BAB 1 || Perjodohan

533 22 7
                                    

Sore ini seorang gadis tampak tergesa-gesa untuk mengunci pintu kamar apartemen sambil menjepit handphone diantara telinga dan pundaknya.

"Tapi Pi, Viona udah bilang berkali-kali kalau Vio gak mau di jodohin atau apapun itu! Viona bisa cari laki-laki sendiri!"

"Viona dengerin Papi! Kalo kamu gak mau nurut lagi, Papi gak bakal segan ambil motor kamu sekarang!"

"Yaudah ambil aja kalo bisa, lagian Papi lagi gak di sini!" Dengan langkah cepat, ia menuruni setiap anak tangga menuju ke lantai satu apartemen.

"Kamu lupa? Papi punya anak buah disana, jangan macam-macam sama Papi dan turutin perintah Papi!"

Gadis itu terkekeh tak percaya mendengarnya. Ia menyibakkan rambutnya kebelakang. "Papi emang tega sama Viona!"

"Sekarang kamu temuin laki-laki pilihan Papi di tempat yang sudah dijanjikan kemarin, Papih gak terima penolakan apapun dari kamu!"

Viona memejamkan matanya sambil mendengus.

"Viona, kamu denger Papih?"

tutt!

"Kenapa Pi?" tanya seorang wanita yang menyimpan secangkir kopi di meja, dan terduduk disampingnya.

"Viona, dia masih gak mau terima perjodohan ini."

Wanita itu menghela napas. "Mami juga bingung harus ngomong apalagi sama dia, padahal niat kita itu baik, supaya dia gak deket-deket lagi sama lelaki gak jelas."

"Iya Mi, sekarang Papi udah suruh dia ketemuan di cafe, semoga aja dia pergi kesana."

"Papi yang sabar ya, nanti perlahan-lahan Viona juga bakal ngerti maksud kita."

"Iya Mi." Pria itu mengambil kopi di atas meja dan meneguknya sampai habis.

...

Gadis itu menghela napas setelah tiba diparkiran. Dengan menggunakan setelan jaket hitam dan jeans hitam ditambah rambut panjang yang terurai, ia menundukkan kepala dihadapan motornya.

"Mereka udah tega ninggalin gue buat kerja ke luar kota, terus sekarang apa? Mereka tiba-tiba jodohin gue gitu aja," ia terkekeh.

"Gak abis pikir gue!" Ia langsung memakai sarung tangan berwarna hitam dan memakai helm-nya yang tersimpan diatas motor. Terpaksa, ia harus mengikuti perintah Eros untuk menemui lelaki yang bahkan tak pernah ia kenal sebelumnya.

Motor besarnya berjalan dengan kecepatan sedang untuk keluar dari parkiran. Setelah terjeda di tepi jalan, ia menutup kaca helm-nya dan melaju membelah jalanan sore di pusat kota Jakarta.

brumm!

Ia melirik motor besar yang sedang melaju di sampingnya. Orang itu seperti sedang tergesa-gesa menuju suatu tempat.

Ia mengerutkan dahinya, saat motor itu semakin menghimpit kepadanya.

"WOYY PELAN-PELAN DONG! JALANAN BUKAN PUNYA NENEK MOYANG LO!" pekik Viona tapi tak di hiraukan oleh orang itu.

Viona malah semakin oleng saat motor di sampingnya terus saja menghimpit. "Eh, eh!"

brakk! dugh!

Viona & Anggara Onde histórias criam vida. Descubra agora