15. The Belladona's Truth

864 122 13
                                    

A highly poisonous plant with purple bell flowers and small black berries

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

A highly poisonous plant with purple bell flowers and small black berries. A symbol of deception, danger, and bitter truth.





Kota yang Jaemin tinggali ini hanyalah sebuah kota kecil. Tempat yang membuat kita saling mengenal satu sama lain. Sebuah daerah yang memungkinkan kita untuk tahu setiap apa yang tetangga sekitar lakukan. 

Meski tidak melihat, para ibu-ibu penggosip yang sering menjadi tempat Jaemin menghabiskan harinya sudah pasti akan bercerita.

Termasuk cerita-cerita yang tidak ingin Jaemin dengar. 

Tidak, cerita yang lebih baik tidak Jaemin dengar. Tentang Jeno yang tengah dekat dengan gadis yang tak lain adalah sahabatnya sendiri——Miu.

"Siapa nama gadis itu? Mi...Miru?"

"Miu," elak seorang ibu lainnya.

"Ah, iya. Miu maksudku." Seseorang yang Jaemin panggil Bibi itu pun menepuk-nepuk pundak wanita paruh baya disebelahnya. 

"Sudah wajahnya cantik, sifatnya pun baik. Setiap kali berbicara padaku, nadanya sangat lembut. Sangat menantu idaman! Kalau Wooseok belum menikah sudah pasti akan aku jodohkan dengan gadis itu," puji bibi itu.

"Benar sekali! Jeno eommoni sedang dapat jackpot rupanya! Suruh Jeno cepat nikahi gadis itu. Nanti kalau tiba-tiba diambil yang lain sayang sekali, loh," ucap bibi lainnya pada ibu dari Jeno yang kebetulan juga sedang ikut berkumpul.

"Eh, biar Jeno saja yang menentukan kalau itu. Aku tidak mau memaksanya," balas ibu dari Jeno. 

Dari nadanya, wanita itu terdengar merasa sungkan dan tidak enak karena sesuatu. Tapi karena ibu-ibu lainnya terus membahasnya, sepertinya ibu dari Jeno itu tak bisa menghindar.

"Eh, Jeno kan sudah cukup umur untuk menikah. Gadis seperti itu sudah sulit ditemukan di zaman sekarang. Bisa-bisa kalau Jeno lengah, ia diambil yang lain," protes ibu-ibu lainnya.

"Iya, ibunya pun sama baiknya, Jeno eommoni. Meski Bahasa Koreanya agak kurang, tapi sering membawakan kami makanan. Dapat dimana lagi menantu yang baik sekaligus besan yang tidak kalah baik juga."

"Baiklah, baiklah. Nanti akan aku bicarakan dengan Jeno."

Sejak topik mengenai Jeno diangkat, Jaemin sama sekali tak bicara. Ia tak tahu harus menanggapi apa. Jaemin mengakui kalau sahabatnya itu sangatlah baik, ia pun merasa bersyukur memiliki teman sepertinya. 

Hanya saja, ada sesuatu yang mengganjal pada hatinya.

"Jaeminie, kenapa tidak bicara sedari tadi? Apa sedang tidak enak badan?" tanya salah satu bibi yang menggunakan baju merah persis di hadapannya.

Jaemin mengangguk, "Y-ya, aku agak kurang sehat hari ini." Sepertinya hanya itulah alasan yang bisa Jaemin buat untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut dari para tetangganya ini. Jaemin tidak ingin merusak momen bahagia ini.

"Aigoo, kenapa pula kami meminta bantuanmu untuk memasak?! Mari ahjumma antarkan pulang. Harusnya kau bilang lebih awal," ucap bibi disebelahnya.

Jaemin meletakkan pisau yang tadi ia gunakan untuk memotong wortel dari genggamannya. Ia berdiri dan bersia untuk pulang. "Tidak apa-apa, aku pulang sendiri saja. Permisi."

Jaemin tersenyum lalu pergi dari tempat itu. Mungkin memang seharusnya ia tidak ikut perkumpulan hari ini. Perkataan bibi-bibi itu hanya membuat perasaannya makin tidak menentu. Sepertinya Jaemin butuh tidur siang untuk meringankan pikirannya.

Sementara itu, tanpa Jaemin sadari sebuah tatapan sendu mengikuti kepergiannya. Tatapan yang memiliki pancaran mirip dengan seseorang yang sedang membuat perasaanya poran-poranda.

Ibu Jeno itu hanya menatap sedih kepergian Jaemin. Ia tahu betul kalau percakapan tetangganya ini menyakiti Jaemin, tapi ia tak bisa melakukan apa-apa.

