20. Violet, I'm Afraid of Letting Go

862 123 11
                                    

Your words were as beautiful as a flower

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Your words were as beautiful as a flower

I remember the color you had
Will I ever be able to go back to the times when I held you tight?

I don't wanna forget





Jeno jatuh sakit.

Beberapa hari lalu, Jeno jatuh pingsan pada pekarangan rumahnya sebelum berangkat kerja. Begitu ia di bawa ke dokter, untung saja tidak ada yang serius. Kata dokter hanya kelelahan dan dehidrasi, akhir-akhir ini pola makan Jeno tidak bagus dan juga kurangnya istirahat yang ia dapat.

Meski ia tak tahu apa yang sebenarnya Jeno rasakan, Jaemin ingin mencoba untuk mengerti. Jeno tak pernah bicara tentang rasa sakit yang menghantuinya setelah kepergian Miu, tapi Jaemin tahu kalau Jeno sangatlah terpengaruh olehnya.

Tatapan yang terpancar dari mata lelaki dihadapannya ini begitu sendu. Jeno memang sedang sakit, tapi mata sendunya itu sudah ada sejak hari setelah di mana Jeno menangis di pundaknya. Pancaran mata lelaki itu seakan kehilangan jiwanya.

"Jeno-ya, ayo makan dulu. Ibumu barusan sudah membuatkan bubur," ucap Jaemin lembut.

Jeno tak banyak membantah. Dengan tubuh lemasnya, ia berusaha untuk duduk agar lebih mudah saat makan. Perlahan Jaemin mulai menyuapi Jeno sendok demi sendok berisikan bubur. Pada suapan ke sepuluh, Jeno menggelengkan kepalanya tanda ia sudah kenyang.

"Ya sudah, tidurlah. Tiga puluh menit lagi akan aku bangunkan untuk minum obat," lanjut Jaemin.

Omong-omong kenapa bisa Jaemin yang menjaga Jeno? Itu karena ibunya menggantikan Jeno untuk menjaga tokonya. Memang sebenarnya sudah ada karyawan yang bertugas, hanya saja Jeno merasa lebih aman kalau ibunya membantu di sana.

Ketika diminta, Jaemin dengan senang hati membantu. Dan disinilah ia mengurusi keperluan lelaki itu selama ia sakit.

"Jaemin-ah?" panggil Jeno dengan suara paraunya.

Jaemin yang tengah mengangkat mangkuk untuk ia bawa ke dapur menghentikan langkahnya, "Iya?"

"Bisa naikan suhu penghangat ruangannya?" pinta Jeno masih dengan matanya yang terpejam.

Jaemin meletakan mangkuk berisi bubur itu kembali ke nakas. Segera ia berjalan menuju tempat pengontol. "Sudah maksimum," gumamnya. Saat ini hanya musim semi dan tidak biasa untuk menyalakan penghangat ruangan, apalagi sampai maksimum begini. Jeno memang sedang sakit, tapi ia masih kedinginan?

"Jeno-ya, tapi penghangatnya sudah maksimum."

"Begitu, ya," balas Jeno kecewa.

Jeno yang tidak bisa mendapatkan keinginannya itu semakin kedinginan. Ia pun merapatkan selimutnya, menguburkan dirinya dalam-dalam supaya rasa dingin yang menusuk tubuhnya perlahan bisa berkurang.

il mio fiore [NOMIN ; Lee Jeno x Na Jaemin]Where stories live. Discover now