22. Red Poppy of Sacrifice

861 122 8
                                    

The poppy came to represent the immeasurable sacrifice made by his comrades and quickly became a lasting memorial to those who died in World War One and later conflicts

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

The poppy came to represent the immeasurable sacrifice made by his comrades and quickly became a lasting memorial to those who died in World War One and later conflicts.




Pagi telah datang. Mentari pun sudah menampakan dirinya tanpa malu-malu, Jaemin bisa merasakan cahayanya yang masuk melalui jendela kamarnya. Ia tidur begitu nyenyak malam ini. Rasanya nyaman dan juga hangat sampai sepertinya hari ini ia bangun cukup terlambat dari biasanya.

Perlahan lelaki manis itu membuka matanya. Pandangannya yang biasanya akan tertuju pada almari bajunya, kini tertutupi oleh sesuatu. Jaemin berusaha menyentuhnya, ternyata itu sebuah kain berwarna biru di depannya ini.

Tapi tunggu sebentar.

Kain? Ia tidak tidur sendiri?

Tidak, ini buruk. Jaemin baru saja menyadari kalau ada sebuah tangan yang menjadi bantal kepalanya dan satu melingkar pada perutnya. Takut-takut, Jaemin mengangkat kepalanya untuk melihat wajah orang yang memeluknya ini.

"Jeno?" gumamnya pelan.

Begitu ia memanggil nama pria yang tidur seranjang dengannya ini, sekelebat ingatan melintas pada otaknya. Jaemin menggigit bibirnya sendiri begitu mengingatnya. Semalam rupanya ia benar-benar mengacau!

"Bodoh," monolognya.

Memang benar kalau semalam mereka berakhir saling berpelukan, tapi bagaimana bisa ia dan Jeno berakhir tidur dalam satu ranjang. Tidak, mereka memang tidak berhubugan badan semalam, tapi tetap saja, kan?

Jaemin pun perlahan berusaha menyingkap selimut yang menutupi tubuh mereka berdua itu. Namun, sebelum ia berhasil lolos, tubuhnya tiba-tiba ditarik dan dipeluk lebih erat dari sebelumnya.

"Jeno...." panggilnya.

"Tidurlah lagi. Masih pagi."

Jaemin melirik ke arah jam yang terpasang pada dinding kamarnya. Ia mencibir begitu melihat waktu yang tertera di sana. "Hanya kau yang mengatakan kalau jam 1 itu masih pagi. Dasar aneh."

"Jam 1 siang? Berarti aku tidak usah bekerja."

"Ah, betul. Kau jadi membolos," ucap Jaemin sembari melihat Jeno dengan bibir yang mencebik lucu. Jeno yang mendapat pemandangan ini pun tersenyum lalu mencubit pelan bibir si manis itu kemudian menarik dirinya dari Jaemin dan bangkit.

Jeno berjalan menuju jendela kamar lalu membukanya sembari menarik ke atas baju yang dikenakannya. "Tidur memakai pakaian itu merepotkan," ucapnya lalu melemparkan bajunya pada Jaemin.

"Apa-apaan!"

Si manis itu bangun dari tidurnya lalu ia pun mendudukan dirinya sila di atas ranjang. Jaemin mengingat percakapan mereka semalam disaat suasana mereka berdua begitu suram. Tapi, ada apa dengan pagi ini? Jeno entah bagaimana terlihat bersemangat.

il mio fiore [NOMIN ; Lee Jeno x Na Jaemin]Where stories live. Discover now