"Lo nggak dimacem-macemin sama dia kan, (Namakamu)?" tanya Aldi seraya menunjuk Iqbaal.

(Namakamu) hanya menggeleng dan tersenyum geli. Ia mengetahui alasan Aldi bertanya seperti itu. Ya, hanya untuk memancing Iqbaal.

"Udah awas ah, ganggu aja lu semua," ujar Iqbaal lalu menyuruh (Namakamu) untuk segera memilih apa yang akan dibeli. "Lagian ngapain bisa di sini si?"

oOo

"Kamu lebay banget sih goreng ayam aja kayak gitu," gadis itu mendengus ketika melihat kekasihnya yang sedang menggoreng ayam dengan tangan lainnya memegang tutup panci untuk dijadikan tameng.

"Kamu lebay banget sih goreng ayam aja kayak gitu," gadis itu mendengus ketika melihat kekasihnya yang sedang menggoreng ayam dengan tangan lainnya memegang tutup panci untuk dijadikan tameng

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gue nggak mau ribut sama ayam mati," ujar Iqbaal pelan.

"Ya ayam mati juga nggak bisa diajak berantem ya!" kesal (Namakamu), ia jengah melihat kekasihnya yang terlalu berlebihan.

"Minyaknya nyiprat ini, (Namakamu)!" ucap Iqbaal seraya menjauh dari kompor.

(Namakamu) meletakan tangannya di pinggang. "Kamu jangan jauh-jauh, itu minyak di spatulanya nanti jatoh ke lantai ih, licin! Nanti pokoknya kamu yang pel kalo lantainya sampe licin!"

"Iya!"

"Kok nge gas sih?!" sewot (Namakamu).

"Enggak sayang, nanti dulu ya. Aku lagi tempur, oke?" seraya mematikam kompornya.

"Iqbaal, goreng ayamnya sampe kekuningan," perintah (Namakamu).

"Jauh amat goreng ayam sampe ke kuningan?"

"Warnanya, Iqbaal!"

"Iya sayang, aku bercanda. Aku tau kok."

"Kalo tau kenapa kompornya dimatiin?!" (Namakamu) menghampiri Iqbaal yang duduk di kursi meja makan.

Good Enough (Completed)Where stories live. Discover now