29. Memories of Silphium

762 92 20
                                    

If you were somehow able to stumble upon this flower, you may mistake it for a daisy

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

If you were somehow able to stumble upon this flower, you may mistake it for a daisy. With its many small, long, yellow petals, the silphium looks like the cousin of yellow daisies. However, the flower has not been seen by humans since it went extinct in the 1st Century B.C.



Setelah makan malam bersama, Jeno berpamitan pada ibu dari kekasihnya itu untuk masuk ke dalam kamar. Saat sampai di depan pintu, perlahan Jeno pun memutar kenopnya dan melangkahkan kakinya kemudian menutup pintunya kembali.

Sembari menutup matanya, Jeno menghirup dalam-dalam aroma yang menguar dari kamar kekasihnya itu. Ia biarkan dirinya berpuas diri untuk menikmati aroma yang begitu ia rindukan dalam setiap detiknya hidupnya.

Sebelumya, ia pernah menginap sekali di sini saat mereka kencan untuk menonton film bersama. Ia ingat hari itu, hari dimana hujan turun dan mereka tidur dengan berpelukan untuk menghindari dinginnya malam. Jeno tersenyum mengingat kembali kenangan mereka yang indah itu.

"Love, aku datang," ucapnya.

Jeno pun mendekat lalu mendudukan dirinya pada ranjang tepat di sebelah nakas. Dari atas laci bercat coklat itu, Jeno mengambil sebuah bingkai berisikan wajah manisnya yang tengah tersenyum. Ia terlihat begitu cantik di sini. Tidak, ia memang selalu cantik kapan pun itu.

Bahkan wajah bangun tidurnya masihlah sangat indah dalam ingatan Jeno. Semuanya begitu menawan. Matanya yang sembab, wajahnya yang memerah, terutama senyum manisnya yang menyapa Jeno ketika baru membuka matanya.

Kecantikan wanita pemilik hatinya itu memang tidak perlu diragukan lagi.

"Senyummu indah dan aku merasa senang karena kau sering menampilkannya."

Dengan lembut, Jeno usap bingkai itu. Tatapannya terlihat teduh bercampur sedih, tapi bibirnya melebarkan sebuah senyuman. Ia tidak boleh terlihat murung di hadapannya, Jeno tak mau membuatnya sedih.

"Bagaimana denganmu? Aku baik-baik saja di sini."

"Sebetulnya aku ingin memberitahumu sesuatu, tapi pasti kau akan sangat marah kalau aku mengatakannya. Maafkan aku, aku tidak bisa menemukan solusi yang lebih baik dari ini."

Jeno pun bangun dari duduknya, ia letakan kembali bingkai foto itu pada atas nakas. Sembari beridiri satu per satu ia tanggalkan pakaiannya kemudian baju itu diganti dengan piyama yang ia bawa di tas ranselnya.

Setelah selesai, ia berjalan kembali ke tempatnya yang semula. Dengan piyama hitamnya itu, Jeno berbaring dan ia ambil kembali bingkai foto yang menurutnya sangat berharga itu. Sembari tersenyum, ia melanjutkan pembicaraannya.

"Kalau aku mengatakannya padamu, meski aku minta untuk kau tidak marah, pasti kau akan marah. Tapi, aku tidak bisa menemukan cara lainnya, sayang."

il mio fiore [NOMIN ; Lee Jeno x Na Jaemin]Место, где живут истории. Откройте их для себя