Karena bahkan keduanya tak mau mempublikasikannya. Bukannya tak mau, tapi tak mau menanggung malu dan cibiran masyarakat. Biarkan hubungan terlarang yang pernah terjalin antar anaknya dan Jaemin tetaplah sebuah rahasia.

***

"Iya, Jeno dan Jaemin itu saling bertetangga ternyata. Aku tidak menyangka kalau dua orang terdekatku itu ternyata tinggal saling berhadapan," ungkap Miu.

Toko mereka baru tutup sejam lalu dan stok bunga yang mereka pesan dua hari lalu baru datang. Sekarang Miu dan ibunya tengah memilah dan menyusun bunga-bunga berbeda jenis itu. Karena ibunya terus menerus bertanya mengenai Jeno, entah bagaimana mereka sampai pada pembahasan mengenai hubungan Jaemin dan Jeno yang agak aneh.

"Tapi mengapa mereka waktu itu terlihat bermusuhan, ya? Apa ibu salah lihat?"

Miu yang tengah memindahkan mawar merah itu menoleh pada ibunya. "Bermusuhan? Kapan ibu melihatnya?"

"Kau lupa? Waktu kau mengundang Jeno ke rumah pertama kali! Saat itu kan Jaemin berniat menginap, tapi malah tidak jadi," jawab ibunya dengan ekspresi keheranan.

Gadis itu berhenti dari kegiatannya. Ia memiringkan kepalanya, bingung akan pernyataan dari ibunya yang sejujurnya tampak benar. "Iya juga, ya. Padahal saat itu kekasihnya sedang tidak di rumah. Aneh sekali kalau Jaemin malah tidak mau menginap," tambah Miu.

Ibunya itu pun langsung bangun dari duduknya lalu berdiri sembari menatap serius pada anaknya. "Miu, tidakkah kau juga berpikir kalau mereka punya hubungan di masa lalu?" tebak ibunya.

"Eh, jangan berpikir aneh-aneh, bu. Kalau tidak bagaimana? Lagi pula meskipun Jeno lahir di sini, ia pergi ke Seoul tiga tahun lalu," sanggah Miu.

Itulah yang Miu katakan. Itu memang yang Miu ucapkan dari mulutnya, tapi entah kenapa justru apa yang ia pikirkan dan ia rasakan berbading terbalik dengan perkataannya.

"Benarkah? Baiklah, kalau begitu. Ibu naik dulu."

Ibunya itu pun meletakan celemek putih berlambang toko bunga mereka pada gantungan lalu menaiki tangga menuju rumah tinggal mereka. Miu yang ditinggal sendirian itu mulai berpikir akan kemungkinan berbahaya antar sahabatnya dan kekasihnya itu.

"Jeno memang benar pergi ke Seoul tiga tahun lalu, tapi Jaemin juga menikah tiga tahun lalu." Miu berjalan lalu duduk pada salah satu kursi dalam tokonya. Pandangannya menerawang, berusaha mengingat-ingat apa yang kedua orang itu ceritakan padanya.

"Jeno bilang kalauia pergi ke Seoul karena kekasihnya ternyata sudah punya kekasih lain dan akan menikah dengannya. Itu yang menyebabkan kekecewaan dalam dirinya," gumam Miu pelan.

"Hubungan Jaemin dan Jeno terlihat tidak baik. Bahkan saat waktu itu aku menginap, mereka sama sekali tak bertukar sapa padahal mereka bertetangga dekat," lanjutnya.

Tiba-tiba, Miu teringat sesuatu dari hal yang Jaemin katakan tempo hari mengenai mantan suaminya itu. "Mantan suami Jaemin berselingkuh, kan? Bahkan katanya sebelum mereka menikah dan itu pun alasan terbesar kenapa mereka berdua bisa bercerai."

Matanya terbelalak, nafasnya pun mulai berpacu lebih cepat. Si Gadis Berdarah Jepang itu perlahan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi di belakangnya. Berusaha rileks begitu sebuah kesimpulan berbahaya melintas di pikirannya.

"Apa jangan-jangan....?"


TBC

Teman-teman, jadi karena adikku UAS sampe selasa depan, laptop aku dipinjem otomatis aku tak bisa nulis.

Tapi justru sekarang laptopku malah error, sebetulnya aku tahu cara betulinnya cuma keyboardku ada yang rusak dan ngebetulinnya harus mencet bagian itu.

Stokku tinggal 3 chapter, jadi mulai hari ini aku akan update 3 hari sekali ya teman-teman.

Terima kasih atas pengertiannya~~

il mio fiore [NOMIN ; Lee Jeno x Na Jaemin]Where stories live. Discover now